PM TURKI: XENOFOBIA MASALAH TERBESAR DI EROPA

Perdana menteri Turki,  Ahmet Davutoglu (Foto : Memo)
Perdana menteri Turki, Ahmet Davutoglu (Foto : Memo)

Dusseldorf, 16 Rajab 1436/5 Mei 2015 (MINA) – Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, bahwa (ketakutan terhadap yang dianggap asing) serta pengucilan atas dasar sektarian, perbedaan agama dan etnis adalah ancaman terbesar yang dihadapi saat ini.

Davutoglu memberikan komentarnya pada pembukaan gedung baru Konsulat Jenderal Turki di Dusseldorf, ibu kota Negara Bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman, Ahad lalu (3/5).

“Nilai dasar yang harus kita pertahankan secara kuat bagi masa depan benua kita adalah untuk melindungi martabat manusia dan memastikan lingkungan budaya, di mana setiap orang dapat melaksanakan agamanya, iman dan keyakinannya secara bebas,” tambahnya, pada laman Middle East Monitor (MEMO) yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Davutoglu menyatakan, keprihatinannya atas serangan terhadap masjid yang dilakukan kelompok Islamofobia yang muncul di Eropa beberapa bulan terakhir.

Ketika ditanya tentang hubungan ekonomi Jerman dan Turki, Davutoglu mengatakan, kehadiran warga Turki di Jerman, membuatnya menjadi negara yang menjadi prioritas untuk Turki.

Dia menggambarkan hubungan antara dua negaranya sebagai contoh untuk diikuti dunia. Dia juga mencatat bahwa masyarakat Turki dapat memperkaya Jerman dan Eropa dalam hal sosial dan budaya.

“Hubungan bilateral kedua negara tentu akan berkembang sangat kuat,” tegasnya.

Fakta mengenai Jerman pada Tatsachen-ueber-deutschland menyebutkan, pada 2010-2011 tercatat ada lebih dari 15 juta orang pendatang yang tinggal di Jerman. Sekitar 7 juta orang di antara mereka adalah warga negara asing, dan 8 juta orang telah memperoleh kewarganegaraan Jerman.

Para imigran dari Turki yang jum­lahnya 2,5 juta orang merupakan kelompok terbesar kedua. Selanjutnya ada 1,5 juta orang yang berasal dari bekas Yugoslavia atau negara-negara penggantinya. Jumlah penganut agama Islam yang tinggal di Jerman diperkirakan sebesar 4 juta jiwa. (T/P002/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0