Jakarta, 11 Syawwal 1438/5 Juli 2017 (MINA) – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti menyambut baik rencana akan tayangnya film Nyai Ahmad Dahlan.
Dia mengatakan, dengan adanya film tentang Nyai Ahmad Dahlan, warga Muhammadiyah dan masyarakat umum akan semakin mengenal para tokoh Muhammadiyah.
Menurut Abdul Mu’ti, sosok Nyai Ahmad Dahlan sangat istimewa karena ialah satu-satunya tokoh perempuan Muhammadiyah yang telah ditetapkan Pemerintah RI sebagai Pahlawan Nasional, demikian keterangan pers yang diterima MINA, Rabu (5/7).
“Ditetapkannya Nyai Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional tentu bukan hanya karena beliau istri KH Ahmad Dahlan, tapi karena memang Nyai Ahmad Dahlan telah melakukan peran-peran besar yang berguna bagi Bangsa Indonesia sehingga negara menganggap layak mengangkatnya jadi Pahlawan Nasional,” kata Abdul Mu’ti.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
Film Nyai Ahmad Dahlan direncanakan akan tayang di bioskop mulai 24 Agustus 2017. Film ini dibintangi oleh Tika Bravani sebagai Nyai Ahmad Dahlan, dan David Chalik yang berperan sebagai KH Ahmad Dahlan.
Abdul Mu’ti berharap, dengan adanya film Nyai Ahmad Dahlan masyarakat akan lebih mengetahui sosok Nyai Ahmad Dahlan. “Selama ini kita kurang banyak mendapat informasi tentang Nyai Ahmad Dahlan. Bahkan buku atau data tertulis tentang Nyai Ahmad Dahlan juga masih sangat minim,” jelasnya.
Selama ini, lanjut dia, KH Ahmad Dahlan yang lebih banyak dikenal luas. Padahal dibalik sosok KH Ahmad Dahlan yang berhasil merintis dan membesarkan Muhammadiyah sebenarnya ada sosok perempuan hebat, yaitu Nyai Ahmad Dahlan.
Nyai Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 1971 dengan Surat Keputusan Presiden no 42/TK Tahun 1971, saat Presiden RI dijabat oleh Soeharto. Presiden RI pertama Ir. Seokarno secara pribadi sangat mengenal Nyai Ahmad Dahlan. Hal ini karena Ir. Soekarno pernah menjadi pengurus Muhammadiyah bagian pendidikan di Bengkulu. Ibu Fatmawati, istri Bung Karno, adalah anak Ketua Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Pada saat ibu kota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta 4 Januari 1946, Presiden Seokarno menyempatkan diri berkunjung ke rumah Nyai Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta. Saat itu Nyai Ahmad Dahlan sudah dalam keadaan sakit karena usia.
Nyai Ahmad Dahlan wafat dalam usia 74 tahun pada 31 Mei 1946, 10 bulan setelah Kemerdekaan RI. Hadir mewakili Pemerintah RI dalam acara pemakaman Nyai Ahmad Dahlan pada waktu itu adalah HM Rasjidi, Menteri Agama, dan Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo. (L/R01/RI-1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan