Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulang

Redaksi Editor : Arif R - 4 menit yang lalu

4 menit yang lalu

3 Views

Siti Masyitoh (paling kiri)

AKU anak ke-9 dari 10 bersaudara, berasal dari keturunan suku Sunda, terbiasa dijuluki dengan pangais bungsu. Hingga saat ini, tersisa 7 yang masih hidup, termasuk aku. Sisanya, telah ‘mudik’ duluan mengikuti orangtua.

Ya, sejak 2009 aku resmi menyandang status yatim piatu, karena saat itu aku baru 1 tahun lulus SMA. Ngomong-ngomong tentang pulang kampung atau mudik, bagiku mudik itu bukan sekadar pulang ke kampung halaman, bertemu keluarga dan sanak saudara saja. Tetapi berarti juga, pulang ke hadapan Allah SWT. Kembali kepada Sang Khaliq tepatnya.

Suatu waktu, Bapakku (Allahu yarham) pernah berbicara, lebih tepatnya menyampaikan nasihat. Kata beliau, “Kalau mau mudik itu, usahakan sebelum masuk bulan Ramadhan.”

Bersilaturahim kepada keluarga,terutama kepada orangtua jika masih ada. Meminta maaf dan saling memaafkan sebelum Ramadhan. Agar ketika bulan Ramadhan tiba, kita dapat dengan tenang menjalaninya. Beribadah dengan hati lapang, tanpa menanggung beban.

Baca Juga: Ramadhan dan Rindu: Sebuah Perjalanan yang Menyayat Hati

Mengapa harus mudik sebelum Ramadhan? Karena menurut Bapak, ketika kita mudik menjelang idul Fitri itu identik dengan macet di mana-mana, apa-apa serba mahal, rentan dengan berbagai kejahatan semisal pencopetan, hipnotis dan lain sebagainya.

Meski kita sebagai orang mukmin dianjurkan untuk selalu berdoa dan berdzikir, tetapi kemaksiatan itu tetap Allah ijinkan menimpa seseorang. Musibah bisa menimpa seseorang atas ijin-Nya. Kita harus selalu berusaha,tetapi Allah tetap sang perencana.

Benar kata Dilan, kalau rindu itu berat. Apalagi rindu pada sosok yang tak dapat lagi kita genggam tangannya. Kapan terakhir mendengar nasihat beliau?Entahlah…

Yang pasti, sejak tahun 2009 mudik itu tak lagi sama bagiku. Tak lagi ada kumpul bersama keluarga setiap idul Fitri. Mudik pun tak selalu ketika libur panjang, karena jarak yang saling berjauhan. Hanya ada 2 alasan bagi kami untuk berkumpul,, yang pertama karena ada pernikahan. Yang kedua, karena ada kematian.

Baca Juga: Tarawih Kilat di Ibu Kota Serambi Mekkah

Alhamdulillah, selama bertahun-tahun di perantauan Allah gantikan rindu untuk bertemu saudara sedarah ini dengan selalu dibersamakan dengan ikhwan dan akhwat seiman.

Semoga ukhuwah ini menjadi salah satu wasilah kami untuk dipertemukan kembali di surga-Nya kelak. Aamiin.

Selalu bersyukur dengan yang ada. Semua akan terasa berharga saat raga tak lagi dapat berjumpa. [Siti Masytoh/Tomang, Jakarta Barat)

 

Baca Juga: Ramadhan Di Desaku, Inspiratif dan Penuh Makna

 

 

 

 

Baca Juga: Ramadhan Tanpa Abi dan Ummi

Rekomendasi untuk Anda

Kata Mereka
Indonesia
Indonesia
Kata Mereka