Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia <!-- #FreePalestine - Ayo bersatu demi Palestina. -->

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peran Orangtua dan Umara dalam Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Redaksi Editor : Rudi Hendrik - 29 detik yang lalu

29 detik yang lalu

0 Views

Oleh Muqorrobin MQ

 Urgensi Pembebasan Al-Aqsa

Al-Aqsa, masjid suci yang menjadi kiblat pertama umat Islam memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah Islam. Sebagai bagian dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ, Al-Aqsa menjadi simbol spiritualitas sekaligus perjuangan umat Islam.

Sejarah panjang Al-Aqsa telah menjadikan masjid itu tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga lambang keimanan, persatuan, dan pembelaan terhadap kehormatan Islam. Posisi Al-Aqsa sebagai salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk diziarahi menjadikannya ikon kebesaran agama yang harus dipertahankan.

Baca Juga: Hijrah Rasulullah sebagai Langkah Strategis Menuju Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Namun, kondisi terkini Al-Aqsa dan Palestina menunjukkan situasi yang sangat memprihatinkan. Penjajahan Zionis yang terus berlanjut telah mengakibatkan pembatasan akses bagi umat Islam ke masjid suci ini. Penodaan terhadap kesuciannya sering kali terjadi, disertai dengan upaya sistematis untuk mengubah identitas sejarah dan keislaman kawasan tersebut.

Kekerasan, pengusiran, dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pihak penjajah Zionis Israel terhadap rakyat Palestina sejak 1948 hingga saat ini semakin memperdalam luka mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia.

Dalam menghadapi situasi ini, kontribusi dari seluruh elemen umat Islam menjadi sangat penting. Orangtua memiliki peran strategis dalam menanamkan kecintaan terhadap Al-Aqsa kepada generasi muda.

Mereka adalah benteng utama dalam membentuk karakter anak-anak yang peduli dan bersemangat membela agama. Pendidikan berbasis tauhid dan nilai ukhuwah Islamiyah menjadi fondasi kokoh untuk mencetak generasi pembebas Al-Aqsa di masa depan.

Baca Juga: Berjama’ah Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Selain itu, umara (para pemimpin umat) memiliki tanggung jawab besar dalam membebaskan Al-Aqsa melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak pada Palestina, diplomasi yang kuat di kancah internasional, dan dukungan moral serta material kepada rakyat Palestina.

Kisah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil merebut kembali Al-Aqsa dari tangan penjajah dapat menjadi inspirasi bagi pemimpin Muslim saat ini untuk mempersatukan kekuatan umat demi membebaskan tanah suci tersebut.

Oleh karena itu, pembebasan Al-Aqsa bukan hanya tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab seluruh umat Islam. Kolaborasi antara peran keluarga, komunitas, dan pemimpin umat menjadi kunci utama dalam perjuangan ini. Setiap langkah kecil yang kita lakukan adalah bagian dari perjuangan besar ini.

Pendidikan Tauhid dan Kepedulian pada Palestina

Baca Juga: Seluruh Pemeluk Dienul Islam Adalah Muslim

Pendidikan tauhid dan ukhuwah Islamiyah merupakan fondasi utama yang harus ditanamkan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Tauhid sebagai inti ajaran Islam, mengajarkan manusia untuk hanya bergantung kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai tujuan hidup.

Ulama besar seperti Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumiddin menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai tauhid sejak anak-anak agar kelak menjadi generasi yang kokoh dalam keimanan.

Selain itu, ukhuwah Islamiyah yang berarti persaudaraan Islam, menjadi pilar utama dalam membangun solidaritas terhadap umat, termasuk kepedulian kepada Palestina dan Al-Aqsa. Dalam hal ini, orangtua harus mengenalkan Al-Aqsa kepada anak-anak sebagai bagian penting dari sejarah dan identitas umat Islam.

Menurut Dr. Mustafa As-Siba’i dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, Al-Aqsa adalah simbol perjuangan umat Islam melawan penjajahan. Dengan memberi pemahaman yang baik tentang posisi Al-Aqsa, anak-anak akan tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kesucian masjid ini.

Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah dan Pembebasan Al-Aqsha

Mengajarkan sejarah perjuangan rakyat Palestina dan kondisi terkini mereka adalah langkah nyata dalam membangun rasa empati dan tanggung jawab anak terhadap perjuangan umat.

Selain memberikan pemahaman, orang tua juga harus menjadi teladan dalam berkontribusi untuk perjuangan Palestina.

Orangtua dapat terlibat dalam kegiatan komunitas atau organisasi yang mendukung perjuangan Palestina, seperti penggalangan dana, seminar, atau aksi solidaritas. Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddimah menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga keadilan dan kebebasan, termasuk dalam mendukung perjuangan bangsa yang tertindas seperti Palestina.

Dalam buku Palestine: A History karya Nur Masalha, dijelaskan bagaimana solidaritas internasional, termasuk dari keluarga-keluarga Muslim menjadi salah satu kekuatan penting dalam perjuangan rakyat Palestina. Orang tua yang aktif menunjukkan kepedulian akan menginspirasi anak-anak untuk mengikuti langkah tersebut.

Baca Juga: Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12

Mendidik generasi pembebas memerlukan fokus pada pendidikan karakter dan pemahaman agama yang mendalam. Pendidikan karakter bertujuan untuk membangun pribadi yang jujur, amanah, dan peduli terhadap sesama.

Al-Qur’an mengajarkan bahwa setiap manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, yang berarti memiliki tanggung jawab untuk menjaga keadilan dan melawan kezaliman. Orang tua dapat menggunakan kisah-kisah para nabi dan sahabat dalam Al-Qur’an sebagai inspirasi bagi anak-anak.

Anak-anak juga perlu dimotivasi untuk mencintai jihad fisabilillah dan perdamaian. Dalam Islam, jihad tidak hanya bermakna perang fisik, tetapi juga perjuangan melawan ketidakadilan dan upaya menegakkan kebenaran.

Buku The Road to Jerusalem: Glimpses of Islamic History karya Saladin Ahmed menggambarkan bagaimana perjuangan Shalahuddin Al-Ayyubi menjadi inspirasi bagi generasi Muslim dalam membebaskan Al-Aqsa. Orang tua dapat memperkenalkan kisah ini kepada anak-anak untuk membangkitkan semangat mereka.

Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional

Dalam mendidik generasi pembebas, pendekatan orang tua harus holistik, mencakup aspek intelektual, spiritual, dan sosial. Pendidikan agama yang kuat harus diimbangi dengan pengetahuan tentang kondisi dunia dan keterampilan kepemimpinan.

Anak-anak yang memiliki bekal tersebut akan tumbuh menjadi pemimpin yang siap membela hak-hak umat dan menjaga kehormatan Al-Aqsa. Generasi yang lahir dari pendidikan ini akan menjadi pejuang tangguh yang siap mengemban amanah besar untuk membebaskan Al-Aqsa dan mengembalikan kehormatan umat Islam di dunia.

Umara Sebagai Inisiator, Fasilitator dan Pengarah

Dalam Islam, umara (pemimpin) memiliki tanggung jawab besar sebagai inisiator dan pengarah umat menuju kemaslahatan. Kebijakan yang mendukung perjuangan Palestina menjadi salah satu langkah strategis yang harus dilakukan umara.

Baca Juga: Mengapa Harus Hadir di Majlis Taklim? Inilah 5 Keutamaannya yang Wajib Diketahui

Sejarah mencatat kiprah para pemimpin Muslim yang berperan besar dalam pembebasan Al-Aqsa, salah satunya adalah Shalahuddin Al-Ayyubi. Karen Armstrong dalam bukunya Holy War: The Crusades and Their Impact on Today’s World, mengisahkan, Shalahuddin mengedepankan strategi diplomasi dan perang yang penuh nilai kemanusiaan, yang memperkuat dukungan dari seluruh elemen umat.

Kisah keberhasilannya menjadi inspirasi bagi pemimpin Muslim di masa kini untuk bersatu dalam membela tanah suci tersebut.

Sementara itu, Edward Said dalam bukunya: The Question of Palestine menekankan peran diplomasi tidak hanya memperkuat posisi Palestina, tetapi juga membuka peluang untuk menyadarkan dunia akan pentingnya keadilan di tanah yang diberkahi itu.

Selain itu, peningkatan solidaritas umat Islam global juga merupakan tugas utama para umara. Persatuan antarnegara Muslim harus diperkuat melalui organisasi-organisasi seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman

Dalam buku Islamic Unity and Modern Challenges, Syekh Yusuf Al-Qaradhawi menekankan bahwa persatuan umat adalah syarat utama keberhasilan dalam menghadapi tantangan global, termasuk pembebasan Al-Aqsa.

Dengan menggalang kekuatan bersama, umat Islam dapat mengurangi fragmentasi dan meningkatkan pengaruhnya dalam perjuangan ini.

Umara juga perlu memfasilitasi kerja sama umat untuk mendukung pembebasan Al-Aqsa melalui program-program yang terorganisir dengan baik. Misalnya, menciptakan aliansi strategis untuk mengedukasi masyarakat internasional tentang pentingnya Al-Aqsa bagi umat Islam.

Program-program yang dibuat perlu melibatkan berbagai elemen, seperti ulama, aktivis, lembaga pendidikan dan elemen lain untuk menciptakan sinergi dalam perjuangan. Dalam bahasa lain, kita menyebutnya dengan “Barjama’ah.”

Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945

Harmonisasi antara Orangtua dan Umara dalam Mendukung Pembebasan Al-Aqsa

Harmoni dan kesinambungan antara pendidikan keluarga yang dipimpin oleh orangtua dan kebijakan yang diatur oleh umara sangatlah penting. Harmoni antara keduanya akan membangun fondasi yang kokoh dalam mendukung perjuangan Palestina.

Umara memiliki peran strategis dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pendidikan di masyarakat.Ketika didukung oleh kebijakan yang relevan, seperti memasukkan isu Palestina dalam kurikulum pendidikan, adalah langkah nyata untuk membangun kesadaran sejak dini.

Selain itu, pemberdayaan komunitas dan jamaah menjadi langkah penting dalam mendukung pembebasan Al-Aqsa. Orangtua dan umara perlu bekerja sama untuk membangun jaringan solidaritas yang kuat melalui komunitas-komunitas Islam.

Baca Juga: Hidup Hanya Sekali, Jadikan Bermakna di Sisi Allah

Jama’ah Muslimin (Hizbullah), sebagai salah satu organisasi Islam yang memiliki visi global, dapat menjadi wadah kolaborasi yang efektif. Melalui kegiatan sosial, dakwah, dan advokasi, komunitas Islam dapat memainkan peran signifikan dalam memperjuangkan kebebasan Al-Aqsa.

Kolaborasi antara orang tua dan umara juga memberikan dampak langsung dalam membangun generasi yang peka terhadap perjuangan Palestina. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai kepedulian kepada anak-anak di lingkungan keluarga, sementara umara menyediakan platform yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam aksi-aksi nyata.

Kolaborasi ini memastikan bahwa setiap individu, baik di tingkat keluarga maupun masyarakat, memiliki peran dalam perjuangan bersama.

Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat perjuangan, tetapi juga menunjukkan bahwa dengan sinergi, persatuan dan semangat kolektif akan mampu menjawab tantangan pembebasan Al-Aqsa dan Palestina, serta menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.

Perjuangan membebaskan Palestina dan Al-Aqsa bukanlah tugas yang bisa diserahkan hanya kepada segelintir orang atau kelompok tertentu. Hal ini adalah tanggung jawab bersama seluruh umat Islam.

Umat Islam harus diarahkan untuk mengambil langkah konkret dalam mendukung perjuangan ini. Peran Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dalam perjuangan ini hendaknya menjadi contoh konkret bagaimana organisasi Islam dapat memobilisasi umat untuk mendukung perjuangan Palestina.

Dengan mengintegrasikan dakwah, pendidikan, dan advokasi dalam kegiatannya, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mampu memberikan kontribusi yang nyata. Umat Islam di seluruh dunia dapat meneladani langkah ini dengan memperkuat jaringan kerja sama dan mengedepankan visi kolektif untuk pembebasan Al-Aqsa.

Dengan kesadaran, langkah nyata, dan solidaritas yang terorganisir, umat Islam dapat menjadi kekuatan besar yang membawa perubahan bagi Palestina dan Al-Aqsa. Ini adalah saatnya bagi kita semua untuk bangkit dan memberikan kontribusi terbaik, demi membela saudara-saudara kita di Palestina dan menjaga kehormatan Islam di dunia.

Wallahu a’lam bis shawab

[]

Mi’raj News Agency (MINA)

*Naskah tausyiah tersebut disampaikan pada Tabligh Akbar 1447H di Islamic Centre Bekasi, Kota Bekasi, Ahad 29 Juni 2025

 

Rekomendasi untuk Anda