Baghdad, MINA – Demonstrasi anti-pemerintah yang kembali terjadi di Irak mencengkeram ibu kota, Baghdad, dan beberapa kota lain di selatan negara itu, Jumat (25/10).
Sedikitnya 30 orang tewas di hari itu, menurut komisi hak asasi manusia negara itu dan sebuah lembaga monitor.
Protes terjadi tiga pekan setelah protes luas sebelumnya pecah sebagai akibat dari kemarahan luas rakyat terhadap korupsi pejabat, pengangguran massal dan kegagalan layanan publik.
Lebih dari 150 orang telah tewas dalam sepanjang demonstrasi di tengah tindakan keras oleh pasukan keamanan.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
Polisi Irak menembakkan peluru karet dan gas air mata sebagai tanggapan atas protes terbaru. Setidaknya 30 kematian dicatat di Baghdad dan provinsi selatan Basra, Maysan, Dhi Qar dan Muthanna, menurut lembaga monitor Observatorium Irak untuk Hak Asasi Manusia.
Komisi Hak Asasi Manusia semi-resmi Irak juga menyatakan jumlah korban tewas mencapai 30 orang, lebih dari 2.000 pengunjuk rasa terluka.
Natasha Ghoneim dari Al Jazeera, melaporkan dari Baghdad, menggambarkan kerusuhan berdarah itu sebagai “kelanjutan” dari peristiwa awal Oktober.
Ghoneim mengatakan bahwa para pejabat telah gagal mengatasi kejengkelan yang memicu krisis politik Irak yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
“Meskipun pemerintah dalam minggu-minggu berikutnya mengatakan akan melaksanakan reformasi dan mengatakan orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan pengunjuk rasa akan dimintai pertanggungjawaban, itu tidak berguna apa pun untuk meredam amarah yang dirasakan rakyat,” kata Ghoneim.
“Orang-orang di sini hidup dalam kemiskinan yang parah … pengunjuk rasa mengatakan mereka ingin pemerintah mundur,” tambahnya. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan