Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah membahas topik kerukunan umat beragama dalam memuliakan dan melestarikan lingkungan.
Country Coordinator JISRA Indonesia Mutiara Pasaribu mengapresiasi posisi strategis ‘Aisyiyah dalam Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis atau Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA).
Menurutnya, Aisyiyah dan JISRA bisa membangun kolaborasi dalam meningkatkan dan menguatkan peran-peran perempuan, terutama mereka yang aktif dalam bidang keagamaan/keyakinan (female faith actors), dalam merawat lingkungan sekitarnya.
“Selain itu, membuka ruang-ruang interaksi sekaligus perjumpaan bagi kelompok-kelompok yang berbeda agama dan keyakinan, sehingga mereka dapat membangun rasa saling percaya dan bekerja sama dalam menjaga kelestarian lingkungannya,” ungkap Mutiara dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Selasa (25/7).
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dia menambahkan, peran ‘Aisyiyah menjadi lebih strategis lagi dikarenakan mampu membawa suara-suara dan gagasan perempuan, yang selama ini terpinggirkan sehingga lebih terdengar lagi dan diperhitungkan.
Sementara pegiat Eco Bhinneka Ahsan Hamidi memberi kesempatan kepada perwakilan LLHPB PWA yang memiliki pengalaman dalam merawat kerukunan dan melestarikan lingkungan di komunitasnya untuk berbagi pengalamannya.
“Mari kita selalu membuka diri, membaur, bekerja sama, tepo seliro, dengan kelompok lain. Semoga Ibu-Ibu selalu mempunyai energi baik, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk ummat banyak. Selalu semangat bergerak, karena persoalan lingkungan dan kerukunan melekat pada hidup kita,” kata Ahsan.
Penguatan Ideologi Fikih Bencana dan Fikih Lingkungan
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Salah satu rangkaian agenda penting RAKERNAS yaitu Penguatan Ideologi tentang Fikih Bencana dan Fikih Lingkungan.
“Siapakah yang disebut kelompok rentan itu?,” tanya Budi Setiawan Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)/ Muhammadiyah Disaster Management (MDMC) PP Muhammadiyah saat memantik diskusi. “Ibu-Ibu harus jadi kelompok yang tidak rentan, dan memperkuat yang lain. Jadi kalau sudah terorganisasi dan punya pengetahuan, nggak boleh jadi kelompok rentan,” ucap Budi.
Menurut Budi, cara pandang terhadap bencana, sangat menentukan respon kita. Kalau cara pandang kita keliru, respon juga keliru.
“Bencana memang sebuah ketentuan dari Allah. Tetapi kalau itu oleh manusia dipahami sebagai hukuman, itu menjadi persoalan. Manusia dikaruniai kemampuan untuk mengelola risiko bencana,” ungkapnya.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Ia menjelaskan sebelum terjadi bencana, peserta perlu mengetahui potensi bencana di masing-masing wilayahnya, melalui aplikasi INARISK BNPB.
Selain itu, sudah mempersiapkan dan berlatih melakukan manajemen kedaruratan, seperti mendata siapa saja yang bisa terkena dampak bencana, agar bisa mempersiapkan bantuan sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Gatot Supangkat, hadir menjelaskan Fikih Lingkungan.
“Kalau lingkungan dikelola dengan baik, maka hal itu menjadi mitigasi bencana, dan mengurangi risiko bencana,” ungkapnya.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Menurut Gatot, dalam siklus 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) yang paling penting dan harus kita dorong adalah “reduksi” atau pengurangan sumber sampah.
“Bukan lagi menggunakan kalimat ‘Buanglah sampah pada tempatnya’, karena jika ajakannya ‘Buanglah’ itu artinya terus menghasilkan sampah, jadi sebaiknya ‘’Tempatkanlah sampah pada tempatnya,” pungkasnya.(R/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa