Jakarta, 7 Muharram 1437/20 Oktober 2015 (MINA) – Terkait penanganan bencana asap di Indonesia, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, yang terbakar adalah lahan gambut, bukan hutan biasa, sehingga lebih sulit untuk memadamkan api.
“Jika hutan biasa, sekali waterbombing dari pesawat bisa padam, tapi lahan gambut, ini berbeda. Atasnya sudah padam, bawahnya tiga meter masih menganga (terbakar),” kata Jokowi dalam wawancara khususnya dengan televisi nasional yang disiarkan Selasa malam (20/10).
Presiden mengatakan, dari dalam tanah yang masih terbakar itulah asap terus keluar, meski tanah permukaannya telah padam.
“Kalau kita ke lapangan, kita akan betul-betul tahu, betapa api itu tahu-tahu keluar di depan kita dari bawah, ini yang sulit,” katanya.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Menurut Presiden Jokowi, solusi yang harus dilakukan adalah membangun kanal bersekat (blocking canal).
“Tapi ini perlu waktu. Ini bukan hanya seratus hektar, seribu hektar, atau 10.000 hektar, tapi menyangkut 1,7 juta hektar yang ada di enam provinsi, bukan sesuatu yang mudah,” katanya di depan tiga orang pewancara yang bergantian menanyainya.
Presiden mengungkapkan, pemerintah sudah mengerahkan 19.000 personil dari TNI dan Polri ke lapangan untuk memadamkan api dan membangun kanal yang dimaksud, namun dia juga mengatakan upaya itu butuh waktu.
“Berkebun yang ingin cara cepat dan paling murah adalah penyebab terjadinya kebakaran hutan,” tegasnya.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Selain itu, Jokowi juga mengakui adanya perusahaan-perusahaan nakal yang ingin memperluas konsesinya dengan cara cepat dan murah dengan membakar hutan. (L/P001/P2)
Mi’raj Islamic New Agency (MINA)
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas