Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puasa itu Membawa Kejutan

Septia Eka Putri - Senin, 13 Mei 2019 - 10:12 WIB

Senin, 13 Mei 2019 - 10:12 WIB

4 Views ㅤ

Oleh: Shamsi Ali/ Presiden Nusantara Foundation

Tidak diingkari bahwa bulan Ramadan itu adalah bulan yang penuh dengan kejutan-kejutan. Dalam bahasa agama kejutan-kejutan ini dikenal dengan “mu’jizaat” atau kemukjizatan.

Karenanya tidak berlebihan jika saya juga menamai bulan ini sebagai “Syahrul mu’jizah” (bulan kemukjizatan).

Mukjizat adalah peristiwa-peristiwa terjadi yang berada di luar jangkauan pikiran biasa manusia. Saya tidak mengatakan bahwa mukjizat itu logis atau rasional. Karena peristiwa-peristiwa mukjizat bukan tidak rasional atau logis. Hanya saja manusia tidak mampu memahami detailnya secara akal.

Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil

Mukjizat-mukjizat itu secara global sangat rasional. Kenapa? Karena logika yang benar adalah logika yang memahami “qadarullah” (kekuatan Allah) sebagai kekuatan yang tanpa batas.

Selama sebuah peristiwa itu dikaitkan dengan kuasa Allah, maka apa pun bentuknya itu adalah logis. Meragukannya justru tidak rasional dan tidak logis karena jelas bertentangan dengan tabiat Kekuasaan itu.

Di bulan Ramadan ini sungguh banyak peristiwa-peristiwa terjadi yang berada di luar kemampuan akal manusia memahaminya. Beberapa contoh di bawah ini menyimpulkan jika memang Ramadan adalah bulan kemukjizatan.

Perang Badr adalah perang pertama yang terjadi dalam sejarah perjalanan umat ini. Perang ini sesungguhnya menentukan wajah perjalanan dakwah Rasul. Perang ini terjadi di bulan Ramadan.

Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak

Perang Badr dapat dikatakan satu dari kejutan-kejutan itu. Berapa tidak, secara akal biasa manusia susah untuk dipahami arahnya. Bagaimana mungkin dimenangkan oleh pasukan Islam? Selain jumlah Yang tidak berbanding, juga mereka dalam keadaan puasa. Apalagi perang ini terjadi di musim panas yang dahsyat.

Perang Badr itu komposisinya adalah pasukan Muslim hanya 303 melawan kekuatan musuh kafir Quraysh sebesar 1.000 lebih tentara. Artinya jumlah musuh tiga kali lipat dibanding jumlah pasukan orang-orang yang beriman.

Secara peralatan perang mereka jauh lebih unggul. Pasukan Rasulullah SAW hanya memiliki dua ekor kuda. Sementara lawannya memiliki seratus pasukan berkuda. Pasukan berkuda ketika itu merupakan pasukan elit. Kuda adalah alat perang yang paling canggih.

Dengan kenyataan itu, hasilnya di luar kemampuan akal manusia memahaminya. Rasulullah SAW dan sahabatnya memenangkan peperangan itu. Bahkan menahan 70 lebih dari pasukan kafir Quraysh.

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako

Demikian pula Fath Makkah (penaklukkan kota Mekah). Peristiwa agung ini harusnya menjadi catatan emas sejarah peradaban manusia. Karena ini peristiwa penaklukkan sebuah kota atau negeri tanpa pertumpahan darah. Sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia.

Mungkin yang paling menakjubkan adalah bahwa peristiwa ini terjadi bukan di zaman yang diakui sebagai zaman modern, lebih berpendidikan, berperadaban dan seterusnya. Tapi justru di zaman ketika dunia didominasi oleh prilaku barbar dan biadab.

Rasulullah SAW yang pernah disiksa, dihinakan, bahkan diusir secara paksa dari tanah kelahirannyan kini kembali dengan kekuatan besar dan dengan persiapan perang yang hebat. Tapi semua itu tidak merubah karakter damai dan kasih sayang Rasul.

Hasilnya inilah yang saya isitlahkan “mu’jizah taarikhiyah” (keajaiban sejarah). Penduduk Mekah menyerah tanpa perlawanan. Dan yang lebih penting dicatat oleh sejarah adalah bahwa peristiwa penaklukkan Makkah juga terjadi “amnesti” umum pertama terjadi dalam sejarah manusia.

Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing

“Kamu semua hari ini bisa kembali ke rumah masing-masing dengan aman dan bebas. Bebas, termasuk bebas mengimani keyakinan mereka dan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.” Demikian bunyi amnesti umum itu.

Patung-patung memang dihancurkan karena letaknya di rumah Ibadah tauhid. Ada 360 lebih patung yang berada di sekitar Ka’bah. Di rumah suci di mana Allah disembah setiap saat. Karenanya keberadaan patung-patung itu sangat tidak etis dan mengganggu.

Bukan karena patungnya. Karena patung yang di rumah-rumah mereka, di halaman mereka, tidak diganggu oleh orang-orang beriman.

Mereka juga pada akhirnya masuk Islam, bukan karena paksaan. Tapi belakangan justeru karena jatuh hati dengan ajaran Islam yang indah. Dan tentunya karena karakter (akhlak) orang-orang beriman saat itu.

Baca Juga: Masjid Jami’ Aulia Pekalongan Usianya Hampir Empat Abad

Semua ini saya juga istilahkan peristiwa mu’jizah tariikhi atau keajaiban sejarah. Peristiwa yang pada zamannya, yang tiada tertandingi bahkan oleh zaman modern saat ini.

Keajaiban atau kejutan terbesar

Mu’jizah Ramadan yang tertinggi adalah karena memang di bulan ini diturunkan “miracle of all miracles” (mukjizat dari semua mukjizat). Itulah Al-Quran al-Karim.

Mengenai ini akan dibahas pada masanya. Tapi karena mukjizat inilah terjadi peristiwa-peristiwa besar lainnya.

Baca Juga: Ini Lima Hikmah Puasa Ramadhan Sebagai Pendidikan Ruhiyah

Karena mukjizat Al-Quran itu manusia yang hina, miskin dan budak, berubah menjadi terhormat sejajar dengan semua saudaranya di sekitarnya. Ambillah Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir, dan lain-lain, sebagai contoh.

Dengan Mukjizat itu pula seorang yang karena kekuatan dan kekuasaannya terhinakan berubah menjadi mulia dan terhormat juga karena kekuatan dan kekuasaan. Umar bin Khattab sebagai misal.

Semua itu terjadi karena keajaiban yang terjadi di bulan Ramadan. Yaitu diturunkannya Al-Quran, Kitab mukjizat yang menggoncang dan mentransformasi dunia dan isinya.

Karenanya jadikanlah bulan ini sebagai bulan peristiwa-peristiwa yang mungkin secara akal di luar nalar. Siapa tahu orang yang kita anggap jahat seperti Umar karena mukjizat Ramadan mendapatkan orang yang membela kebenaran. Bahkan menjadi pembeda antara kebenaran dan kebatilan (Al-faruuq).

Baca Juga: Tujuh Pesohor Non-Muslim Ini Pandai Baca Al-Quran, bahkan Hafal Sebagian Suratnya

Dengan Ramadan ini satu hal yang menjadi bagian dari doa dan harapan kita. Semoga situasi umat yang sedang menghadapi tantangan luar biasa itu, dengan kemukjizatan Ramadan menjadi kemenangan.

Dengan keajabaiban bulan Ramadan, Semoga saudara-saudara kita di Palestina, Iran, Suriah, Yaman, Burma, Xingjian China, Kashmir, dan di berbagai belahan dunia mendapatkan hak-hak kemerdekaan dan keadilannya.

Untuk konteks dalam negeri tercinta, Semoga Ramadan ini melahirkan keajaiban dengan selesainya pemilu. Keajaiban yang akan menjadi kekuatan bagi bangkitnya bangsa dan negara ke posisi yang seharusnya.

Yaitu bangsa dan negara yang kuat, makmur dan berkeadilan. Bangsa yang damai, tentram dan sentosa. Bangsa dan negara Yang punya kharisma di mata dunia. Mampu berdiri tinggi sejajar dengan bangsa-bangsa besar lainnya.

Baca Juga: Ramadhan Sebagai Bulan Transformasi (Bagian 3)

Di bulan Ramadan inilah di saat perasaan lemah, tak berdaya, merasa seolah tiada lagi jalan menuju harapan itu, bukan berarti harapan itu tiada. Karena dengan iman, harapan itu selalu ada.

Expect miracles. Tunggu kejutan-kejutan itu. Insya Allah! (A/R07/RI-1)

Vienna-Austria, 13 Mei 2019

 

Baca Juga: Dompet Dhuafa Lampung Berbagi Ratusan Paket Makanan

Mi’raj News Agency (MINA)

 


 

Baca Juga: MUI-KPI Pantau Tayangan Ramadhan 1445H

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Ramadhan 1445 H
Feature
Kolom
Ramadhan
Kolom
Kolom
Khadijah