Estonia, 4 Jumadil Awwal 1438/1 Februari 2017 (MINA) – Jelang pertemuan puncak para pemimpin negara-negara Uni Eropa (UE) di Malta, Jumat (3/2), sejumlah kekhawatiran mengemuka, terutama yang menyoroti kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dipandang mengancam kesolidan UE.
Kebijakan Trump yang menyetop program imigran dan melarang warga dari 7 negara Muslim di dunia memasuki AS diperkirakan akan menjadi sorotan utama dalam pertemuan puncak ini.
Seperti dilansir Malta Today, Rabu (1/2), Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menyatakan AS di bawah Trump merupakan salah satu ancaman eksternal terhadap UE bersama dengan Cina, Rusia, dan kelompok radikal.
Hal itu diutarakan Tusk di ibu kota Estonia, Tallinn, tempat ia menggelar pertemuan dengan pemimpin negara-negara Baltik. Pernyataan itu juga mencerminkan sikapnya yang ia utarakan sebelumnya dalam sebuah surat kepada para pemimpin UE.
Baca Juga: Trump Pilih Tokoh Pro-Israel Mike Huckabee Jadi Duta Besar
“Sikap permusuhan Trump dan pendiriannya yang kontroversial tentang migrasi, perdagangan, dan terorisme adalah ancaman potensial terhadap Uni Eropa,” Tusk memperingatkan.
Pejabat senior UE itu menekankan UE harus mengambil ‘langkah-langkah spektakuler’ untuk menghindari disintegrasi. Dia menekankan jika itu tidak dilakukan, negara-negara Eropa yang terpisah akan menjadi tergantung pada AS, Cina, dan Rusia.
“Uni Eropa bisa memanfaatkan strategi perdagangan Trump untuk meningkatkan hubungan ekonomi Eropa di seluruh dunia,” ujar Tusk seperti dilaporkan Russia Today yang dikutip MINA.
Namun pertanyaan yang menghinggapi pemimpin UE adalah akan seberapa kuat mereka dapat mengutuk kebijakan migrasi Trump, ketika mereka sendiri membahas upaya-upaya masing-masing dalam membatasi masuknya imigran.
Baca Juga: Isi Surat Persembahan Hezbollah untuk Keluarga Para Martir
Diketahui UE memangkas angka migran yang datang lewat Yunani melalui kesepakatan kontroversial dengan Turki.
Para pemimpin UE diperkirakan akan mengeluarkan deklarasi terkait langkah-langkah untuk meningkatkan dukungan penjagaaan perairan Libia yang biasa menjadi pintu masuk para imigran ke daratan Eropa.
Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya meminta UE untuk melakukan upaya lebih besar untuk menstabilkan Libia. “Kita tidak bisa hanya berbicara, kita juga harus melakukan sesuatu,” katanya.(R11/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon