Bangkok, 14 Rajab 1436/3 Mei 2015 (MINA) – Pemimpin junta militer sekaligus Perdana Menteri Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha berjanji akan menemukan pelaku di balik sebuah kamp perdagangan manusia di Thailand Selatan yang berisi kuburan sekitar 26 orang etnis Rohingya Muslim.
Juru bicara wakil pemerintah Kolonel Sansern Kaewkamnerd mengatakan Ahad (3/5), Jenderal Prayuth Chan-ocha telah menyatakan, siapa pun yang terbukti terlibat akan dihukum.
“Jika mereka pejabat negara, mereka akan mendapatkan hukuman berat, baik pidana dan disiplin,” kata Kaewkamnerd, menurut surat kabar The Nation.
“Orang jahat dan penjahat yang mengeksploitasi manusia lain seharusnya tidak memiliki tempat untuk berdiri dalam masyarakat Thailand,” tambahnya.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Pada Sabtu, tim selesai mencari di daerah sekitar kamp di sebuah bukit, hanya 300 meter utara perbatasan Malaysia, setelah menggali total 26 mayat dari 32 kuburan.
Kebanyakan korban adalah Muslim Rohingya dari Myanmar Barat dan Bangladesh. Kondisi mayat yang sudah membusuk menyiratkan korban telah terkubur selama berbulan-bulan.
Polisi Provinsi Songkhla Kolonel Trivit Sriprapa mengatakan kepada Anadolu Agency pada Ahad yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), 20 mayat sudah diperiksa dan tidak ada luka atau bekas pemukulan yang ditemukan.
Dia menambahkan, tim forensik masih terus memeriksa enam jenasah lainnya yang telah diangkut ke rumah sakit setempat.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Seorang pria kurus ditemukan masih hidup. Pria itu mengatakan kepada media Phuketwan, kebanyakan orang ditahan di kamp itu dipukul atau disiksa.
“Kami tidak pernah bisa mendapatkan cukup makanan atau air. Mandi jarang terjadi,” tambahnya.
Kepala Polisi Thailand Jenderal Somyot Punpanmuang menggambarkan kamp sebagai “penjara virtual”, di mana ratusan migran Bangladesh dan Rohingya yang bertekad menuju Malaysia mencari pekerjaan, dipenjara oleh penyelundup manusia sampai keluarganya yang pulang ke rumah bisa membayar uang tebusan untuk pembebasannya. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai