MINA – Informasi runtuhnya Presiden Suriah Bashar al-Asaad dan perebutan wilayah Suriah oleh Israel menjadi sorotan pembaca Minanews.net">Minanews.net edisi 9-15 Desember 2024.
Jatuhnya Presiden Suriah Bashar Assad
Rezim Bashar al-Assad ditumbangkan oleh kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (minanews.net/tag/hts/">HTS) pada Ahad (8/12).
Kemenangan oposisi diumumkan oleh Pemimpin minanews.net/tag/hts/">HTS, Abu Mohammed al-Julani di Masjid Umayyah, Damaskus Suriah. Di Masjid berusia 1.300 tahun itu al-Jawlani menyampaikan pesan kemenangan kepada rakyat Suriah.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Oposisi mengatakan telah “menggulingkan ‘tiran’ Bashar al-Assad,” juga mengumumkan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi bahwa mereka telah membebaskan Damaskus dan menggulingkan rezim Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun itu, seraya menambahkan bahwa semua tahanan telah dibebaskan.
Dilansir dari TRT World, 61 tahun kekuasaan Partai Baath di Suriah dimulai pada tahun 1963. Pada tahun 1970, Hafez al-Assad, ayah dari penguasa terakhir Suriah Bashar al-Assad, mengonsolidasikan kekuasaan melalui kudeta internal partai dan memangku jabatan presiden pada tahun 1971.
Bashar al-Assad menggantikan ayahnya setelah ia meninggal pada tahun 2000, melanjutkan kekuasaan Partai Baath yang telah berakhir pada Desember 2024, saat oposisi merebut kendali ibu kota Damaskus pada Ahad pagi lalu.
Sebelumnya, pada Sabtu malam (7/12) para pengunjuk rasa bangkit melawan rezim di lingkungan Damaskus, sementara pasukan rezim ditarik keluar dari lokasi-lokasi penting, seperti Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, dan bandara internasional.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Dengan masuknya para pengunjuk rasa ke area-area penting, rezim telah kehilangan sebagian besar kendalinya atas Ibu Kota.
Para tahanan di Penjara Sednaya di Damaskus, yang dikenal karena hubungannya dengan rezim dan praktik penyiksaan yang terkenal, dibebaskan oleh para demonstran yang menyerbu fasilitas tersebut.
Pasukan oposisi telah menguasai sebagian besar pusat wilayah di Suriah dari pasukan rezim, seperti Kota Aleppo di seluruh Provinsi Idlib, Kota Hama, Provinsi Homs, dan Daraa di Suriah selatan dekat perbatasan Yordania.
Setelah oposisi berhasil menaklukkan Damaskus, Assad melarikan diri dari negara tersebut.
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Dilansir dari rt.com, Diplomat senior Rusia Mikhail Ulyanov Senin pagi (9/12) mengonfirmasi laporan media bahwa Assad dan keluarganya telah diberikan suaka, kini berada di Moskow.
Runtuhnya rezim Assad menjadi kebahagiaan dan harapan baru bagi warga Suriah, bahkan ribuan warga Suriah yang belasan tahun mengungsi di negara tetangga seperti Turkiye dan Lebanon kini mulai kembali ke tanah airnya.
Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Pemerintah Penyelamat Suriah (SSG) Mohamed Al-Bashir dipercaya memimpin pemerintahan transisi pasca runtuhnya rezim Bashar al-Asaad.
Al-Bashir menyampaikan hal itu kepada media, Selasa (10/12), bahwa ia dipercaya memimpin pemerintahan sementara hingga diadakannya pemilihan umum. Anadolu melaporkan.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Informasi lain yang menjadi sorotan pembaca Minanews.net">Minanews.net yaitu, Israel mengerahkan pasukannya untuk menyerang dan merebut beberapa wilayah di Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengungkap, militer Israel telah melancarkan serangan terhadap situs militer paling penting di Suriah, termasuk lokasi senjata kimia dan senjata berat yang diklaim untuk mencegah jatuh ke tangan oposisi.
Lembaga tersebut mengatakan, angkatan udara Israel setidaknya melakukan lebih dari 300 serangan udara di seluruh Suriah sejak oposisi berhasil menggulingkan Assad, mengutip laporan Al Mayaaden, Selasa (10/12).
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Observatorium yang berpusat di Inggris menyebut, pasukan Israel bergerak maju ke sisi Suriah di perbatasan dengan Lebanon, dan mengeklaim tidak mungkin untuk mengonfirmasi laporan tersebut secara independen.
Serangan tersebut menargetkan sejumlah lokasi, termasuk pusat penelitian, gudang senjata, bandara, dan skuadron pesawat. Serangan tersebut juga melumpuhkan sistem pertahanan udara dan membuat beberapa lokasi tidak dapat dioperasikan.
Pasukan Israel juga maju lebih jauh ke Suriah Selatan setelah pasukan darat mereka bergerak lebih jauh ke Dataran Tinggi Golan Suriah, yang secara efektif memperluas pendudukan mereka.
Seorang sumber mengatakan, tentara Israel memasuki Kota al-Hurriya di Provinsi Quneitra pada Kamis (12/12), sebagai bagian dari serangan rezim Tel Aviv yang belum pernah terjadi sebelumnya di Suriah, setelah penggulingan Assad.
Baca Juga: Dua Kapal Tenggelam di Yunani, Satu Tewas Puluhan Hilang
Sumber lokal mengatakan, pasukan Israel juga melakukan evakuasi paksa terhadap penduduk Desa Rasem al-Ruwadi di wilayah tersebut.
Penduduk kota mengatakan, pasukan Israel meminta mereka meninggalkan rumah, yang dicaplok untuk dijadikan zona penyangga. Serangan itu melibatkan tank dan unit infanteri, di mana beberapa rumah digeledah.
Hal itu terjadi setelah Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan merencanakan “zona pertahanan steril” di Suriah Selatan, yang itu melanggar perjanjian pelepasan tahun 1974 antara kedua belah pihak.
Terkait hal ini, Liga Arab telah mengeluarkan resolusi yang mengutuk pendudukan Israel atas zona penyangga di dalam wilayah Suriah.
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Pada Jumat (13/12), blok yang beranggotakan 22 negara itu mengatakan, negara-negara Arab telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan sesi pertemuan mengenai praktik Israel terhadap Suriah. Press TV melaporkan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan