Sinjar, MINA – Warga Irak di kota utara yang masih trauma dengan ingatan kelompok Islamic State (ISIS) khawatir akan lebih banyak kekerasan, setelah permusuhan antara militer dan milisi lokal meletus, kata orang-orang yang mengungsi akibat pertempuran itu, Selasa (3/5).
Ketegangan mencapai puncaknya ketika militer Irak melancarkan serangan di distrik Sinjar hari Ahad (1/5) untuk membersihkan elemen-elemen bersenjata dari YBS, sebuah milisi lokal yang sebagian besar terdiri dari minoritas Yazidi.
YBS memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, sebuah gerakan separatis yang dilarang di Turki, The New Arab melaporkan.
Pertempuran sengit memaksa lebih dari 3.000 orang, kebanyakan dari mereka Yazidi, menyelamatkan diri ke utara yang dikuasai Kurdi. Tidak jelas apakah ada yang tewas atau terluka dalam pertempuran itu. Para pejabat Irak tidak merilis angka dan belum mengomentari tentang korban.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Pertempuran berhenti Selasa dan tentara Irak mengatakan telah membangun kembali kendali atas Sinjar.
Namun kekerasan dan pengusiran tersebut, merupakan pukulan bagi upaya Baghdad yang berusaha mendorong lebih banyak warga Yazidi untuk kembali ke tanah air leluhur mereka, setelah bertahun-tahun perang.
Sebuah kesepakatan ditengahi oleh PBB pada Oktober 2020 antara Baghdad dan pemerintah yang dikelola Kurdi untuk menerapkan ketertiban di daerah tersebut. Berdasarkan perjanjian itu, polisi federal adalah satu-satunya otoritas provinsi.
Kesepakatan itu belum terbukti berhasil. Kritikus mengatakan, ini karena tidak berkonsultasi dengan kekuatan lokal yang kuat di Sinjar atau bahkan para pemimpin Yazidi. Penduduk lokal, yang juga termasuk Sunni Arab, juga sangat terpecah.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Letnan Jenderal Abdul-Amir al-Shammari, Wakil Komandan Komando Operasi Gabungan Irak, mengatakan pada konferensi pers di Sinjar, pasukan Irak telah memberlakukan keamanan, hukum dan ketertiban, serta telah membuka semua jalan di distrik tersebut.
“Tujuan dari operasi ini adalah untuk menegakkan (aturan) hukum dan keamanan untuk mengamankan lingkungan yang aman, sehingga kami dapat membangun kembali Sinjar dan mengembalikan para pengungsi,” katanya.
Namun, banyak Yazidi yang mengungsi sekarang untuk kedua kalinya, enggan kembali.
Sebagian besar pengungsi melarikan diri ke utara, ke wilayah yang dikelola Kurdi di mana mereka didistribusikan di berbagai kamp.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Banyak dari mereka yang pertama kali mengungsi pada tahun 2014, setelah serangan brutal ISIS dan pulang dalam beberapa tahun terakhir untuk membangun kembali rumah mereka.
YBS dibentuk pada tahun 2014 dengan bantuan dari PKK. Mereka terbukti berperan dalam mengusir elemen-elemen ISIS dari daerah itu setelah runtuhnya tentara Irak. YBS sejak itu tetap menjadi kekuatan lokal yang kuat di daerah tersebut, dengan alasan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pasukan pemerintah federal yang dikerahkan untuk melindungi daerah tersebut.
Tentara Irak mengatakan, tujuan serangan itu adalah untuk menegaskan kembali otoritas negara sebagai tanggapan terhadap YBS yang mendirikan pos pemeriksaan dan mencegah warga kembali ke rumah mereka.
Namun, sebagian besar penduduk memperkirakan akan lebih banyak kekerasan.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
“Ketika kami kembali ke rumah kami, kami mendapati tidak mungkin untuk tinggal di sana,” kata Rashid Barakat, yang sekarang mengungsi di kamp Chemishko. “Tentara menyerang (YBS) dan (YBS) menyerang balik, dan kami terjebak di antaranya.” (T/RI-1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah