Roma, MINA – Keheningan Barat mengenai situasi di Tunisia menunjukkan dukungan mereka untuk rezim otokratis seperti di Arab Saudi dan Mesir, yang berdiri di belakang kudeta, kata mantan Perdana Menteri Italia Romano Prodi dalam sebuah artikel di El Mensajero, Selasa (3/8).
“Semua ini memiliki tanda tanya baru tentang potensi konsekuensi langsung pada negara tetangga Italia karena meningkatnya bahaya COVID-19 dan gelombang imigrasi yang diperkirakan,” kata mantan presiden Komisi Eropa itu, MEMO melaporkan.
Prodi mengatakan, dampak eksternal di kancah Tunisia terbagi antara Mesir, Arab Saudi, UEA dan Bahrain, yang mendukung tindakan otokratis yang diambil oleh Presiden Tunisia Kais Saied, melawan Qatar dan Turki yang mendukung jalur politik Ikhwanul Muslimin, yang merupakan bagian dari jalur demokrasi Tunis.
“Saya pikir apa yang terjadi di Tunisia bukanlah masalah internal,” katanya. “Konsekuensi dari beralih ke otokrasi akan melampaui batas Tunisia. Kami, orang Eropa, kehilangan pengaruh politik di tepi selatan Mediterania.”
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Pada tanggal 25 Juli, Presiden Tunisia Kais Saied yang mengutip Pasal 80 konstitusi memberhentikan Perdana Menteri Hicham Mechichi, membekukan kerja parlemen selama 30 hari, mencabut kekebalan menteri, dan mengangkat dirinya sebagai kepala otoritas eksekutif sampai pembentukan sebuah pemerintahan baru.
Itu terjadi setelah protes keras pecah di beberapa kota Tunisia yang mengkritik penanganan pemerintah terhadap ekonomi dan virus corona. Demonstran menyerukan agar parlemen dibubarkan.
Mayoritas partai politik negara itu mengecam langkah itu sebagai “kudeta terhadap konstitusi” dan pencapaian revolusi 2011. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza