Profil dan Paham Keagamaan Hamas, Kelompok Pejuang Palestina di Gaza

oleh: Rendi Setiawan, Wartawan MINA

Gerakan perlawanan Islam di Palestina, banyak dicari mengenai paham keagamaannya. Banyak yang menduga, Hamas berpaham Syiah karena dekat dengan Iran.

Dalam beberapa tahun terakhir, Hamas dikenal dekat dengan sejumlah negara/kelompok yang dianggap berpaham Syiah, seperti Iran, Houthi Yaman, hingga Hizbullah Lebanon. Karena itu, Hamas sering dicap sebagai Syiah.

Kiai muda NU Idrus Ramli membantah kabar mengenai Hamas yang dituduh sebagai Syiah. Menurut Kiai Idrus Ramli, Hamas merupakan kelompok berpaham Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

“Hamas ini punya sayap militer namanya Al Qassam yang dinisbatkan kepada ulama yang mati syahid Syaikh Izzuddin Al Qassam, beliau syahid tahun 1933. Al Qassam ini ulama bermazhab Syafii akidahnya Asyari Ahlus Sunnah wal Jamaah dan beliau mursyid Tarekat Syadziliyah,” kata Kiai Idrus Ramli, dikutip dari akun Youtube FSRMM TV.

“Jadi mereka ini Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kita yang ada di Indonesia alhamdulillah bersyukur kepada Allah mazhabnya secara fikih sama dengan orang Palestina. Akidahnya sama dan kita ini juga pecinta tarekat pecinta ilmu tasawuf,” tambahnya.

Kiai Idrus Ramli kembali menegaskan kesamaan paham antara umat Islam di Indonesia dengan di Palestina, yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah. Menurutnya, hal tersebut telah disabdakan oleh Rasulullah SAW.

“Palestina ditaklukkan oleh umat Islam di zaman khalifah yang kedua yaitu Sayiddina Umar bin Al Khattab. Rasulullah SAW pernah bersabda, akan ada orang-orang pembela kebenaran di Masjidil Aqsa dan sekitarnya. Imam Syafii juga dilahirkan di Palestina. Ini ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah,” katanya.

Siapa Hamas?

Hamas dalam Bahasa Arab: حماس, translate Ḥamās merupakan akronim dari Harakat Al Muqawwamatul Islamiyyah حركة المقاومة الاسلامية Ḥarakat Al Muqāwamah Al ʾIslāmiyyah, secara harfiah arti Bahasa Indonesia adalah “Gerakan Perlawanan Islam”.

Hamas merupakan gerakan Islam berpaham Sunni dan nasionalisme Palestina yang menentang pendudukan Israel di wilayah tersebut.

Hamas percaya, kebangkitan mereka adalah titik masuk utama untuk tujuannya “membebaskan seluruh Palestina dari sungai ke laut”.

Sejak tahun 2007, Hamas memerintah Jalur Gaza, setelah memenangkan mayoritas kursi di parlemen Palestina pada pemilihan parlemen Palestina tahun 2006.

Kapan Hamas berdiri?

Hamas didirikan di Gaza pada tahun 1987, tak lama setelah dimulainya Intifada pertama, sebuah perjuangan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina. Pemimpin pertamanya adalah seorang imam, Syeikh Ahmad Yassin.

Piagam Hamas 1988

Syeikh Ahmad Yassin sebagai pendiri menyatakan pada 14 Desember 1987, dan Piagam Hamas menegaskan pada 1988, bahwa Hamas didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan mendirikan negara Islam di wilayah yang sekarang menjadi Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

Piagam Hamas 1988 menyatakan, Hamas “berusaha untuk menaikkan bendera Allah di setiap inci dari Palestina” (Pasal 6). Pasal 30, salah satu dari piagam negara,

“Di bawah sayap Islam, adalah mungkin bagi para pengikut tiga agama -Islam, Kristen, dan Yahudi- untuk hidup berdampingan dalam damai dan tenang dengan satu sama lain”.

Pada Juli 2009, Khaled Meshal, kepala biro politik Hamas, mengatakan bersedia bekerja sama dengan “resolusi konflik Arab-Israel yang termasuk negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967”, asalkan pengungsi Palestina memegang hak kembali ke Israel dan Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara baru.

Namun, Mousa Abu Marzook Mohammed, wakil ketua biro politik Hamas, mengatakan pada 2014, “Hamas tidak akan mengakui Israel”, dan menambahkan “ini adalah garis merah yang tidak bisa dilewati.” (A/R2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.