Oleh: Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA; Pendiri Euro Management Indonesia,Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), Pemerhati Dunia Pendidikan Internasional & SDM Global*
Besarnya jumlah pemuda merupakan potensi dan risiko berat. Mulai tahun 2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati era langka bonus demografi (BD). Jumlah usia produktif diproyeksikan mencapai 64 persen total jumlah sebesar 297 juta.
BD analog pisau bermata dua. Di satu sisi merupakan potensi atau peluang sangat strategis sebuah negara untuk percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif melimpah. Namun jika salah kelola, bukan bonus, tetapi bisa menimbulkan malapetaka sosial.
Rasio sederhana BD dapat digambarkan, setiap 100 penduduk terdapat 64 orang berusia produktif. Sisanya 46 orang anak-anak dan lansia. Rasio usia produktif di atas 64 persen sudah cukup untuk bergerak menjadi negara maju. Itu rasio usia produktif terbaik dari 2020 sampai 2035.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Data demografi klop dengan proyeksi lembaga riset Internasional, McKinsey Global Institute yang memperkirakan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi paling stabil dunia, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh pada tahun 2030.
Segenap bangsa berkewajiban mencetak pemuda santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi. Perlu menekankan arti penting kemandirian dan kreativitas pemuda. Peringatan Sumpah Pemuda kemarin masih diwarnai dengan maraknya penyakit sosial yang melibatkan pemuda.
Tak bisa dipungkiri, semakin banyak pemuda teralienasi dengan tantangan zaman karena pemerintah kurang serius memberi fasilitas untuk berkarya nyata. Akibatnya, banyak pemuda yang hari-harinya terasa menjemukan dan sumpek karena minimnya prasarana atau ruang kreativitas. Padahal dalam era sekarang ekonomi kreatif bisa tumbuh subur jika distimulasi adanya ruang kreativitas dan kursus-kursus atau workshop gratis bagi pemuda.
Daya saing suatu bangsa ditentukan kemampuan berkreasi dan berinovasi sesuai dengan tren dunia. Seperti tergambar dalam kajian lembaga pendidikan terkemuka Amerika, Harvard Business. Dia menekankan pentingnya mendorong daya saing pemuda di bidang sistem inovasi dan produksi. Tak pelak lagi, situasi dunia semakin membutuhkan SDM muda yang inovatif dan ulet berbisnis untuk menghalau krisis.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Perlu membangun ruang kreatif bagi pemuda. Negeri ini membutuhkan sebanyak-banyaknya tokoh muda innovator baik tingkat dunia maupun lokal. Pada prinsipnya sumber inovasi baik produk ataupun proses merupakan area belajar (learning). Tujuannya agar pemuda mampu berinovasi. Di sini diperlukan upaya meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya dengan memperkuat kapasitas learning.
Kapasitas inovasi akan membaik jika daya kreativitas pemuda ditumbuhkan dengan membangun berbagai infrastruktur. Dalam persaingan global yang sangat ketat perlu right brain training untuk menumbuhkan daya kreativitas pemuda.
Modus kreativitas bisa lahir dari berbagai disiplin ilmu lalu bersenyawa menjadi produk hebat.
Potensi Pemuda
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Demografi pemuda ini harus dikelola secara totalitas agar potensinya tidak menjadi beban sejarah dan berubah menjadi bencana sosial. Lihat saja kemarakan, kejahatan dan kekerasan oleh pemuda atau terlibat narkoba. Penyebabnya antara lain faktor kemiskinan struktural, lonjakan pengangguran usia muda, dan putus sekolah.
Ada karakter dan kapasitas yang perlu dikapitalisasi setiap generasi muda untuk memenangi pertarungan masa depan dalam mewujudkan mimpi Indonesia sejahtera. Diperlukan generasi muda yang memiliki kualitas integritas tinggi. Kapasitas keahlian dan intelektual yang mumpuni. Kepemimpinan yang peduli dan profesional.
Tak pelak lagi, bangsa saat ini menanti kebangkitan kaum muda untuk mewujudkan negeri harapan. Kapitalisasi tersebut membutuhkan wahana dan kesempatan bagi pemuda agar bisa menjadi unggulan.
Perlu membangun optimisme kebangsaan, tidak lama lagi pemuda mampu mewujudkan mimpi bangsa. Prediksi tentang Indonesia yang akan menjadi bangsa maju pada tahun 2030 telah dibuat McKinsey Global Institute. Berbagai indikator telah dikemukakan lembaga itu seperti pusat-pusat pertumbuhan ekonomi mulai tersebar di luar Jawa. Prediksi ini bisa terwujud jika postur SDM bangsa, utamanya para pemuda, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk belajar sejak dini di pusat-pusat keunggulan iptek dan inovasi dunia.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Sejarah menunjukkan, kaum belia lebih tangguh mengendalikan semangat zaman. Mereka berani membuat terobosan dan inovatif. Orangtua sering menyatakan, anak muda seperti peribahasa ”kaduk wani kurang deduga” yang berarti kelewat berani tapi kadang-kadang kurang perhitungan. Itulah kekuatan, kelemahan dan sekaligus keajaiban kaum muda.
Indonesia membutuhkan terobosan atau langkah yang tidak biasa. Peran penerobos sangat tepat dilakukan kaum muda. Perlu memperbarui konsep Indonesia Incorporated yang bernuansa muda, yang sesuai dengan semangat zaman di mana tulang punggung ekonomi masa depan, ekonomi kreatif. Saatnya pemuda menggelorakan optimisme Indonesia secara konkret dengan membangkitkan sel-sel kreatif hingga desa.
Pakar proses kreativitas Daniel L Pink menyatakan bila ingin maju harus melengkapi kemampuan teknologi (high–tech) dengan hasrat mencapai tingkat “high concept” dan “high touch.”
High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan artistik dan emosional, mengenali pola-pola dan peluang, menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan temuan-temuan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
High touch adalah kemampuan berempati, memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna. Dalam konteks ini, diperlukan inovasi teknologi sebagai aspek high-tech guna mendorong high concept dan high touch bagi cluster ekonomi kreatif kaum muda. (AK/R11/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
*Selain itu Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA juga menjabat sebagai Wasekjen Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), Wasekjen Ikatan Saudagar Muslim Se-Indonesia (ISMI), Sekjen Ikatan Alumni Jerman (IAJ), Direktur Eksekutif Pusat Kajian “Rumah” Eropa, Ketua Ikatan Konsultan Pendidikan Eropa Indonesia (IKPEI), Ketua Yayasan Pendidikan Eropa Indonesia (YPEI), dan Penggagas Gerakan Indonesia 2030.
Euro Management merupakan pelopor Konsultan Pendidikan Internasional di Indonesia sejak tahun 2003 dan telah memberangkatkan hampir 4.000 mahasiswa Indonesia kuliah di berbagai negara maju di dunia. Saat ini Euro Management melayani jasa konsultasi untuk 29 negara tujuan belajar.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE). Beasiswa Habibie pertama kali dilangsungkan di era Menteri Riset dan Teknologi B.J Habibie atau tepatnya 30 tahun lalu. Program Beasiswa Habibie ini khusus untuk jurusan Sains dan Teknologi di luar negeri. Tercatat hampir empat ribu siswa telah diberangkatkan ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Jepang, hingga Belanda.