Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Nabi Muhamma SAW adalah seorang guru. Malaikat Jibril AS juga seorang guru. Bahkan para Nabi yang diutus oleh Allah Ta’ala juga berprofesi sebagai seorang guru. Tidak ada dalam catatan sejarah Islam yang menjelaskan para Nabi dan Rasul Allah itu bukan guru, semuanya adalah guru (pendidik).
Seorang guru mempunyai tugas begitu mulia. Karena kemuliaannya itu, Allah Ta’ala telah mengabadikannya dalam Qur’an surat al Mujadillah ayat 11,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah dalam kitab tafsirnya Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir menjelaskan,
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى الْمَجٰلِسِ (“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majlis”). Allah memerintahkan mereka untuk saling menjaga adab, dengan melapangkan tempat duduk bagi yang lain dalam sebuah majelis.
Qatadah dan Mujahid mengatakan, “Dahulu mereka saling berlomba-lomba untuk dapat mengikuti majelis Rasulullah SAW, maka mereka diperintahkan untuk saling melapangkan tempat bagi orang lain.”
فَافْسَحُوا۟ يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ ۖ (“maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”). Yakni maka lapangkanlah tempat bagi orang lain niscaya Allah akan melapangkan surga kalian. Hal ini berlaku pada setiap majelis tempat berkumpul kaum muslimin yang mengandung kebaikan dan pahala, baik itu dalam membicarakan urusan perang, zikir, atau pada saat khutbah jum’at.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Setiap orang lebih berhak terhadap tempat yang lebih dahulu dia tempati, namun dia dianjurkan untuk melapangkan tempat bagi saudaranya yang lain. Rasulullah bersabda, “Dilarang seseorang menyuruh orang lain untuk berpindah dari tempat duduknya kemudian dia duduk di tempatnya. Namun hendaklah saling melapangkan tempat duduk bagi yang lain.”
وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا۟ فَانشُزُوا۟ (“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”). Yakni jika sebagian orang yang duduk di majelis itu diminta untuk berdiri dari tempat duduknya agar orang yang dimuliakan dalam agama dan orang yang berilmu (guru) dapat duduk di tempat itu maka hendaklah mereka berdiri.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا۟ الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۚ (“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”). Yakni Allah mengangkat derajat orang yang berilmu di antara kalian (guru) dengan kemuliaan di dunia dan pahala di akhirat. Maka siapa yang beriman dan memiliki ilmu, Allah akan mengangkat derajatnya dengan keimanannya itu dan mengangkat derajatnya dengan ilmunya pula; dan salah satu dari itu adalah Allah mengangkat derajat mereka dalam majelis-majelis.
Dari jabaran tafsir di atas, betapa jelas Allah Ta’ala meninggikan orang-orang yang berilmu yang dengan ilmunya itu dia bisa menjadi jalan memberi pencerahan kepada umat. Allah juga akan angkat derajat orang-orang yang beriman berlandaskan ilmu dengan kemuliaan di tengah-tengah manusia banyak dan juga di akhirat kelak.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Guru, manusia multi peran
Peranan guru begitu luas. Guru adalah pendidik, pembimbing dan pendorong. Dia juga penyampai ilmu, penggerak dan penasihat. Guru atau pendidik mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat. Karena itu, guru bukanlah profesi sembarangan, di tangan merekalah masa depan murid dipertaruhkan.
Guru adalah kumpulan orang-orang bijaksana yang memberi pengetahuan kepada muridnya, andaikan lalai maka murid yang dihasilkan pun menjadi produk gagal. Sebaliknya, akan lahir tokoh-tokoh besar dan mulia dari guru yang luas keilmuannya.
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Kemuliaan seorang guru datang karena ia merupakan sosok yang berperan penting dalam membawa perubahan masa depan anak didiknya. Karena itu, wajar jika guru disebut sebagai pekerja peradaban. Dari tangannyalah peradaban besar manusia dilahirkan.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Nilai lebih dari seorang guru, adalah semua tingkah lakunya akan menjadi panutan bagi semua orang, terutama bagi anak didiknya. Inilah yang menjadi nilai lebih profesi guru dibandingkan dengan profesi lain, banyak keistimewaan menjadi seorang guru.
Beberapa hadis tentang guru
Hadits Pertama
كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ
“Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR. Bukhari).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Hadits Kedua
كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
“Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah).
Hadits Ketiga
وقال النبي صلى الله عليه وسلم: من أكرم عالما فقد أكرمني، ومن أكرمني فقد أكرم الله، ومن أكرم الله فمأواه الجنة
“Siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga.” (Kitab Lubabul Hadits).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Hadits Keempat
وقال صلى الله عليه وسلم: من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكا يستغفر له إلى يوم القيامة
“Siapa memandang wajah orang alim (guru) dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat.” (Kitab Lubabul Hadits).
Hadits Kelima
رواه الخطيب البغدادي عن جابر .أكْرِمُوا العُلَمَاءَ فإنَّهُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، فَمَنْ أكرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ الله وَرَسُولَهُ :وقال صلى الله عليه وسلم
“Hendaklah kamu semua memuliakan para ulama karena mereka itu adalah pewaris para nabi. Maka, siapa memuliakan mereka, berarti memuliakan Allah dan rasulNya.” (HR. Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra., Kitab Tanqihul Qaul).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Inti dari kelima hadis di atas memberikan pelajaran kepada setiap muslim agar memuliakan guru, ustad, kiayai dan ulama. Sebab dari merekalah kebaikan terus berkembang hingga akhir jaman. Kebaikan-kebaikan yang mereka ajarkan kepada setiap anak didiknya kelak akan menjadi pahala jariyah yang tidak pernah terputus, wallahua’lam.(A/RS3/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)