Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama Kali, BAZNAS Microfinance Desa Diresmikan di Bogor

Nidiya Fitriyah - Sabtu, 28 Juli 2018 - 12:49 WIB

Sabtu, 28 Juli 2018 - 12:49 WIB

3 Views ㅤ

Bogor, MINA – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) meluncurkan BAZNAS Microfinance Desa (BMD), sebuah lembaga keuangan mikro non profit yang akan memberikan layanan keuangan mikro, terutama pinjaman dan pembiayaan kepada para pelaku usaha mikro. BMD pertama dibangun di Desa Bojongrangkas, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

Hadir dalam peluncuran BMD, Anggota BAZNAS, Emmy Hamidiyah, Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS, Randy Swandaru dan pemerintah daerah setempat. Sebanyak 70 pelaku usaha mikro penerima manfaat program ini juga turut hadir di lokasi.

Emmy Hamidiyah mengatakan, BMD didesain untuk memberikan jasa layanan keuangan kepada para pelaku usaha mikro sebagai bagian strategi dalam penanggulangan kemiskinan yang dilakukan BAZNAS.

Pada tahun pertama, BMD Bojongrangkas menargetkan dapat memperkuat permodalan kepada 400 pelaku usaha mikro di wilayah Bojongrangkas dan sekitarnya.

Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis

Untuk mendukung pengembangan usaha pelaku usaha mikro, BMD juga menjalankan fungsi pendampingan melalui manajemen pengembangan usaha dan medukung peningkatan kapasitas usaha melalui pelatihan, workshop, dan kegiatan lain yang diperlukan.

“Untuk dapat memperoleh hasil optimal, BMD mengembangkan pendekatan Apresiatif Inquiry. Dengan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan bersama dengan masyarakat melalui pembentukan Kelompok-kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat,” katanya.

BMD dilahirkan karena sulitnya akses modal bagi para pelaku usaha mikro. Padahal penggerak ekonomi Indonesia didominasi oleh para pelaku usaha mikro, yaitu sekitar 51,3 juta unit usaha atau 99,97% dari seluruh unit usaha yang ada.

“Para pelaku usaha mikro umumnya tidak didukung dengan modal sendiri yang memadai. Bahkan tidak jarang modal yang digunakan pelaku usaha mikro adalah uang untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Randy Swandaru.

Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia   

Untuk memperoleh akses permodalan, kata dia, para pelaku usaha mikro umumnya terkendala dengan kondisi usaha yang kurang layak dan sesuai standar bank.

Hingga akhir tahun 2018, diharapkan dapat dibangun 10 BMD di berbagai kota. BAZNAS terus mencari model microfinance yang lebih relevan dan ideal dalam upaya penguatan masyarakat dari sisi permodalan.

Pencarian model tersebut dalam kerangka menghadirkan bentuk rekayasa sosial-ekonomi yang fungsi terbesarnya adalah menjadi entitas berjiwa sosial yang mampu tegak mandiri dan berkelanjutan, menebar kemanfaatan bagi masyarakat melalui fasilitas modal dan keuangan.(L/R04/RS3)

 

Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia