Pekalongan, MINA – Pondok Pesantren Tahfidz Al-Quran Al-Fatah Pekalongan, Jawa Tengah, menggelar Tahfidz Camp ke-3 pada Jumat-Ahad, 5-7 September 2025.
Tahfidz Camp berlangsung di kawasan sejuk Wana Wisata Sikujang, Kandangserang, Pekalongan, menghadirkan suasana alam yang mendukung pembinaan mental, spiritual, dan kepemimpinan santri.
Mudir Al-Fatah Pekalongan, Ustadz Muhammad Arroyan, bahwa para pemuda harus siap menjadi estafet kepemimpinan umat.
“Santri-santri sebagai generasi muda hendaknya meneladani Nabi Yusuf yang menjaga kehormatan dan kesabaran di tengah godaan, serta mengambil pelajaran dari Ashabul Kahfi dan Ashabul Ukhdud yang tetap teguh mempertahankan tauhid,” ujar Ustadz Arroyan di hadapan para santri tingkat SMP dan SMA.
Baca Juga: Pesantren Tahfidz: Mencetak Pemimpin Berkualitas dengan Iman dan Amal
Menurutnya, kisah-kisah tersebut relevan dengan kondisi zaman sekarang, di mana para pemuda dihadapkan pada godaan hedonisme, pergaulan bebas, hingga derasnya arus budaya digital yang dapat melemahkan iman.
Ia menambahkan, tantangan era modern jauh lebih kompleks daripada masa lalu. Santri kini harus berhadapan dengan kecanduan handphone, media sosial, hingga informasi instan yang sering menyesatkan.
“Kalau Ashabul Kahfi melawan kezaliman raja, dan Nabi Yusuf melawan godaan hawa nafsu, maka pemuda zaman ini harus melawan arus modernisasi yang menjerumuskan. Kuncinya tetap pada kesabaran, keimanan, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan,” tegasnya.
Amir Tarbiyah Niyabah Pekalongan, Ustadz Mohon Nasir, dalam pemaparannya, menyampaikan seputar adab dan akhlak santri terhadap Al-Quran.
Baca Juga: Generasi yang Terjual: Pendidikan Indonesia Dikuasai Pemimpin Rakus
Ia mengingatkan bahwa mushaf bukan sekadar dihafal, melainkan harus dimuliakan, dijaga dengan adab, dan diamalkan.
“Akhlak seorang santri akan terlihat dari sikapnya terhadap Al-Quran,” ujarnya.
Acara tahunan ini diikuti oleh seluruh santri tingkat SMP dan SMA Al Fatah, serta didukung penuh oleh pemuda Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) dan para alumni yang bertugas sebagai instruktur dan panitia.
Kolaborasi lintas generasi tersebut menghadirkan semangat kebersamaan, memperkuat ukhuwah, sekaligus melatih jiwa kepemimpinan para santri.
Baca Juga: Guru Membawa Cahaya, DPR Membawa Wacana
Tujuan utama Tahfidz Camp adalah menanamkan nilai leadership, melatih kemandirian, serta menumbuhkan tradisi “Iqra” melalui tadabbur alam. Santri tidak hanya menghafal Al-Quran, tetapi juga belajar menginternalisasi nilai-nilainya dalam kehidupan nyata.
Rangkaian kegiatan Tahfidz Camp tersusun variatif dan edukatif. Santri mengikuti halaqah tahfidz, pelatihan kepemimpinan, diskusi kelompok, tadabbur alam, permainan edukatif, hingga jelajah alam untuk menumbuhkan jiwa petualang. Bahkan, kegiatan olahraga berenang di sungai samping area perkemahan menjadi momen kebersamaan yang melatih sportivitas sekaligus menjaga kebugaran santri.
Suasana penuh keceriaan dan semangat terasa sepanjang kegiatan. Para peserta mengaku antusias, mendapatkan pengalaman baru, serta motivasi untuk menjaga hafalan Al-Quran.
“Saya merasa lebih semangat setelah ikut camp ini. Selain hafalan bertambah, saya juga belajar arti kebersamaan dan tanggung jawab,” ungkap salah satu santri dengan penuh rasa syukur.
Baca Juga: Anak Asuh FDP Diterima di Madrasah Mustafawiyah Kedah Malaysia
Dengan keberhasilan pelaksanaan Tahfidz Camp, Al-Fatah Pekalongan kembali menegaskan posisinya sebagai program unggulan pesantren. Harapannya, kegiatan seperti itu dapat menjadi wadah berkelanjutan dalam mencetak generasi Qurani yang tangguh, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman. []
Mi’raj News Agency (MINA)