Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prancis Minta Israel Tarik Pasukannya dari Lebanon Selatan

Ali Farkhan Tsani Editor : Bahron Ans. - Senin, 27 Januari 2025 - 18:15 WIB

Senin, 27 Januari 2025 - 18:15 WIB

21 Views

Situasi di Lebanon selatan. (Anadolu Agency)

Beirut, MINA – Prancis meminta Israel untuk menghormati perjanjian gencatan senjata di Lebanon, dengan menarik sepenuhnya pasukannya dari selatan.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan dalam pernyataan, Senin (27/1) bahwa negaranya bekerja sama dengan Amerika Serikat, telah berhasil memperpanjang gencatan senjata di Lebanon hingga 18 Februari. Al-Ghad TV melaporkan.

Menlu Barrot menyampaikan penyesalannya atas kerugian manusia akibat pemboman Israel di Lebanon.

Gedung Putih mengumumkan pada hari Ahad (26/1) memperpanjang gencatan senjata antara Lebanon dan Israel hingga 18 Februari, setelah Israel tidak mematuhi batas waktu untuk menarik pasukannya dari Lebanon selatan.

Baca Juga: Warga Portugal Gelar Aksi Solidaritas Palestina

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Lebanon akan tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata dengan Israel hingga 18 Februari 2025.

PM Mikati mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah Lebanon menegaskan komitmennya untuk menjaga kedaulatan dan keamanan Lebanon dan terus bekerja berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.

Ia menekankan, Komite Pemantauan sedang menindaklanjuti penerapan semua ketentuan kesepahaman gencatan senjata dan penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.

Rencana gencatan senjata awal, yang diumumkan pada akhir November, mengakhiri 14 bulan konflik antara Israel dan Hezbollah.

Baca Juga: Balas Trump, Cina akan Berlakukan Tarif 34% untuk Semua Barang AS

Perjanjian yang ditengahi Amerika Serikat dan Prancis, memberi Hezbollah batas waktu 60 hari untuk mengakhiri kehadirannya di Lebanon selatan, dan menuntut agar pasukan Israel mundur dalam periode yang sama.

Presiden AS Joe Biden saat menjabat mengatakan ia mengumumkan rencana tersebut dirancang untuk berfungsi sebagai penghentian “permusuhan permanen” antara kedua belah pihak. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pengadilan Korea Selatan Kuatkan Pemakzulan Presiden, Yoon Suk Yeol Minta Maaf

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Internasional
Timur Tengah
Internasional