Bukares, 28 Rabi’ul Awwal 1438/28 Desember 2016 (MINA) – Presiden Rumania memicu gejolak politik baru pada Selasa (27/12), setelah menolak proposal dari pihak kiri pemenang pemilu yang mengajukan nama Sevil Shhaideh, wanita dan Muslim pertama untuk jabatan perdana menteri di negara Uni Eropa.
Presiden Klaus Iohannis tidak memberikan alasan atas penolakannya kepada Partai Demokrat Sosial (PSD), tapi ada spekulasi bahwa penolakan itu disebabkan karena latar belakang suami Shhaideh yang berkebangsaan Suriah.
“Saya menyerukan koalisi PSD untuk membuat proposal lain,” kata Presiden Iohannis kepada wartawan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, demikian Arab News memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Pada 21 Desember 2016, PSD mengajukan nama Shhaideh yang berusia 52 tahun sebagai perdana menteri negara itu, setelah kemenangan pemilu pada 11 Desember dengan 45 persen suara.
Sementara Ketua PSD, Liviu Dragnea telah menarik pengajuan dirinya sendiri untuk menjadi perdana menteri karena ia sedang menjalani masa hukuman percobaan dua tahun karena kasus penipuan dalam pemilu sebelumnya.
Shhaideh adalah seorang ekonom wanita yang pernah menjabat sebagai menteri pembangunan selama lima bulan pada pemerintahan sebelumnya pimpinan PSD. Ia mengundurkan diri pada akhir 2015.
Shhaideh berasal dari minoritas Turki Rumania, iman Muslimnya tidak menjadi masalah bagi Presiden Iohannis. Ia menikah dengan seorang pria Suriah pada tahun 2011.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Menurut kelompok jurnalisme investigatif non-profit Rise Project, suami Shhaideh telah beberapa kali menyatakan dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan gerakan Hizbullah Lebanon.
Suaminya yang berusia 54 tahun pernah bekerja di Departemen Pertanian Suriah selama 20 tahun sebelum berimigrasi pada 2011.
“Dalam tidak adanya penjelasan oleh Presiden, saya kira bahwa penolakannya terkait dengan pertanyaan keamanan nasional dan karena Amerika Serikat tidak akan sangat tertarik,” kata pengamat politik Andrei Taranu kepada AFP. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza