Oleh: Insaf Muarif Gunawan/Wartawan MINA
Kutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
:قال تعالى
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ
ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
“Dan katakanlah (Muhammad): “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Mengawali khutbah siang hari ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya. Tidak ada satu detik terlewat dari waktu kita kecuali kita rasakan nikmat dan kasih sayang Allah terus-menerus mengalir dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan setiap saat, nikmat-nikmat itu semakin bertambah, nikmat yang satu senantiasa disusul dengan nikmat lainnya, tanpa bisa kita hitung jumlahnya.
Sebagaimana firman-Nya: “wa in ta’udduu ni’mata L-laahi laa tuhshuuhaa” (seandainya kalian diminta untuk menghitung berapa banyak nikmat-nikmat Allah itu, niscaya kalian tidak akan pernah bisa menghitungnya). Tak lupa, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam, baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya, termasuk kita semua selaku ummatnya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Memang akhir-akhir ini, perbincangan tentang radikalisme kembali marak di masyarakat. Sampai-sampai pemerintah memberikan perhatian khusus dalam agenda kerjanya. Yang menjadi pertanyaan dan perlu ditemukan jawabannya adalah, apakah ada radikalisme agama?
Menurut KH Mohamad Kholil, sebutan-sebutan dan label-label negatif mengenai Islam sedikitnya disebabkan oleh 2 (dua) hal:
Pertama, karena adanya sebagian kaum orientalis (para ilmuwan Barat yang mengkaji ajaran-ajaran Islam), tetapi bertujuan mendiskreditkan Islam melalui teks-teks ajaran Islam itu sendiri. Dengan kata lain, sebagian kaum orientalis semacam ini berupaya menyudutkan citra Islam melalui teks-teks ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan hadits Nabi. Teks-teks tersebut kemudian oleh mereka “diotak-atik” sedemikian rupa dengan pemahaman dan penafsiran sesuai kepentingan mereka sendiri yang sangat tidak objektif dan menyudutkan, demi meyakinkan masyarakat dunia, bahwa Islam adalah agama yang melegitimasi peperangan dan kekerasan.
Kedua, tidak bisa dipungkiri adanya pemahaman dari sebagian kelompok (oknum) umat Islam yang dangkal dalam memahami ajaran Islam, tanpa memahami konteks dan inti maqashid as-syari’ah dari ajaran itu. Dengan kata lain, kelompok umat Islam semacam ini umumnya memahami teks saja, hanya merujuk satu ulama saja. Tidak mau mengkaji tafsir dan penjelasan ulama lain. Mereka gagal menggali aspek kedalaman substansi dan spirit dari ajaran yang terkandung di dalamnya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi menganggap diri mereka sebagai kelompok yang paling benar, bahkan mudah memberi label “kafir” terhadap kelompok lain yang dianggap tidak sepaham dengan mereka.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kembali ke masalah radikal, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Nafis mengatakan: “Kalau radikal dalam arti pemahaman keagamaan yang lebih mendalam, saya yakin saya juga radikal. Setiap Muslim harus punya pemahaman radikal di dalam ajaran agamanya. Dia harus sampai pada sumber aslinya yaitu Al-Quran dan As-Sunah, itu namanya radikal dalam pemahaman, bukan radikal terorisme”.
Menurut Cholil Nafis, jika menyimpulkan bahwa akar radikalisme adalah bersumber dari agama, itu merupakan kesalahan total. Hal itu karena tidak ada satupun agama yang ada di Indonesia (apalagi Islam) yang mengajarkan kepada penganutnya untuk melakukan aksi radikalisme. Bahwa ada orang beragama dan ia melakukan tindakan radikal, itu adalah oknum, bukan merepresentasikan agama yang ia anut.
Muslim harus menolak segala bentuk radikalisme yang menggunakan kekerasan. Kita harus menolak pemahaman radikal yang memaksakan kehendak, kemauan, serta keyakinannya pada orang lain. Lantaran Islam tidak mengajarkan pemaksaan, baik secara fisik maupun psikologis.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Islam yang rahmatan lil ‘aalamin, adalah sebuah ungkapan nyata bahwa Islam adalah agama yang disebarkan melalui dakwah dengan cara yang damai serta memberi rahmat bagi semesta alam, Dakwah Islam itu disampaikan dengan santun dan penuh keberadaban dan menjunjung tinggi etika dan budaya setempat.
Islam adalah agama dakwah untuk semua ummat manusia, namun demikian Islam juga sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama dan Islam tidak membolehkan adanya paksaan dalam dakwah. Allah berfirman:
لَآ إِكۡرَاهَ فِى ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَىِّۚ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Artinya: “Tidak ada paksaan memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Maka Sikap kita yang harus dijunjung tinggi oleh semua ummat Islam tentunya adalah harus tasamuh, menghormati, menghargai karena berbeda bukan berarti saling mencela. Tak serupa bukan berarti tidak bisa bekerja sama. Perbedaan bukan alasan untuk kita bersama-sama menggapai cita dan harapan.
Bukankah kita diciptakan dari dua insan yang berbeda yaitu laki-laki dan wanita, kakek nenek buyut kita Adam dan Hawa. Kita lahir di Indonesia ngan keberagaman suku dan bahasa. Indonesia dengan lebih dari 17 ribu pulau, 1.300 suku dan 500 bahasa. Ini merupakan karunia Ilahi yang tidak sedikit bangsa lain yang iri dan kepengen seperti kita. Inilah Indonesia, inilah keberagaman yang ada. Mari kita jaga, kita rawat agar bangsa ini tetap jaya, disegani lawan dan dihormati kawan.
Tidaklah sempurna iman seseorang, manakala kesalehan pribadi tidak membawa dampak positif bagi proses perdamain dan persatuan. Mari kita dakwahkan Islam ini sebagai agama perdamainan, agama persatuan, agama yang memberi rahmat bagi semesta alam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Marilah kita perkokoh persatuan dan kesatuan umat, dengan mengamalkan hidup berjam’ah. Kita tinggalkan pertikaian dan permusuhan, dan kita songsong tantangan masa depan dengan semangat membangun negeri, menggapai ridha Ilahi.
Semoga lewat Khutbah Jumat siang ini, kita akan menjadi orang-orang yang bisa saling menghargai tanpa saling menyakiti, menjadi orang-orang yang berjiwa besar dengan menjunjunng tinggi nilai-nilai toleransi, peradaban dan kemanusiaan. Semoga kita termasuk orang-orang yang berjalan lurus di jalan yang diridhai-Nya.
Manusia yang berjiwa besar adalah manusia yang mampu menghargai pendapat orang lain meski itu bertolak belakang dengan pendapatnya. Sedangkan manusia yang berjiwa kerdil adalah manusia yang tidak mau menndengar pendapat orang lain karena merasa pendapatnya lah yang paling benar.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمنًا مُطْمَئِنًّا قَائِمًا بِشَرِيْعَتِكَ وَحُكْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَوَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة
(A/Gun/RS1)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Mi’raj News Agncy (MINA)