Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Suriah Gelar Pertemuan Rahasia dengan Pejabat Israel di UEA, Isyarat Normalisasi?

Arina Islami Editor : Sri Astuti - 54 detik yang lalu

54 detik yang lalu

1 Views

Foto ini, yang dirilis oleh kantor berita resmi Suriah SANA memperlihatkan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, kanan, bertemu dengan Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 13 April 2025. (Foto: SANA)

Abu Dhabi, MINA – Presiden Suriah, Ahmad al-Sharaa dilaporkan mengadakan pertemuan rahasia dengan pejabat tinggi intelijen Zionis Israel di Uni Emirat Arab (UEA) pada awal tahun ini, demikian menurut laporan yang diberitakan i24NEWS pada akhir pekan lalu.

Mengutip Al Mayadeen pada Rabu (2/7), pertemuan yang berlangsung pada 13 April di Abu Dhabi tersebut dimediasi oleh pemerintah UEA dan dihadiri oleh delegasi Zionis Israel dari badan intelijen Mossad, Dewan Keamanan Nasional, serta intelijen militer Zionis Israel. Langkah ini menandai perubahan drastis dari posisi tradisional Suriah yang menolak pendudukan Zionis dan normalisasi dengan penjajah Israel.

Menurut sumber yang dikutip dalam laporan itu, pertemuan tersebut membuka jalan bagi proses normalisasi bertahap antara Suriah dan Israel, dimulai dari koordinasi di bidang militer dan intelijen.

Proses ini dikabarkan akan berlanjut dengan kemungkinan penarikan terbatas pasukan Zionis Israel dari wilayah selatan Suriah dan mencapai puncaknya dalam bentuk kesepakatan diplomatik yang juga mencakup masa depan Dataran Tinggi Golan yang saat ini diduduki ZionisIsrael.

Baca Juga: Inggris Ekspor Suku Cadang F-35 ke Israel Meski Ada Genosida di Gaza

Yang mengkhawatirkan, sumber Suriah menyebut bahwa Damaskus “siap menunjukkan fleksibilitas” terkait Golan. Wilayah ini secara hukum internasional diakui sebagai bagian dari Suriah, namun telah dianeksasi secara sepihak oleh entitas Zionis sejak 1981, pelanggaran yang terus dikecam oleh komunitas internasional.

“Perdamaian tidak akan tercapai tanpa adanya konsesi dari semua pihak untuk mencapai formula yang dapat diterima,” ujar sumber tersebut. Namun pernyataan ini dinilai ganjil karena tidak menyebutkan nasib Palestina yang diduduki, Gaza yang terus diblokade, serta penjajahan yang terus berlangsung di Tepi Barat dan Al-Quds Timur.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar dengan tegas menolak kemungkinan negosiasi terkait Dataran Tinggi Golan. Dalam pernyataannya pada 30 Juni lalu, ia menegaskan, “Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Negara Israel,” menutup pintu harapan Suriah untuk merebut kembali wilayahnya.

Meskipun demikian, sejumlah pejabat Israel tetap mendorong agar Suriah dan Lebanon dimasukkan dalam kesepakatan normalisasi yang lebih luas, meski pendudukan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia oleh Zionis Israel masih terus berlangsung hingga kini.[]

Baca Juga: Wabah Meningitis Ancam Anak-anak Gaza

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda