PERINGATAN 14 TAHUN INTIFADHAH AL-AQSHA MASIH DALAM BAHAYA

Pemandangan Kota Al-Quds. (Foto: NBC.com)
Pemandangan Kota . (Foto: NBC.com)

Oleh: Rana Setiawan, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pada kesempatan peringatan 14 tahun Intifadhah , Al-Quds dan Al-Aqsha masih tetap berada di bawah ancaman bahaya Otoritas pendudukan . Peristiwa akhir September hingga awal Oktober 2000 tentunya tetap segar dalam pikiran setiap rakyat mau pun pihak yang mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsha, mengingat pasukan pendudukan menyerang pawai massal warga Palestina di seluruh wilayah Palestina yang diduduki sebagai akibat dari kebijakan pendudukan Israel yang tidak hanya terus melanggar hukum internasional tetapi untuk mencabut rakyat Palestina dari hak asasi manusia mereka.

Pada 28 September 2000, Ariel Sharon muncul di kompleks Masjid Al-Aqsha dikawal lebih dari 1.000 polisi khusus Israel. Dalam upaya terang-terangan untuk memprovokasi warga Palestina, ia mengulangi frase yang disiarkan selama perang Enam Hari 1967  ketika Israel merebut Al-Quds Timur, “‘Temple Mount (Al-Aqsha) ada di tangan kita,'” teriak Sharon.

Demonstrasi besar-besaran dari rakyat Palestina pun pecah di seluruh wilayah Palestina, Otoritas Israel meluncurkan serangkaian serangan militer dan kebijakan administratif yang dirancang untuk secara kolektif menghukum rakyat Palestina atas perlawanan mereka. PBB pun cepat mengeluarkan Resolution 1322 mengutip Israel melakukan penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap rakyat Palestina. Resolusi itu terjadi kurang dari tiga pekan setelah dimulainya kekerasan dimana ratusan waktu Palestina telah dibunuh dan bahkan banyak yang terluka.

Menurut Pusat Hak Asasi Manusia Palestina, setidaknya 4.973 warga sipil Palestina tewas selama Intifadhah Al-Aqsha. Di antara mereka yang dibunuh adalah 1.262 anak-anak, 274 wanita, dan 32 tenaga medis yang berusaha untuk mengelola bantuan bagi warga sipil yang terluka. Sementara lebih dari 10.000 anak-anak terluka selama lima tahun kekerasan, seperti dilansir organisasi non-profit yang didedikasikan untuk melindungi hak-hak anak berbasis di Swiss.

Sebagian besar kematian dan cedera datang sebagai hasil dari serangan udara terhadap daerah padat penduduk di Jalur Gaza dan serangan darat besar pada berbagai kota, desa, dan kamp-kamp pengungsian di Tepi Barat.

Kini, Kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha terus berada di bawah ancaman dan dalam bahaya; Al-Quds menghadapi kebijakan yang sistematis, cepat dan sangat berbahaya akibat dari proyek yahudisasi, di mana di tangan tentara pendudukan Israel dan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi, sebanyak 23 rumah warga Palestina di Desa Silwan, selatan Al-Aqsha, disita, sementara rumah warga Palestina lainnya dihancurkan setiap harinya sebagaimana penangkapan massal dan penahanan administratif terhadap para pemimpin Palestina terus berlanjut. Selain itu, penodaan, penyerbuan dan invasi di kompleks Masjid Al-Aqsha oleh pemukim ilegal ekstrimis Yahudi dan tentara pendudukan Israel terjadi hampir setiap hari.

Peningkatan agresi Zionis serta Yahudisasi Al-Quds dan Al-Aqsha mensyaratkan bahwa semua kekuatan Islam harus memberikan prioritas tinggi untuk situasi yang dihadapi Kota Al-Quds, dan mempertahankan karakter Islam, Palestina, dan Arab sebagai bagian dari program perjuangan Islam di mana pun berada dan program ini telah diikrarkan oleh sebagian gerakan perlawanan Palestina yang menyerukan untuk dilaksanakan oleh setiap rakyat Palestina di mana pun mereka berada.

Dan untuk mendukung perlawanan terhadap represif, rasis, mengancam tindakan dari penjajahan di Al-Quds pada tingkat Palestina, Arab dan internasional.

www.5pillarz.com
Polisi khusus Israel menyerang jamaah Muslim di lingkungan Masjid Al-Aqsha. (Foto:5pillarz.com)

Israel berusaha Hancurkan Masjid Al-Aqsha

Menteri Agama Otoritas Palestina, Mahmoud Al-Habbash mengatakan Israel berencana untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha di Kota Al-Quds (Yerusalem) dengan proyek yahudisasi, seperti penyerangan dan penodaan pemukim ekstrimia Yahudin dan kegiatan penggalian di bawah Al-Aqsha.

“Israel mengikuti sebuah rencana sistematis dan bertahap yang didukung oleh pemerintah Israel dan dilindungi oleh tentara Israel dan senjatanya -Saya memberitahu Anda untuk tidak membagi Al-Aqsha- tujuannya adalah untuk menghilangkan Masjid Al-Aqsha,” Al-Habbash mengatakan dalam sebuah wawancara kepada media Palestina beberapa waktu lalu.

Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Israel dan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi telah meningkatkan serangan mereka terhadap warga Palestina yang mengunjungi Masjid Al-Aqsha. Hal itu telah menyebabkan konfrontasi kekerasan antara kedua belah pihak.

Israel juga telah memberlakukan pembatasan untuk mencegah jamaah Muslim memasuki situs tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.

Pada 25 Februari 2014, Knesset (parlemen Israel) membahas rencana untuk membagi Al-Aqsha secara waktu mau pun ibadah bagi umat Islam dan Yahudi.

Palestina mengecam rencana itu sebagai penodaan. Mereka mengatakan rencana Knesset tersebut adalah bagian dari upaya berkelanjutan rezim pendudukan Israel untuk mendistorsi sejarah Arab dan Islam.

Rencana Knesset itu menjadi jalan bagi para pemukim illegal ekstrimis Yahudi yang dipimpin Rabi radikalnya juga anggota Knesset sayap kanan dengan pengawalan ketat tentara pendudukan Israel untuk terus melancarkan penodaan dan pengrusakkan di lingkungan Masjid Al-Aqsha.

Bahkan pertengahan September 2014, serangan berbahaya dilakukan anggota kelompok ekstrimis Yahudi dari Organisasi “Wanita untuk Sinagog” meminum anggur (Alkohol) di dalam lingkungan Masjid Al-Aqsha, sementara polisi khusus Israel menangkap tiga marbot Muslimah saat mereka keluar melalui Gerbang Singa.

Firas Dibs dari Humas di Departemen Wakaf Islam berbasis di Al-Quds mengatakan bahwa sekelompok pemukim ekstremis Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsha dan salah satu dari mereka mulai meminum anggur dan melakukan ritual provokatif tanpa memperhatikan kesucian Masjid Al-Aqsha dan haram meminum alkohol bagi umat Islam. Para penjaga Masjid Al-Aqsha berusaha menghadang kelompok itu dan memaksa mereka untuk meninggalkan pelataran Al-Aqsha.

Pejabat Media di Yayasan Al-Aqsha untuk Wakaf dan Warisan Islam, Mahmoud Abu Atta, mengatakan, polisi Israel yang ditempatkan di seluruh pintu gerbang Al-Aqsha menyerahkan surat perintah militer untuk mendeportasi lima jamaah Muslim Palestina dari masjid selama 40 hari.

Dia melaporkan, polisi Israel memulai kampanye penangkapan terhadap pemuda-pemuda dari Kota Al-Quds, terutama di lorong-lorong Hitta dan Saadi, untuk membuat jalan bagi para pemukim ilegal ekstrimis Yahudi menodai Al-Aqsha mulai awal Oktober ini.

Polisi Israel memperketat prosedur keamanan di dalam dan di luar Masjid Al-Aqsha, melarang Muslimin Palestina berusia di bawah 45 tahun dan semua muslimah Palestina memasuki Masjid.

Hampir setiap hari serangan para pemukim ekstrimis Yahudi dengan pengawalan ketat polisi khusus Israel dilakukan ke Masjid Al-Aqsha, dalam upaya untuk membagi waktu ibadah antara Muslim dan Yahudi di dalamnya, sebelum pembagian tempat sebagaimana kasus Masjid Ibrahimi di Hebron.

Baru-baru ini, Kementerian Pariwisata Israel berencana mengambi alih dan mengontrol penuh gerbang kedua (Gerbang Al-Qataneen), di kompleks Masjid Al-Aqsha, khusus untuk pemukim ilegal ekstrimis Yahudi.

Menurut radio militer Israel, 6 Oktober 2014, Kementerian tersebut sedang mempelajari rencana untuk memungkinkan pemukim ekstrimis Yahudi dan wisatawan asing dapat memasuki tempat suci melalui Gerbang Al-Qataneen.

Saat ini, Israel sudah mengontrol penuh gerbang Al-Magharibah, barat Al-Aqsha, tempat tembok Buraq, yang kini dikuasai Israel dijdikan tembok ratapan. Rezim pendudukan Israel hanya mengizinkan pemukim ekstrimis Yahudi masuk ke Masjid Al-Aqsha melalui pintu tersebut.

Organisasi ekstrimis Yahudi yang disebut dengan “Pelajar Israel untuk Sinagog Yahudi’ telah memulai kampanye memobilisasi ribuan pemukim ilegal ekstremis Yahudi untuk menyerbu Masjid Al-Aqsha mulai Rabu 8 Oktober 2014 untuk menandai perayaan hari raya Yahudi ‘Sukkot’.

Menurut informasi yang disebarkan oleh organisasi fanatik itu secara online yang dikutip Palestinian Information Center (PIC), kelompok pertama ekstrimis Yahudi yang akan menodai Al-Aqsha dengan melakukan ritual provokatifnya dimulai pada pukul 8:00 waktu setempat melalui Gerbang Al-Magharibah, barat Al-Aqsha. Kelompok Kedua dijadwalkan berlangsung pada pukul 13:15 waktu setempat melalui pintu masuk yang sama.

Sejumlah besar pelajar ekstremis Yahudi mengajukan secara online tuntutan untuk bergabung dalam penyerbuan ke Al-Aqsha, yang dijadwalkan akan dipimpin oleh Rabi radikal Rachel Tito, Tommy Nisani, dan Arnon Segal.

Agenda penodaan yang akan dilakukan tepat setelah penyerbuan ekstrimis Yahudi, termasuk peluncuran tur provokatif di sekitar kompleks Al-Aqsha, di Masjid Qubbatush Shakhrah (Kubah Batu) serta taman di sebelah timur dan utara Al-Aqsha bersamaan dengan ritual provokatif agama Yahudi di lingkungan Al-Aqsha.

Peta untuk sinagog dugaan yang akan dibangun di atas Masjid Al-Aqsha juga akan beredar di kalangan para penyerang.

Organisasi ekstremis Yahudi juga mengajukan banding ke polisi pendudukan Israel untuk menutup semua pintu gerbang Masjid Al-Aqsha selama hari raya ‘Sukkot’ sehingga merampas hak Muslim untuk melakukan ibadah di Masjid selama dua pekan, mulai dari Rabu (8/10) hingga Kamis (16/10).

Langkah cepat dari proyeksi tindakan penodaan dan pengrusakan oleh ekstrimis Yahudi diperkirakan mencapai puncaknya dengan munculnya hari raya Yahudi ‘Sukkot’.

Penggalian di bawah Al-Aqsha

Proyek Penggalian yang dilakukan Otoritas Israel di bawah Masjid Al-Aqsha, Kota Al-Quds, Palestina. (Foto Eksklusif: Al-Aqsa Foundation)
Proyek Penggalian yang dilakukan Otoritas Israel di bawah Masjid Al-Aqsha, Kota Al-Quds, Palestina. (Foto Eksklusif: Al-Aqsa Foundation)

Sheikh Najah Bkeirat, Kepala Sains di Akademi Al-Aqsha dan mantan direktur Masjid Al-Aqsha, memperingatkan dampak serius dari aktivitas penggalian Israel yang dilakukan terus menerus di bawah Kota Al-Quds, khususnya di bawah Masjid Al-Aqsha.

Sheikh Bkeirat menunjukkan terdapat sebuah terowongan Israel yang membentang dari Desa Ein Silwan, selatan Masjid Al-Aqsha menuju Bab Al-Magharibah, barat masjid hingga mencapai Masjid Marwani di dalam kompleks Al-Aqsha.

Dia menekankan, Terowongan-terowongan Israel bertujuan untuk menjamin akses para pemukim ekstremis Yahudi bebas masuk ke Masjid Al-Aqsha.

Sheikh Bkeirat juga menyatakan apa yang dia sebut sebagai “perang terowongan” lebih serius daripada perang roket, mencatat bahwa terowongan-terowongan memanjang di bawah Kota Al-Quds dan gerbang-gerbang di bawah Masjid Al-Aqsha.

Dia memperingatkan dampak serius terowongan itu pada realitas psikologis, sosial, ekonomi, demografi, dan sejarah Kota Al-Quds. Dia menekankan perlunya para pakar Arab untuk mendokumentasikan kerusakan yang disebabkan oleh terowongan-terowongan itu kepada monumen Arab dan Islam.

Para arkeologis dari Palestina dan Jordania menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kekuatan pondasi bangunan Masjid Al-Aqsha dewasa ini, yang semakin rapuh akibat penggalian yang terus menerus oleh Zionis. Akibat penggalian itu, Masjid Al-Aqsha berada dalam keadaan yang amat berbahaya dan terancam roboh jika terjadi gempa atau sembarang

getaran yang kuat. Sebenarnya inilah yang diinginkan oleh pihak Zionis dibalik penggalian terowongan, yang telah mencapai 488 meter pada 2001 lalu.

Mereka beralasan bahwa penggalian itu bertujuan untuk mencari bekas-bekas sinagog Yahudi, yang telah dibangun oleh Nabi Sulaiman dulu. Namun sebenarnya bukanlah sinagog lama yang mereka cari, tetapi ini merupakan langkah pertama untuk membangun sinagog baru di lahan tersebut.

Banyak dari kalangan arkeologi dan ahli sejarah yang menolak adanya Sinagog (Haykal Sulaiman) seperti yang mereka yakini itu.

Mengenai aspek hukum, Sheikh Bkeirat menekankan pentingnya mengungkap praktek-praktek dan pekerjaan penggalian ilegal Israel di bawah Masjid Al-Aqsha yang melanggar hukum dan konvensi internasional, khususnya Konvensi Den Haag tahun 1951.

Namun, lebih dari 20 resolusi PBB telah dikeluarkan untuk mengutuk Israel atas operasi-operasi penggalian tersebut; tidak ada salah satu dari resolusi itu telah diaktifkan terhadap pendudukan Israel meskipun fakta bahwa Kota Al-Quds dinyatakan sebagai kota warisan dunia.

Sheikh Bkeirat meminta Bangsa Arab dan Islam untuk segera menghentikan penggalian-penggalian Israel di wilayah pendudukan Al-Quds.

Bagi umat Islam, Al-Aqsa merupakan situs paling suci ketiga di dunia. Yahudi menyebutnya sebagai Temple Mount, mengklaim itu adalah sinagog Yahudi terkemuka di zaman kuno.

Israel menduduki Al-Quds Timur dan Tepi Barat sejak 1967 pada saat Perang Timur Tengah. Kemudian menganeksasi kota suci pada 1980, mengklaim sepihak sebagai ibukota negara Yahudi merupakan sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat Internasional.

Palestina berpendapat bahwa Al-Quds adalah ibukota negara merdeka Palestina di masa depan, dan bahwa warisan Islam itu harus tetap utuh.

Selama dekade terakhir, Israel telah mencoba untuk mengubah susunan demografi Al-Quds dengan membangun pemukiman ilegal, menghancurkan situs sejarah, dan mengusir penduduk Palestina setempat.

Persoalan yang timbul kini, di manakah ummat Islam di seluruh dunia, saat Masjid Al-Aqsha berusaha dirobohkan? Adakah pemimpin Islam hanya sekedar memperhatikan dan kemudian menyerahkan tanggungjawab mempertahankan masjid-masjid di Kota Al-Quds, terutamanya Masjid Al-Aqsha ke pangkuan rakyat Palestina saja?

Bukankah masjid merupakan rumah Alloh Ta’ala, apalagi Al-Aqsha adalah kiblat pertama, masjid suci ketiga dan bumi Isro’ Mi’roj? Adakah jika semua masjid di bumi Palestina, juga jika Masjid Al-Aqsha berubah menjadi sinagog Yahudi, barulah ummat Islam tersentak? Jangan banyak alasan lagi, kita mulai berusaha dari sekarang !

Apa Peran Kita?

Tak bosan penulis ingatkan sebagaimana disampaikan Duta Al-Quds Internasional Ustadz Yakhsyallah Mansur dalam pendahuluan buku Perjuangan Palestina Masa Kini yang menegaskan hakikat konflik Arab-Israel telah dipahami secara keliru selama lebih dari setengah abad sejak pencaplok Zionis mendirikan secara sepihak negeri Yahudi di tanah Palestina tahun 1948 dengan nama Israel.

Zionisme internasional berhasil melukiskannya sebagai perselisihan antara bangsa Yahudi dan bangsa Arab. Dalam kenyataannya, posisi Palestina menjadi posisi strategis bagi umat Islam, karena di wilayah itu terdapat berbagai tempat suci milik umat Islam sepanjang sejarahnya.

Palestina adalah milik umat Islam, bukan sekadar milik bangsa Arab saja —sebagaimana anggapan sebagian pihak umat Islam yang menganggap kasus Palestina hanya merupakan agenda bangsa Arab. Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah sabdanya mengatakan, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan perkara orang muslim, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.”

Sudah jelas posisi strategis Palestina bagi umat Islam. Posisi ini juga memperjelas peta konflik antara umat Islam dengan Yahudi yang sekarang bercokol di Palestina.

Umat Islam membenci Yahudi saat ini karena mereka merampas hak milik umat Islam, yaitu tanah Palestina dan mengotori tempat suci kaum Muslimin.

Maka, untuk menunaikan tanggung jawab kita terhadap perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, tentunya hal itu dimulai dari diri sendiri, ketahuilah sejarah dan berita yang berkaitan dengan Palestina dan Masjid Al-Aqsha. Persiapkanlah diri dan keluarga untuk menyambut seruan jihad, jika memang telah datang seruan demi mempertahankan Masjid Al-Aqsha. Didiklah anak-anak, saudara, tetangga dan rekan kerja tentang kepentingan membela Masjid Al-Aqsha dalam aqidah umat Islam.

Jika mampu, sebarkan artikel ini dan artikel lain yang berkaitan dengan Masjid Al-Aqsha kepada mereka, saudara-saudara kita, agar kesadaran yang muncul nanti akan membawa kepada hasil yang positif di masa mendatang.

Lakukanlah segera tindakan proaktif sebelum sampai waktunya umat Islam hanya mengenali Masjid Al-Aqsha setelah ia dihancurkan dan diganti dengan Sinagog Yahudi. Pada saat itu, segalanya sudah terlambat!. (R05/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0