Nur Sultan, MINA – Pemerintah Kazakhstan telah mengganti nama ibu kotanya dari Astana menjadi Nur Sultan, untuk menghormati presiden pertama negara itu, yang mengundurkan diri dalam langkah mengejutkan awal pekan ini.
Perintah untuk mengubah nama kota dikeluarkan pada hari Sabtu (23/3) oleh Presiden Sementara Kazakhstan yang baru dilantik, Kassym-Jomart Tokayev, demikian Al Jazeera melaporkan.
Tokayev awalnya mengusulkan nama baru pada hari Rabu (20/3) sebagai penghargaan kepada Nursultan Nazarbayev, yang memimpin negara itu selama beberapa dekade sampai pengunduran dirinya pada hari Selasa.
Protes kecil terjadi di kota terbesar Almaty dan kota-kota lain setelah perubahan nama diusulkan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pemerintah Astana menggantikan Almaty sebagai ibu kota pada tahun 1997 dan berkembang pesat dari kota stepa provinsi kecil menjadi kota futuristik.
Nama Astana secara harfiah berarti “ibu kota” dalam bahasa Kazakh dan telah lama ada spekulasi bahwa pada titik tertentu dapat diganti namanya setelah pemimpin yang membentuknya.
Nazarbayev memegang kendali negara itu selama hampir 30 tahun, pertama ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet dan kemudian sebagai presiden pertama Kazakhstan yang merdeka sesudah runtuhnya Uni Sovyet yang komunis.
Pengumumannya pada hari Selasa mengejutkan banyak pihak, termasuk para pengamat yang telah memperkirakan Nazarbayev akan menjadi presiden seumur hidup, seperti halnya dengan para pemimpin di negara-negara Asia Tengah lainnya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Namun, beberapa orang mencatat bahwa Nazarbayev yang berusia 78 tahun, yang dipuji oleh Tokayev sebagai “seorang reformator yang luar biasa”, akan mempertahankan kekuatan kunci sebagai Ketua Dewan Keamanan dan Ketua Partai Nur Otan yang berkuasa. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam