Ramallah, MINA – Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di Palestina pada kamis (23/1) untuk bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di kantor pusat kepresidenan di kota Ramallah, Palestina.
Kunjungan itu merupakan yang ketiga kalinya pemimpin Rusia itu ke Palestina setelah kunjungannya April 2005 dan Juni 2012, Wafa melaporkan.
Pertemuanya dengan Abbas akan membahas beberapa hal diantaranya, aneksasi permukiman, Yahudisasi Yerusalem dan blokade Gaza.
Duta Besar Palestina untuk Rusia, Abdel Hafeez Nofal, mengatakan, kunjungan itu menegaskan sikap Rusia terhadap solusi dua negara dan pendirian negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya di perbatasan 4 Juni 1967.
Baca Juga: Tolak Wajib Militer, Yahudi Ultra-Ortodoks Bentrok dengan Polisi Israel
Dia juga menjelaskan, Abbas dan Putin akan membahas tentang kemungkinan menekan pihak Israel untuk menghentikan eskalasi di lapangan.
Nofal mengindikasikan bahwa Presiden Abbas juga akan kembali mempertegas penolakan Putin terhadap arbitrase Amerika secara sepihak atas proses perdamaian, dan perlunya menciptakan mekanisme multilateral internasional baru dan mengadakan konferensi internasional di mana Rusia berperan aktif di dalamnya.
Dia juga mengharapkan agar Rusia dapat memainkan peran utama dalam proses perdamaian. Karena, perannya yang meningkat di kawasan tersebut, terutama setelah menyatakan bahwa lokasi itu penting untuk kepentingan nasionalnya.
Hubungan Palestina dengan Rusia dimulai pada 30 November 1974, ketika Ketua Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), almarhum Yasser Arafat, mengunjungi Moskow.
Baca Juga: Menolak Wajib Militer Yahudi Ultra-Ortodok Blokir Jalan di Israel Tengah
Rusia, mendukung PLO dalam upayanya untuk mendapatkan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina di PBB, dan setelah PLO mengakui resolusi PBB tentang konflik Timur Tengah, Palestina membuka kedutaan besar di Moskow pada 1988, dan pada 1995 Rusia membuka kantor perwakilan di Palestina setelah berdirinya Otoritas Palestina.
Sebagai bagian dari upayanya untuk mendorong proses perdamaian ke depan dan mencapai solusi yang adil tentang masalah Palestina, Moskow menunjuk seorang utusan khusus untuk proses perdamaian di Timur Tengah dan dimasukkan sebagai anggota Kuartet Internasional, yang dibentuk pada tahun 2002 , bersama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB.
Rusia menyatakan penolakannya terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan menegaskan posisi tegasnya untuk mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina dan untuk mendukung penyelesaian damai Palestina-Israel.
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan, keputusan Trump akan memperumit situasi dalam hubungan Palestina-Israel. Keputusan sepihak yang tidak dikoordinasikan dengan siapa pun tersebut bahwa apa yang dilakukan Amerika tidak konsisten dengan posisi masyarakat internasional.
Baca Juga: Israel Lancarkan Operasi Penculikan Warga Palestina di Bethlehem
Pada tingkat kerja sama bilateral di berbagai bidang, komite bersama pemerintah Rusia-Palestina dibentuk pada April 2015 untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan, yang berkontribusi pada pengembangan kemitraan kerja antara kedua negara.
Pada pertemuan komite keempat yang baru-baru ini diadakan di Moskow, serangkaian perjanjian bilateral ditandatangani di berbagai sektor termasuk ekonomi, perdagangan, industri, pertanian, teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan, kesehatan, pariwisata, budaya, seni dan lainnya. (T/Mee/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Israel Targetkan Rumah Sakit dan Gereja di Lebanon