Beirut, MINA – Prancis meminta Israel untuk menghormati perjanjian gencatan senjata di Lebanon, dengan menarik sepenuhnya pasukannya dari selatan.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan dalam pernyataan, Senin (27/1) bahwa negaranya bekerja sama dengan Amerika Serikat, telah berhasil memperpanjang gencatan senjata di Lebanon hingga 18 Februari. Al-Ghad TV melaporkan.
Menlu Barrot menyampaikan penyesalannya atas kerugian manusia akibat pemboman Israel di Lebanon.
Gedung Putih mengumumkan pada hari Ahad (26/1) memperpanjang gencatan senjata antara Lebanon dan Israel hingga 18 Februari, setelah Israel tidak mematuhi batas waktu untuk menarik pasukannya dari Lebanon selatan.
Baca Juga: Warga Los Angeles Khawatirkan Dampak Debu Kebakaran bagi Kesehatan
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Lebanon akan tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata dengan Israel hingga 18 Februari 2025.
PM Mikati mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah Lebanon menegaskan komitmennya untuk menjaga kedaulatan dan keamanan Lebanon dan terus bekerja berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.
Ia menekankan, Komite Pemantauan sedang menindaklanjuti penerapan semua ketentuan kesepahaman gencatan senjata dan penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Rencana gencatan senjata awal, yang diumumkan pada akhir November, mengakhiri 14 bulan konflik antara Israel dan Hezbollah.
Baca Juga: Khianati Kesepakatan Gencatan Senjata, Israel Tunda Penarikan Pasukan dari Lebanon Selatan
Perjanjian yang ditengahi Amerika Serikat dan Prancis, memberi Hezbollah batas waktu 60 hari untuk mengakhiri kehadirannya di Lebanon selatan, dan menuntut agar pasukan Israel mundur dalam periode yang sama.
Presiden AS Joe Biden saat menjabat mengatakan ia mengumumkan rencana tersebut dirancang untuk berfungsi sebagai penghentian “permusuhan permanen” antara kedua belah pihak. []
Mi’raj News Agency (MINA)