Jakarta, MINA – Memanasnya situasi geopolitik di Timur Tengah, khususnya akibat serangan Israel terhadap sejumlah lokasi strategis di Iran mendorong kenaikan harga minyak dunia. Diprediksi, harga minyak mentah bahkan dapat menyentuh angka USD100 per barel jika konflik semakin eskalatif.
Hendra Wardana, analis pasar modal menegaskan bahwa kawasan Timur Tengah merupakan jalur kritis bagi pasokan energi global. Selat Hormuz, sebagai salah satu titik strategis, menjadi jalur bagi sekitar 20 hingga 30 persen ekspor minyak dunia.
“Ketika konflik mengancam distribusi, harga minyak Brent berpotensi melonjak hingga USD90 atau bahkan USD100 per barel akibat guncangan pasokan global,” ujar Hendra dalam pernyataannya, Sabtu (14/6).
Tanda-tanda kenaikan harga minyak sudah terlihat sejak awal eskalasi konflik ini. Harga minyak Brent dilaporkan meningkat 6,5 persen menjadi USD73,88 per barel pada Jumat (13/6) malam. Lonjakan tersebut mengindikasikan kekhawatiran pasar atas kemungkinan terganggunya distribusi minyak dari kawasan tersebut.
Baca Juga: Indonesia-Selandia Baru Perkuat Kemitraan Strategis pada Pertemuan JMC Ke-12
Merespons situasi ini, PT Pertamina (Persero) menyampaikan bahwa langkah-langkah mitigasi telah disiapkan untuk memastikan kelangsungan pasokan energi nasional. Strategi yang diterapkan meliputi pengalihan jalur logistik ke rute yang lebih aman serta diversifikasi sumber impor minyak mentah dari wilayah alternatif, seperti Afrika.
Kondisi geopolitik di Timur Tengah terus menjadi perhatian utama karena dampaknya yang signifikan terhadap stabilitas pasar energi global. Pemerintah dan pelaku industri diharapkan tetap waspada menghadapi dinamika yang berkembang. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: BP Haji Pastikan Wacana Pemotongan Kuota Haji Batal Diterapkan
Mina Indonesia
Mina Arabic
Mina Sport
Mina Preneur