Oleh : Ali Farkhan Tsani, Wartawan MINA
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkunjung menemui Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan di Istanbul, pada Sabtu (10/7/2021). Mereka berdua pun berdiskusi tentang perkembangan terbaru di Palestina, termasuk agresi Israel baru-baru ini di Jalur Gaza.
Kedua pemimpin itu juga membahas pelanggaran Israel yang sedang berlangsung di Yerusalem, termasuk upaya untuk mengusir puluhan keluarga Palestina dari rumah mereka demi organisasi pemukim Israel.
Demikian MINA News melaporkan, seperti pada link berikut :
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
https://minanews.net/abbas-dan-erdogan-bertemu-di-istanbul-bahas-situasi-palestina/
Perkuat Dukungan
Pemerhati Palestina, Dr Majed Azzam mengomentari kunjungan itu tidak seperti biasanya.
Lawatan itu menurutnya termasuk mendadak, diumumkan ke publik hanya satu hari sebelum berangkat, tanpa dijadwalkan terlebih dahulu, dan juga berlangsung selama tiga hari. Tidak seperti biasanya, Abbas, biasanya melakukan kunjungan paling lama satu atau dua hari.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Dalam tulisannya pada Arabi21, ia mengatakan, kehadiran Presiden Palestina ke Turki, tentu tak lepas dari dukungan yang sangat kuat selama ini dari Turki, baik presidennya, pemerintahnya, parlemennya, organisasi nonpemerintahnya, maupun seluruh rakyatnya.
Turki juga saat ini dipandang sebagai kekuatan regional utama di dunia.
Presiden Abbas datang ke Turki sehubungan dengan perkembangan yang dialami Palestina dalam beberapa bulan terakhir, setelah serangan pendudukan Israel ke Yerusalem dan Sheikh Jarrah serta perlawanan pejuang dari Jalur Gaza.
Namun, Abbas juga berangkat di tengah beberapa demonstrasi rakyatnya menyusul terbunuhnya Nizar Khalil Mohammed Banat saat dia ditangkap oleh pasukan keamanan otoritas pemerintah.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Nizar Banat adalah seorang aktivis politik berpengaruh dan pembela hak asasi manusia yang vokal dalam mengkritisi kebijakan pemerintah Palestina.
Pemerhati memandang kunjungan Abbas ke Turki pada situasi pribadi dan politik terburuknya dan popularitasnya yang menurun.
Bahkan menurut jajak pendapat, dia akan kalah dalam pemilihan presiden yang masih terus ditunda. Sementara organisasi Fatah diprediksi akan kalah di pemilihan legislatif.
Oleh karena itu, Abbas berusaha untuk mengkonsolidasikan dan memperkuat legitimasinya sebagai presiden rakyat Palestina dengan mengunjungi sebuah negara yang sudah mendukung rakyat Palestina selama in.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Dari sudut pandang politik sendiri, Turki lebih mendukung kembalinya proses penyelesaian dan dimulainya kembali negosiasi antara Otoritas Palestina dengan Israel berdasarkan legitimasi internasional.
Turki juga mendukung opsi solusi dua negara yang paling memungkinkan, dan didukung secara internasional, yang juga merupakan jalan pilihan Presiden Abbas.
Tentu diharapkan juga adanya penguatan dukungan di bidang ekonomi dan komersial dari Turki terhadap Palestina.
Saat ini Abbas juga ingin memperbaiki situasi politiknya, terutama paska berakhirnya pemerintahan Donald Trump, dan munculnya pemerintahan Joe Biden dengan pendekatan barunya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Turki sebagai salah satu anggota pakta pertahanan NATO bersama Amerika Serikat, tentu diharapkan dapat menjadi perantara pendekatan baru itu.
Sementara sebelumnya, seperti diberitakan Israel Today, Erdogan telah menelepon presiden baru Israel, Isaac Herzog pada 12 Juli 2021, membahas hubungan antara kedua negara dan masalah regional.
Komunikasi kedua pimpinan negara yang jarang terjadi, sejak lebih dari satu dekade hubungan kedua negara menegang.
Erdogan pada kesempatan itu mengatakan adanya kemungkinan kerja sama antara kedua negara di berbagai bidang, terutama di bidang energi, pariwisata, dan teknologi.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Dengan catatan terwujudnya solusi dua negara yang permanen dan komprehensif untuk konflik Palestina-Israel dalam kerangka resolusi PBB.
Erdogan juga mengatakan bahwa langkah-langkah positif penyelesaian konflik Palestina-Israel akan berdampak pada arah positif hubungan Turki-Israel, terutama untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas Timur Tengah.
Abbas seperti hendak mendorong Erdogan menjadi salah satu alternative penengah konflik Palestina-Israel. Walaupun Israel sendiri selama ini enggan berhadapan dengan kekuatan Turki.
Perkuat Rekonsiliasi
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Pada sisi lain, Abbas agaknya berharap Turki dipandang mampu memediasi kepemiminan Abbas dengan kepemimpinan Hamas. Bahkan pernah sebagai tuan rumah pertemuan rekonsiliasi di antara mereka.
Dalam konteks kunjungan tersebut, keinginan Abbas untuk berkirim pesan ke Kairo juga ikut menjadi pesan. Seiring mulai merapatnya hubungan Erdogan dan El Sisi.
Mesir juga menjadi tuan rumah dalam beberapa kali pertemuan rekonsiliasi internal faksi-faksi Palestina.
Dalam skala global, tentu bukan hanya Turki. Namun juga negara-negara Arab lainnya, yang lebih dekat bertetanggan dengan Palestina, anggota Organisasi Kerjasam Islam (OKI) dan dunia pada umumnya untuk terus mendukung perjuangan rakyat dan bangsa Palestina.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Internal Palestina sendiri, agar terus merapatkan barisan antar faksi-faksi yang ada, dalam usaha mereka meraih kemerdekaan dan kedaulatan negaranya. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir