Teheran, 27 Jumadil Awwal 1437/7 Maret 2016 (MINA) – Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan pemerintah Turki dan Iran bersepakat untuk melindungi integritas wilayah Suriah.
Davutoglu menyatakan kedua negara sepakat untuk mendukung penghentian permusuhan di Suriah untuk proses negosiasi, katanya dalam kunjungannya ke ibukota Iran, Teheran, Sabtu (6/3).
“Kami [Turki dan Iran] mempertimbangkan bahwa menghentikan pertumpahan darah akan memberikan dasar penting bagi negosiasi politik,“ kata Davutoglu. Seperti Middle East Monitor (MEMO) dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Davutoglu mengatakan, percaya bahwa Turki dan Iran setuju pada kebutuhan untuk melindungi integritas wilayah Suriah, mendukung penghentian permusuhan untuk proses negosiasi, mewakili semua dari berbagai unsur Suriah di pemerintah, memerangi terorisme, dan tidak bergantung pada pelaku asing untuk memecahkan masalah daerah.
Sebuah perjanjian penghentian permusuhan mulai berlaku pada 27 Februari, membuka jalan bagi pembicaraan untuk melanjutkan.
Sejak gencatan senjata mulai berlaku, rezim Assad yang bersama dengan Rusia dukungan, juga didukung oleh kelompok Hizbullah di Libanon juga terus melakukan serangan baik dari udara maupun dari darat.
AS, Uni Eropa, Turki, dan negara-negara Teluk Arab mengambil bagian dari mereka, Dia juga mengatakan bahwa hanya ketika Rusia menghentikan serangan udara terhadap daerah oposisi yang dipegangoleh warga sipil di Suriah dapat gencatan senjata asli dicapai.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Davutoglu juga berbicara tentang para wali yang telah ditunjuk di koran Zaman, Ia mengatakan, “Ini adalah proses peradilan, bukan politik“.
Pada hari Jumat, pengadilan Istanbul memutuskan untuk menunjuk wali untuk Zaman.
Surat kabar itu dituduh mendukung apa yang disebut Gulenist Teror Organisasi, dipimpin oleh pendeta berbasis AS Fethullah Gulen.
Selama kunjungannya, Davutoglu bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan Wakil Presiden Pertama Eshaq Jahangiri. (T/P002/P2)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata