Jakarta, MINA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menampik isu adanya kontraktor yang ditugaskan memperbaiki rumah masyarakat di Pulau Lombok yang rusak terkena dampak gempa beberapa waktu lalu.
“Jadi tidak ada kontraktor yang memperbaiki rumah masyarakat di Pulau Lombok,” ujar Basuki Hadimuljono di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/9), demikian laporan InfoPublik.
Menurut dia, masyarakat di sana saling bergotong-royong ketika membangun rumah yang rusak terkena guncangan gempa. Setiap warga memiliki peran masing-masing dalam memperbaiki satu unit rumah, sehingga waktu pengerjaannya bisa dilakukan dengan cepat.
“Masyarakat tidak menonton, tapi bergotong-royong membangun rumah mereka,” kata Basuki.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik
Peran PUPR, lanjutnya, membentuk tim masing-masing beranggotakan sembilan orang untuk mendampingi masyarakat membangun rumah. Tujuannya, untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada warga, agar mampu membuat bangunan yang tahan gempa.
Saat ini, pihaknya tengah melatih 1.200 orang warga di seluruh wilayah di Pulau Lombok untuk membangun rumah tahan gempa. Pembangunan rumah di sana menggunakan metode Rekompak dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang bisa tahan gempa.
“Teknologi yang diterapkan adalah yang tahan gempa,” imbuhnya.
RISHA adalah penemuan teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya dan telah teruji tahan gempa hingga 8 skala richter (SR) dan 8 Modified Mercalli Intensity (MMI).
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah
Inovasi ini didasari oleh kebutuhan akan percepatan penyediaan perumahan dengan harga terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai dengan standar (SNI).
Selain sebagai solusi rumah yang rentan gempa, RISHA mudah dikembangkan tanpa harus mengubah bangunan awal. RISHA hanya mengonsumsi sekitar 60 persen bahan bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Sementara waktu pembangunan instalasi RISHA lebih cepat serta jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja. RISHA juga menjamin kemudahan penjaminan mutu karena terukur dan terkosentrasi proses produksinya. (R/R01/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?