Jakarta, MINA – Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Pertemuan Ahli Hisab dan Rukyat di Hotel Millennium Jakarta, Senin (19/9). Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin berharap pertemuan ini bisa memperkuat persatuan, khususnya dalam penentuan waktu-waktu ibadah.
“Pertemuan ini diharapkan bisa mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada. Saya kira tidak mudah untuk menyatukan perbedaan itu. Saya tidak mengatakan tidak mungkin, tapi tidak mudah untuk menyatukan perbedaan yang ada dalam konteks ini saja. Itulah uniknya Indonesia yang penuh keragaman ini,” kata Kamaruddin.
“Kita tidak harus memaksa orang lain untuk sama seperti kita, tapi tugas kita memberikan pemahaman agar mereka saling menghargai sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing,” tambahnya.
Menurut Kamaruddin, Indonesia bukan negara agama tapi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Indonesia, kata dia, tidak menganut sistem pemerintah yang memaksa atas keputusan keagamaan yang dikeluarkan.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
“Jadi ketika pemerintah mengeluarkan keputusan tentang keagamaan, tentang awal Ramadan misalnya, lalu ada masyarakat yang tidak mengikuti, pemerintah tidak bisa memaksakannya ketika itu terkait forum keyakinan seseorang. Itulah karakteristik Indonesia,” katanya.
Kamaruddin menjelaskan, pemerintah hanya fokus memberi layanan keagamaan dengan basis akademik yang kokoh dan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
“Kita tidak perlu mengajak semua masyarakat untuk sama, tapi tugas kita adalah memberi pengertian dan pemahaman kepada mereka untuk bisa saling menghormati dan menghargai, di samping kita memberikan layanan, petunjuk kepada masyarakat terhadap apa yang telah kita putuskan. Ini berbeda dengan negara-negara yang menganut sistem teokrasi,” pungkasnya. (L/R2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris