Pintu Sukses Itu Bernama Hijrah

Oleh Widi Kusnadi, Redaktur Kantor Berita MINA

adalah sesuatu yang diimpikan setiap orang, baik sukses dalam kehidupan dunia maupun akherat. Sukses dunia dengan memiliki ilmu dan keterampilan yang profesional, harta yang mampu memberi manfaat bagi keluarga dan masyarakat, atau jabatan dan pengaruh yang mampu mengajak orang lain menuju kebaikan, semua itu ciri kesuksesan dunia yang diidamkan demi mendamba kesuksesan akherat pada kehidupan selanjutnya.

Islam sebagai agama yang sempurna tentu saja memberikan petunjuk meraih itu semua. Nabi Muhammad c sebagai utusanNya sudah barang tentu menjadi contoh yang paling sempurna bagaimana kita mendapatkannya.

Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari Muslim). Tentu hal ini menjadi acuan bagi siapapun sebagai motofasi mengejar kesuksesan itu.

Dalam sebuah perjalanan safari dakwah ke negeri Australia pada September 2016 lalu, penulis mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang orang-orang yang berhijrah dari kampung halamannya ke negeri Kanguru itu mengalami perubahan hidup sehingga mereka mampu mendakwahkan Islam kepada masyarakat Australia.

“Menjadi Muslim di Australia adalah menantang, tapi kami juga memiliki lebih banyak kesempatan yang tidak kita miliki di Indonesia. Saya tidak akan dapat melakukan lebih banyak untuk menyebarkan pesan sejati agama saya jika saya tinggal di Indonesia,” demikian ungkapan Muhammad Edwars, orang Indonesia yang saat ini menjadi penghulu negara bagian Victoria.

Potret Para Rasul

Dalam catatan sejarah, orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah mereka yang pernah melakukan perjalanan dengan meninggalkan kampung halaman, bahkan negaranya, untuk berhijrah demi meraih kesuksesan. Adalah manusia pertama, Nabi Adam ketika dibuang dari surga, lalu berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya, hingga ia bertemu kembali dengan pasangannya, Hawa di Padang Arafah. Andai saja.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam hijrah dari Palestina ke Mekkah. Sebuah perjalanan yang jauh dan melelahkan karena saat itu belum ada alat transportasi sebagaimana sekarang ini. Ibrahim dan istrinya Hajar, serta anak balitanya Ismail, bersama-sama menempuh ribuan kilometer dibawah panasnya terik matahari di gurun pasir, serta dinginnya malam demi melaksanakan wahyu ilahi, perintah hijrah yang suci.

Nabi Musa sejak awal kelahirannya ia sudah menjadi seorang muhajir dengan meninggalkan ibunya dengan cara dimasukkan dalam keranjang lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Bundanya berharap agar ia selamat dari genosida massal bayi yang sedang dilakukan Raja Firaun dengan bala tentaranya. Ketika dewasapun, ia mengembara hingga menemukan pelajaran berharga dari guru-guru yang ditemuinya.

Nabi Isa semenjak dalam kandungan sudah dibawa ibundanya berhijrah meninggalkan kaumnya yang mencemooh karena dianggap anak zina. Maryam akhirnya berhasil melahirkan Nabi Isa dengan selamat berkat hijrahnya meninggalkan kaumnya yang berusaha mengintimidasi dan terus mengganggunya.

Nabi Muhammad, perjalanan dakwahnya sangat kental dengan nuansa hijrah dari satu tempat ke tempat lainnya. Bangsa Qurasy tidak bisa menerima ajaran dan ideologi yang dibawanya. Jati diri Rasulullah yang terkenal sebagai al-amin (penuh amanah, jujur, ramah, dan dermawan) tidak dihiraukan kaumnya hingga Baginda Nabi harus berhijrah dari satu kota ke kota lainnya.

Begitulah kisah-kisah para rasul mengemban dakwah tauhid yang mengharuskan mereka berhijrah sebagai salah satu jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan kesuksesan.

Hijrah Menuju Kesuksesan

Hijrah adalah jalan orang yang sukses. Allah Swt berfirman di dalam Al Quran surah At Taubah [9]: ayat ke 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

Ayat di atas adalah resep yang harus kita miliki apabila kita ingin menggapai kesuksesan. Di akhir ayat ini disebutkan tentang orang-orang yang memperoleh kemenangan atau kesuksesan. Kemenangan atau kesuksesan dalam ayat ini adalah kemenangan atau kesuksesan yang hakiki. Bukan kemenangan atau kesuksesan dalam ukuran dan pandangan manusia. Melainkan kemenangan atau kesuksesan dalam pandangan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dari ayat tersebut, kita bisa mendapatkan cara bahwa, langkah pertama menjadi orang sukses adalah beriman kepada Allah Swt. Yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt senantiasa mendengar bisikan hati kita. Yakin dengan sepenuh hati bahwa Dia selalu mengetahui setiap perbuatan yang kita lakukan sejak dahulu hingga sekarang.

Keimanan tidak hanya diucapkan dengan bibir dan lisan. Melainkan keimanan yang diwujudkan dengan keteguhan hati dan perbuatan keseharian yang semakin baik dan semakin berkualitas dari waktu ke waktu.

Langkah kedua seperti yang kita bahas adala berhijrah. Hijrah adalah berpindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Atau, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Hijrah memiliki dua makna. Ada hijrah secara makna (ma’nawiyyah) dan ada hijrah secara fisik(makaniyyah). Hijrah secara makna adalah hijrah kepribadian, dari keadaan pribadi sebelumnya kepada keadaan pribadi yang lebih baik secara lahir dan batin. Adapun hijrah secara fisik adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain yang situasinya lebih baik.

Langkah selanjutnya setelah hijrah adalah dengan bersungguh-sungguh. Dari kisah hijrahnya Rasulullah Saw beserta para sahabat ke Madinah, ada satu pelajaran yang amat berharga. Yaitu, bahwa hijrah itu bukanlah berpindah untuk pergi meninggalkan masalah atau meninggalkan problem. Hijrah adalah berpindah atau pergi untuk meningkatkan amal ke depan. Untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan.

Hijrah adalah untuk berjuang. Perjuangan yang benar adalah perjuangan di jalan Allah Swt. Perjuangan yang dilakukan dengan tujuan membela menegakkan agama-Nya. Perjuangan mengukuhkan keadilan dan mengangkat kebenaran. Inilah yang ditempuh oleh Rasulullah Saw dan para sahabat setelah hijrah ke Madinah.

Demikianlah, kesuksesan sejati hanya bisa diraih oleh orang-orang yang mau beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah Swt. Tanda kesuksesan tidak pada pandangan atau ukuran manusia, melainkan pada pandangan Allah Swt. Kesuksesan sejati itu bukan harta kekayaan, pangkat, kedudukan dan popularitas. Kesuksesan sejati itu adalah tempat yang baik di mulia Allah Swt.

Berhijrah, Rahmat dan Berjamaah

Allah Subhanahu wa taala berfirman dalam surah Al-Anfal [8]  ayat ke 72

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُوْلَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يُهَاجِرُواْ مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُواْ وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلاَّ عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Hijrah adalah amal dan sistem Allah yang sangat besar setelah Iman. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya pengorbanan hijrah yang dilakukan Rasulullah Muhammad dan para sahabatnya. Hijrah mengajarkan kita totalitas dalam perjuangan dengan satu niat dan tujuan, yakni mencari ridha Allah semata.

Untuk melakukannya memerlukan kesiapan mental terkait pengorbanan semua harta dan juga nyawa. Itulah yang dilakukan oleh Abu Bakar dan sahabat lainnya. Karena demikian besarnya pengorbanan dari sebuah hijrah, maka Allah menjanjikan kepada mereka yang melakukannya dengan imbalan yang sangat fantastik, yakni mencakup kebaikan dunia dan kesuksesan akhirat.

Sungguh hijrah adalah perubahan dan strategi memenangkan Islam dan meraih kebaikan di dunia dan kesuksesan akhirat. Bahkan hijrah juga sebagai bukti kongkrit dari keimanan yang benar.

Meraih rahmat, ampunan dan kasih sayang dari Allah, jaminan memperoleh tempat yang luas dan rizki yang lapang di dunia serta syurga di akhirat seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 218:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ  وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. An-Nisa [4] : 100)

Sesungguhnya, hijrah merupakan amal jama’i dan menjadi kebutuhan umat Islam, baik ditinggat lokal, nasional, regional maupun internasional untuk menghadapi musuh-musuh Islam. Tanpa amal jama’i yang tersusun rapi maka umat Islam tidak akan menghasilkan capaian-capaian yang optimal.

Da’wah yang merupakan tugas inti dari Harakah Islamiyah harus dilakukan dengan amal jama’i sehingga menjadi kuat dan mampu menghadapi berbagai macam bentuk kebatilan yang muncul dan berkembang di masyarakat

Lebih dari itu bahwa amal jama’i merupakan kewajiban Syari’ah dimana setiap muslim dituntut untuk melakukannya sesuai dengan ruang lingkupnya tugasnya masing-masing. Kewajiban tersebut akan semakin mengikat jika seorang muslim tadi sebagai seorang da’i. Karena da’wah yang ditangani secara sendirian sangat terpengaruh dengan unsur-unsur subyektifitas pribadainya disamping rentan dengan segala macam bentuk ujian.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Jika dalam perjuangan kita sudah dalam satu kesatuan dengan Imaam yang ditaati, maka akan lahir kekuatan umat yang mampu berkontribusi di dalam pembangunan lebih luas. Karena itu, setelah hijrah kita tunaikan, mari kita kuatkan barisan kaum muslimin dengan berjamaah, niscaya rahmat Allah akan kita dapatkan. (R03/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.