Washington DC, MINA – Pesta-pesta di jalanan Washington, DC dan di Miami, Florida berlangsung pada hari Selasa malam (3/11), sewaktu seluruh negara dengan cemas menunggu hasil pemilu presiden antara petahana Donald Trump dan calon dari Demokrat, Joe Biden.
Baik Trump maupun Biden belum mencapai angka suara elektoral 270 dari sejumlah 538 suara elektoral yang disyaratkan untuk menang. Pemilu AS tidak ditentukan oleh suara terbanyak.
Jeremy Myer, dosen politik Amerika di George Mason University mengatakan, tampaknya kemungkinan masih sekitar 50/50% untuk masing-masing calon ini, demikian dilansir VoA.
“Dan yang luar biasa adalah ini mirip dengan pemilu 2016. Penentunya adalah tiga negara bagian yang persis sama, Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania,” kata Myer.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania biasanya adalah negara bagian Demokrat, namun pada 2016 dimenangkan oleh Trump. Kedua kandidat giat berkampanye di sana pada hari-hari terakhir menjelang pemungutan suara, 3/11.
Pada Rabu dini hari (4/11) dari tempat tinggalnya di Wilmington, Delaware, Biden mengimbau pendukungnya untuk bersabar.
“Tetaplah percaya sahabat-sahabat, kita akan memenangkan pemilu ini! Terima kasih, terima kasih terima kasih!” ujarnya.
Beberapa menit kemudian Trump mencuit, Demokrat berupaya mencuri pemilu dan Twitter memberi label cuitan itu sebagai “menyesatkan”.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Dia kemudian berbicara dari Gedung Putih. “Ini saat yang sangat menyedihkan, bagi saya ini adalah momen yang sangat menyedihkan. Kita akan menang dan sejauh pemahaman saya, kita sudah menang.”
Meskipun presiden mengklaim kemenangan, tapi penghitungan belum selesai, surat-surat suara masih terus dihitung dan perlu beberapa hari sebelum pemenangnya bisa ditetapkan.
“Juga karena pandemi kita melihat lebih banyak orang memilih melalui pos. Jadi permintaan untuk itu telah meningkat, jadi itu memperlambat proses penghitungan,” jelas LaTrice Washington, dari Otterbein University.
Rakyat Amerika Serikat memberikan suara mereka dalam suasana yang relatif tenang meskipun kehadiran polisi di sebagian TPS lebih banyak daripada biasanya. Para penegak hukum bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadinya kekerasan menyusul kampanye yang memecah belah masyarakat.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Dengan penghitungan suara yang ketat di beberapa negara bagian utama, dan puluhan tuntutan hukum atas aturan pemungutan suara yang dapat memengaruhi surat suara yang dihitung, kampanye presiden selama berbulan-bulan itu masih harus menunggu hasilnya lebih lama.(T/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel