Jakarta, MINA – Taiwan hingga saat ini belum bisa bergabung dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau berpartisipasi penuh dalam mekanisme pencegahan virus corona (COVID-19) karena halangan politik internasional yang mematuhi “Prinsip Satu Cina”.
Menurut Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Jakarta, prinsip tersebut menyebabkan WHO memasukkan Taiwan ke dalam “wilayah epidemi Cina”, menyebabkan WHO mengabaikan peran Taiwan.
“Hal ini sungguh disesalkan, WHO tidak mengetahui fakta. Taiwan dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam pertemuan dan kegiatan yang relevan,” kata TETO dalam keterangan pers yang diterima MINA, Rabu (18/3).
Pemahaman yang salah dari WHO yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah epidemi Cina juga mengakibatkan sejumlah negara menghentikan penerbangan dari Taiwan dan melarang warga negara itu memasuki negara-negara tersebut.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Padahal, menurut TETO, Taiwan adalah wilayah epidemi non-Cina dan tindakan menyamakan Taiwan dengan Cina telah menyusahkan pemerintah dan masyarakat Taiwan, serta warga asing termasuk 300.000 warga Indonesia yang tinggal di Pulau Formosa dan menjalin hubungan dengan rakyat setempat.
Sejauh ini, Taiwan belum diundang WHO untuk berpartisipasi dalam “jaringan Lab” (Lab network) dan “Forum Penelitian dan Inovasi Global”. Namun, berkat upaya Taiwan terus-menerus, Sekretariat WHO hanya setuju mengizinkan para ahli Taiwan untuk berpartisipasi secara online sebagai “status individu”.
“Oleh sebab tidak adanya komunikasi dengan para ahli dari berbagai negara, sehingga Taiwan tidak bisa berbagi pengalaman antiepidemi di lini pertama,” kata TETO. (R/RE1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi