Astana, 24 Rabi’ul Akhir 1438/23 Januari 2017 (MINA) – Perundingan damai konflik Suriah telah dimulai di Astana, ibukota Kazakhstan, pada Senin (23/1) yang dihadiri oleh delegasi pemerintah dan oposisi Suriah.
Namun, menurut sumber-sumber oposisi, delegasi mereka tidak akan mengadakan pembicaraan langsung dengan perwakilan dari pemerintah.
Pertemuan di Astana yang diselenggarakan oleh Rusia dan Turki bertujuan memperkuat gencatan senjata yang rapuh yang sebagian besar telah diadakan meskipun tetap terjadi insiden kekerasan di seluruh Suriah.
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan
“Kita semua berada di sini dan mendapati semua pihak bersama-sama di sini, mengungkapkan bahwa Rusia serius, tetapi kami ingin melihat hal-hal yang terjadi di lapangan, itu menyebabkan hal yang tidak cukup optimis bagi kami,” kata juru bicara oposisi Yahya Al-Aridi kepada Al Jazeera, Senin.
Penolakan untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan delegasi pemerintah, membuat sumber-sumber diplomatik mengkhawatirkan efektivitas pertemuan.
Negosiasi di Kazakhstan yang dijadwalkan berlangsung hingga Selasa (24/1) tengah hari tersebut, kemungkinan akan diikuti oleh PBB yang akan memediasi pembicaraan diplomatik di Jenewa, Swiss, pada 8 Februari mendatang.
Para ahli mengatakan, terobosan ini nantinya bisa melihat siapa saja oposisi bersenjata yang turut bergabung dalam pembicaraan di Jenewa. (T/RI-1/P02)
Baca Juga: Pemerintahan Transisi Suriah Dipercayakan kepada Mohamed Al-Bashir
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)