Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pusat Informasi Orang Hilang, Pertemukan Kembali Keluarga Rohingya

Fauziah Al Hakim - Rabu, 27 September 2017 - 22:21 WIB

Rabu, 27 September 2017 - 22:21 WIB

366 Views ㅤ

Kamp pengungsi di daerah terbuka dan bukit-bukit di Kutupalong,  Bangladesh,  menampung hampir 200 ribu orang Rohingya, lebih dari setengahnya tiba dalam satu bulan terakhir.

Orang-orang Rohingya, wanita, anak-anak dan orang tua terlihat berkeliaran. Sehari-hari, puluhan anak hilang.

Nur Nahar telah kehilangan putrinya yang berusia lima tahun, Rojina. Duduk di stan pusat informasi orang hilang, dia menangis dan berdebar-debar di dada, sesekali mengutuk keberuntungannya.

Ibu yang berusia 29 tahun ini bergegas ke stan setelah mendengar pengumuman tentang anak-anak yang hilang berada di sana. Tapi sampai jam dua siang, tidak ada jejak putrinya di sana.

Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia

“Pada Senin, 18 September 2017 sekitar pukul 11.00, saya membawa anak perempuan saya ke pusat kesehatan utama di Kutupalong. Saat saya minum obat, anak perempuan saya hilang,” kata Nur dengan berlinang air mata.

“Saya telah mencarinya di mana-mana tapi tidak dapat menemukannya,” tuturnya.

 

Suami Dibunuh Militer Myanmar

Suami Nur, Zahid Hossain, dibunuh oleh militer di Shilhati di distrik Razidong, Myanmar. Nur melarikan diri ke Bangladesh bersama kedua anaknya. Anak laki-lakinya yang bungsu, Rumes, berusia tiga tahun.

Baca Juga: Geliat Warga Gaza Bangun Kembali Kehidupan Mereka Pascagencatan Senjata

Diperkirakan 480.000 masyarakat Rohingya telah meninggalkan Myanmar pada bulan lalu setelah tindakan brutal militer.

“Saya kehilangan suami saya pada 25 Agustus dan sekarang saya kehilangan anak perempuan saya,” katanya.

“Saya bisa menyalahkan tentara atas pembunuhan suami saya tapi siapa yang bisa saya salahkan karena kehilangan anak perempuan saya? Inilah saya, seorang ibu yang kehilangan seorang anak perempuan, dan menanggung rasa sakit yang membunuh saya setiap saat.”

 

Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Stan Pusat Informasi Orang Hilang

Nazir Ahmed telah menawarkan diri secara sukarela di pusat laporan orang hilang di Kutupalong.

Sejak 5 September, pria 27 tahun ini telah membuat sekitar 332 pengumuman anak hilang, membantu hampir 180 anak bersatu kembali dengan keluarga mereka.

Shamsul Alam adalah salah satu orang tua yang beruntung. Ia menemukan anak-anaknya yang hilang dengan bantuan dari stan tersebut. Shamsul dipersatukan kembali dengan kedua putranya – Sadek Kamal (8), dan Kamal Hossein (6).

Shamsul dan istrinya Mahbube Jan kehilangan anak-anak mereka saat sarapan.

Baca Juga: Jenin Membara Bak Gaza, Bagaimana Respon Dunia?

Mereka diarahkan ke stan pusat informasi orang hilang yang dijalankan oleh Nazir, yang membantu mereka menemukan putra mereka.

Merasa sedih dengan penderitaan orang tua dan keluarga yang kehilangan anak-anak mereka atau anggota keluarga lainnya, Nazir, seorang Rohingya, memutuskan untuk memulai layanan pengumuman.

“Saya membuat sekitar 25 sampai 30 pengumuman untuk orang hilang setiap hari,” tuturnya.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) sejak itu telah menawarkan tempat untuk mendirikan stan sementara, menyediakan baterai dan mikrofon.

Baca Juga: Kumandang Surah Al-Isra’ dari Jakarta untuk Palestina

“Saya memiliki anak perempuan, saya tahu bagaimana rasanya jika kehilangan orang terdekat,” kata Nazir.

Pejabat di UNICEF dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, anak-anak yang hilang adalah masalah yang paling rentan.

Lembaga bantuan khawatir anak-anak mungkin menjadi korban perdagangan manusia.

ICRC bekerjasama dengan Bangladesh Red Crescent menjalankan program Restoring Family Links (RFL) untuk menyatukan kembali anggota keluarga yang hilang. Sementara UNICEF telah menciptakan Children Friendly Spaces (CFS) di kamp-kamp pengungsian.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Bersembunyi: Kisah Penyandang Disabilitas Gaza di Tengah Genosida

Tiga tim RFL saat ini beroperasi di daerah Thaingkhali, Balukhali dan Kutupalong, kata staf RFL Rabby Rahman.

“Kami membantu menyatukan kembali anak-anak yang hilang dengan keluarga mereka,” ujarnya.

(Penulis: Saif Khalid, Al Jazeera —- R05/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pesona Kota Lama, Harmoni antara Agama dan Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Dunia Islam
Dunia Islam
Asia
Internasional
Indonesia
Indonesia
Kata Mereka
Afrika
Kolom