Jakarta, MINA – Informasi kesepakatan gencatan senjata antara Hezbollah Lebanon dengan Israel serta sandera Israel meminta gencatan senjata di Gaza, Palestina, menjadi sorotan pembaca Minanews.net edisi 25 November – 1 Desember 2024.
Kesepakatan Gencatan Senjata Hezbollah-Israel
Pendudukan Israel menyetujui gencatan senjata dengan Hezbollah di Lebanon yang berlaku sejak Rabu (27/11) pagi pukul 04.00 waktu setempat.
Kantor Netanyahu mengatakan kabinet keamanan Israel telah menyetujui gencatan senjata dengan Hizbullah. Kantor Netanyahu mengatakan rencana tersebut disetujui dengan suara 10-1. Pemungutan suara larut malam itu dilakukan sesaat sebelum Presiden AS Joe Biden diharapkan mengumumkan rincian kesepakatan tersebut di Washington.
Baca Juga: Jaksa Minta ICC Tolak Banding Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Dikutip dari Al Jazeera, ada beberapa poin yang disepakati dalam gencatan senjata tersebut. Pertama gencatan senjata diperkirakan akan berlangsung yang awalnya selama 60 hari, kata Presiden AS Joe Biden.
Kedua, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, Israel akan secara bertahap menarik tentaranya dari Lebanon selatan selama 60 hari ke depan, dan Angkatan Darat Lebanon serta pasukan keamanan negara akan dikerahkan ke wilayah di selatan negara itu, kata Biden.
Berikutnya, Hezbollah akan diminta untuk mundur ke utara Sungai Litani, mengakhiri kehadirannya di Lebanon Selatan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Biden juga menyampaikan, Amerika Serikat dan Prancis telah berjanji akan bekerja sama dengan Israel dan Lebanon untuk memastikan bahwa kesepakatan itu sepenuhnya dilaksanakan. Seraya menambahkan bahwa sekutu lain yang tidak disebutkan namanya juga akan membantu.
Baca Juga: Aleppo dan Idlib Memanas, Tentara Suriah Jamin Keselamatan Warga Sipil
Sementara, Kepala PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, juga akan membantu melaksanakan perjanjian tersebut.
Namun Netanyahu menambahkan jika kesepakatan itu dilanggar dan Hezbollah mencoba mempersenjatai kembali, “kami akan menyerang”.
Sementara Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menyambut baik kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Terkait ini, Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sheikh Naim Qassem menyatakan, kemenangan signifikan atas pendudukan Israel pasca perjanjian gencatan senjata dan menegaskan kembali dukungannya yang tak tergoyahkan untuk Palestina.
Baca Juga: Oxford Union Menyatakan Rezim ‘Apartheid’ Israel Lakukan Genosida
Sementara serangan udara Israel mengguncang Beirut beberapa saat setelah Presiden AS Biden mengatakan Israel dan Hezbollah telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata. Serangan tersebut menargetkan sebuah apartemen di daerah Khandaq al Ghamiq di Beirut, demikian dilaporkan MTV Lebanon News.
Namun, Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Hezbollah yaitu militer Israel melancarkan serangan baru di Lebanon dan meningkatkan serangan udara mematikannya di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah pada Kamis (28/11) di X, tentara Lebanon mengatakan, pasukan pendudukan Israel beberapa kali melanggar perjanjian gencatan senjata tepat setelah berlaku, dan keesokan harinya. Press TV melaporkan.
“Pelanggaran ini termasuk pelanggaran udara dan serangan di wilayah Lebanon menggunakan berbagai senjata,” tambahnya.
Baca Juga: Hezbollah Nyatakan Kemenangan Pasca Gencatan Senjata dengan Israel
Militer Israel mengonfirmasi serangan udara tersebut, dan menambahkan bahwa pasukannya juga telah melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang sedang berkendara menuju rumah mereka di daerah tersebut.
Sebelumnya, media Lebanon melaporkan bahwa sedikitnya dua orang terluka setelah tembakan tank Israel menghantam lima kota dan beberapa ladang pertanian di selatan negara itu.
Sandera Israel Minta Gencatan Senjata di Gaza
Informasi yang menjadi sorotan pembaca Minanews.net lainnya, yaitu Pejuang Hamas di Gaza merilis video sandera Israel Edan Alexander (20) yang memohon kepada presiden terpilih AS Donald Trump untuk mendorong kesepakatan gencatan dengan para pejuang Palestina di Gaza.
Baca Juga: Puluhan Anggota Parlemen Inggris Desak Sanksi Segera terhadap Pendudukan Israel
Video tersebut diizinkan tersebar di Israel dan dipublikasi media, berdurasi tiga setengah menit itu tidak diberi tanggal, meskipun Alexander menyatakan bahwa ia telah ditahan selama lebih dari 420 hari. Dipastikan video tersebut direkam pekan ini.
Alexander, yang berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat, adalah seorang tentara yang ditempatkan di dekat Jalur Gaza, pagi tanggal 7 Oktober ketika dia ditawan oleh Hamas, bersama dengan 250 sandera lainnya.
Alexander lahir di Tel Aviv, dibesarkan di Tenafly, New Jersey, dan bergabung dengan Golani sebagai prajurit tunggal setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 2022. Dikutip dari Time Of Israel.
Dalam video tersebut, Alexander meminta pemerintah Israel untuk membawanya pulang. Pada paruh kedua video, Alexander berbicara dalam bahasa Inggris dan meminta pemerintahan Trump yang akan datang untuk mengupayakan pembebasannya.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Sebabkan Kerusakan Parah di Israel Utara
Alexander, yang berbicara langsung kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa ia “kecewa” karena pemerintah telah “mengabaikan” para sandera yang masih berada dalam tawanan.
Berbicara dalam bahasa Inggris kepada Presiden AS terpilih Donald Trump, Alexander meminta agar dia “menggunakan pengaruh Anda dan kekuatan penuh Amerika Serikat untuk bernegosiasi demi kebebasan kami.”
“Tolong jangan membuat kesalahan yang sama seperti yang dilakukan [Presiden AS Joe] Biden. Senjata yang dia kirimkan sekarang membunuh kami, pengepungan yang melanggar hukum sekarang membuat kami kelaparan,” tambahnya.
Terkait ini, keluarga para sandera yang ditahan selama lebih dari satu tahun di Jalur Gaza memblokir pintu masuk ke kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Knesset, Rabu (27/11).
Baca Juga: Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Main Medsos
Mereka menuntut para sandera segera dibebaskan salah satunya melalui upaya gencatan senjata dengan Hamas di Gaza. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata Lebanon