Sekitar 10.000 massa mengerumuni 136 peti mati korban eksekusi dalam peringatan ke-20 tahun Perang Bosnia pada 6 April 1992-14 Desember 1995 di Potocari, Srebrenica, Sabtu (11/7). Ratapan tangis sejumlah massa menembus kesadaran Bosnia, Serbia, dan seluruh negarawan asing yang hadir bahwa perang melukai masa depan.
Atmosfir di pusat memorial Srebrenica bercampur aduk. Sebagian dari massa ada juga yang tak kuasa menahan emosi hingga melampiaskannya kepada Perdana Menteri (PM) Serbia Aleksandar Vucic. Mereka melempari mantan nasionalis radikal Serbia itu dengan kerikil atau botol minuman plastik.
Isak tangis dan kekesalan massa Bosnia menunjukkan tragedi perang sulit dilupakan. Lebih dari 7.000 bangsa Bosnia, mayoritas laki-laki dewasa dan remaja, dieksekusi pasukan Serbia di Srebrenica pada Juli 1995. Saat itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) hanya memegang jidat karena gagal melindungi bangsa Bosnia yang diisolasi di “wilayah aman”.
Vucic dengan kacamatanya yang pecah mencoba memahami amarah massa. Sebab, dia juga kehilangan kawan dalam perang itu. Namun, dari kunjungannya ke Potocari, Vucic juga disambut wangi bunga warga Bosnia. “Saya memohon maaf jika sebagian warga Bosnia tidak mengerti niat baik saya,” katanya seperti dilaporkan pers, dikutip MINA.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Di bawah langit yang cerah, sebanyak 136 korban disemayamkan di Potocari yang menjadi saksi bisu perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Ke-2 itu. Korban eksekusi paling tua berusia 75 tahun, sedangkan paling muda 16 tahun. Sampai sekarang, sebagian kerabat korban juga masih mencari tulang belulang saudara mereka.
“Sebagian korban yang disemayamkan di sini (Potocari) merupakan teman sekolah saya,” kata Walikota Srebrenica, Camil Durakovic, seperti diberitakan Balkan Insight, dilansir MINA. “Saya mampu bertahan hidup karena sebuah keajaiban. Tanpa mereka, masa kekanak-kanakkan saya pada saat itu ikut mati,” tambahnya.
Pengadilan Kriminal Internasional untuk negara bekas Yugoslavia, Pengadilan Internasional untuk Keadilan, dan Pengadilan Bosnia menyebut eksekusi itu sebagai pembantaian. “Eksekusi massa itu merupakan borok Eropa,” tandas Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini. Namun, Serbia tidak terima.
Aktivis Serbia mencoba ikut mengenang korban dengan menyalakan lilin di depan kantor presiden, meski diancam kelompok nasionalis sayap kanan. Cahaya pun bersinar menerangi dan membuka persatuan dan harapan baru bagi Serbia dalam menjungjung perdamaian dan kesejahteraan dengan Bosnia di masa yang akan datang. (T/P020/P2)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat