Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[POPULER MINA] Direktur RSI Gaza Syahid, Israel Tembaki Sipil Pencari Bantuan

Hasanatun Aliyah Editor : Rudi Hendrik - 39 detik yang lalu

39 detik yang lalu

0 Views

Ribuan warga Palestina di Jalur Gaza berbondong-bondong untuk mendapatkan bantuan bahan makanan dengan risiko puluhan orang syahid oleh tembakan pasukan Israel. (Gambar: dok. QNN)

MINA – Informasi syahidnya Direktur Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Marwan Al-Sultan, serta aksi penembakan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina yang sedang mencari bantuan kemanusiaan menjadi sorotan pembaca Minanews.net pekan ini edisi 30 Juni – 6 Juli 2025.

Marwan Al-Sultan dilaporkan meninggal bersama istri dan anak-anaknya akibat serangan udara Israel yang menghantam bangunan tempat tinggal di wilayah barat daya Gaza City, menurut laporan Al Jazeera Arabic.

Al-Sultan dikenal sebagai sosok penting dari Gaza utara, yang sering memberikan informasi tentang krisis kemanusiaan dan kondisi medis di tengah konflik yang terus berlangsung. Ia secara rutin menyerukan kepada komunitas internasional agar menjamin keselamatan tim medis, terutama saat RS Indonesia dalam ancaman atau pengepungan pasukan Israel.

Kematian Al-Sultan menjadi kehilangan besar bagi layanan kesehatan Gaza yang sudah rapuh. Upayanya dalam memperjuangkan perlindungan warga sipil dan akses medis telah menarik perhatian internasional, khususnya ketika serangan semakin intensif.

Baca Juga: Israel akan Kirim Delegasi ke Doha untuk Pembicaraan Gencatan Senjata dengan Hamas

Israel Tembaki Sipil Pencari Bantuan Kemanusiaan

Menurut Quds News Network (QNN), tentara Israel menembaki warga sipil yang kelaparan saat menunggu bantuan makanan di lokasi distribusi yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).

Sejak 27 Mei, Israel dan AS menerapkan distribusi bantuan terbatas melalui sistem GHF di Gaza tanpa pengawasan PBB dan lembaga internasional. Data Kementerian Kesehatan Palestina menyebut lebih dari 580 pencari bantuan tewas dan lebih dari 4.216 lainnya terluka sejak GHF memulai operasinya. Selain itu, 39 warga Palestina dilaporkan hilang setelah pergi ke lokasi distribusi untuk mencari makanan.

Pada Selasa (1/7), pasukan Israel menembak mati sedikitnya tujuh warga Palestina dan melukai 15 lainnya di dekat Koridor Netzarim, hanya sehari setelah militer Israel mengakui tentaranya “melukai” warga yang sedang mencari bantuan.

Baca Juga: Kehabisan Bahan Bakar, Layanan Seluruh Rumah Sakit di Gaza Terancam Tutup

QNN melaporkan pembunuhan massal terhadap para pencari bantuan telah menjadi pemandangan sehari-hari yang kelam di Gaza, memaksa warga untuk memilih antara kelaparan atau risiko ditembak. Warga Palestina, bersama PBB, menggambarkan lokasi-lokasi tersebut sebagai “perangkap kematian massal” dan “rumah pemotongan hewan.”

Pejabat militer Israel mengakui pada Senin (30/6) bahwa mereka menembaki warga Palestina yang mencari bantuan di titik distribusi. Serangan terhadap warga sipil yang kelaparan dilakukan dengan peluru artileri, meskipun mereka (sipil) tidak menimbulkan ancaman bagi Israel, menurut laporan Haaretz yang dikutip Anadolu.

Pengakuan ini muncul setelah laporan Haaretz pada Jumat, yang mengutip kesaksian tentara dan perwira Israel bahwa mereka diperintahkan untuk menembaki warga sipil kelaparan di pusat-pusat bantuan AS atau GHF.

Mereka mengonfirmasi bahwa “dalam insiden paling serius yang melibatkan penembakan terhadap warga sipil, antara 30 dan 40 orang menjadi sasaran – beberapa tewas, yang lain terluka dengan tingkat yang berbeda-beda.”

Baca Juga: Keluarga Sandera Israel Kembali Desak Netanyahu untuk Setujui Gencatan Senjata

“Penembakan itu ditujukan untuk menjaga ketertiban di lokasi distribusi makanan,” klaim mereka.

Meskipun serangan mematikan terus terjadi, para pejabat mengklaim bahwa tentara kini telah beralih ke “metode lain.”

Distribusi bantuan melalui GHF ini ditolak PBB dan lembaga internasional karena dinilai tidak sesuai prinsip kemanusiaan. Pengelola bantuan bahkan disebut sebagai tentara bayaran AS yang didukung pengusaha pro-Israel.

Sementara itu, Uni Eropa mengkritik keras situasi di sekitar pusat distribusi GHF.

Baca Juga: 31 Tentara Israel Tewas Ditembak Teman Sendiri di Gaza

“Mengenai ‘yayasan kemanusiaan (GHF) yang Anda sebutkan, ada pusat distribusi di Gaza, dan apa yang terjadi di sekitar pusat distribusi tersebut, situasinya tidak dapat ditoleransi, dan kekerasan harus segera dihentikan,” kata juru bicara Komisi Uni Eropa Anouar El Anouni dalam pengarahan di Brussels pada Jumat (4/7), seperti dilaporkan Anadolu.

Israel juga masih menutup rapat perlintasan perbatasan Gaza sejak 2 Maret, hanya mengizinkan beberapa lusin truk masuk, padahal wilayah tersebut membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Trump Perkirakan Gencatan Senjata Gaza Mungkin Tercapai Pekan Depan

Rekomendasi untuk Anda