Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Di hari ke-13 bulan suci Ramadhan, Ade Darmawan Chaniago (38 tahun) mengkoordinir beberapa rekannya memaketkan takjil untuk dibagi-bagikan secara gratis menjelang waktu azan Maghrib di pinggir Jl. Kapuk Raya, Jakarta Utara.
Di lantai keramik Masjid Nurul Jannah, empat pria lain duduk bekerja melekatkan bungkusan plastik ke badan botol air mineral menggunakan lakban. Plastik itu berisi tiga butir kurma.
Setiap hari, satu jam jelang waktu berbuka puasa, mereka memaketkan ratusan botol.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Setelah pemaketan selesai dan botol-botol kembali dirapikan di dalam dus karton, maka para pria yang menamakan dirinya “Tim Ropank” tersebut, sudah waktunya beraksi.
Tujuh pria yang merupakan pemuda Masjid Nurul Jannah, masing-masing memikul satu dus paket. Mereka berjalan dari masjid sejauh sekitar 50 meter ke pinggir jalan raya, tepatnya di depan pintu masuk gang menuju masjid.
Ade memberi arahan kepada teman-temannya untuk memposisikan diri di beberapa titik di pinggir jalan raya yang ramai itu. Sementara waktu Maghrib tersisa 15 menit lagi.
Mulailah mereka mengulurkan tangannya yang memegang botol air mineral kepada para pengguna jalan raya. Para pengendara sepeda motor dan mobil melambatkan kendaraannya dan mengambil takjil yang ditawarkan Tim Ropank.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Pembagian takjil ini dilakukan karena Allah, untuk membantu orang yang berpuasa segera berbuka di saat mereka masih berada di jalan saat Maghrib tiba,” kata Ade kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Meski menu takjil yang dibagikan sederhana, hanya berupa air putih dan tiga butir kurma, tapi menurut pria Padang kelahiran Jakarta itu, dua item tersebut adalah yang utama dianjurkan untuk membatalkan puasa.
Dengan senyum, mereka terus membagikan botol-botol kepada pengguna jalan. Hingga akhirnya, kurang dari 15 menit, semua botol sudah habis. Ketujuh pria tersebut pun kembali ke masjid dengan perasaan senang dan tersenyum bahagia. Mereka masih memiliki waktu untuk menyiapkan hidangan berbuka untuk diri mereka sendiri.
Kegiatan bagi-bagi takjil gratis memang baru di tahun ini mereka lakukan. Hal itu akan mereka lakukan selama bulan suci Ramadhan. Jumlah orang-orang yang terlibat setiap hari bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Kegiatan masjid semakin hidup
Adanya kegiatan bagi-bagi takjil selama Ramadhan di tahun ini, menunjukkan ada kemajuan dalam kegiatan di Masjid Nurul Jannah yang berlokasi di Kapuk Muara, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara.
Masjid Nurul Jannah juga menjadi basis pendidikan Al-Quran bagi anak-anak lingkungan sekitar. Pendidikan Al-Quran ini diasuh oleh 2-4 pengajar sukarelawan, orang-orang yang meluangkan waktu untuk mendidik disela-sela kesibukan mereka bekerja sebagai pencari nafkah.
Siswanto (46), tokoh masyarakat sekaligus pembina kegiatan di masjid tersebut mengatakan bahwa mereka sedang mencari orang yang memang khusus di bidang pendidikan Al-Quran.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Perjalanan pendidikan Al-Quran di Nurul Jannah memang mengalami pasang surut, beberapa kali masa proses pendidikan harus terhenti ketika tidak ada orang yang siap mengajar.
Selain itu, setiap Kamis malam dan Ahad sebelum Maghrib, ada kajian kitab. Jumlah puluhan orang yang hadir, muslimin dan muslimah, merupakan angka yang menggembirakan yang pernah dicapai oleh masjid ini.
Di tahun-tahun yang lalu, dengan jadwal taklim yang tetap sama, jumlah kehadiran jamaah untuk menuntut ilmu sangat sulit untuk mencapai angka 20 orang, bahkan jika gurunya berhalangan hadir, proses taklim bisa tidak berjalan. Pernah pula yang hadir hanya 3-4 orang. Namun, itu dulu.
Sejak awal tahun 2017, para pengurus masjid juga menginisiasi “Gerakan Salat Subuh Berjamaah” setiap Ahad. Usai salat Subuh, para jamaah tidak langsung pulang, tapi mendengarkan kultum seraya menikmati teh hangat dan sarapan pagi yang ringan. Sesekali panitia membekali jamaah bingkisan sembako usai mengikuti gerakan setiap Subuh Ahad itu.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Tumbuh dari sejarah
Meski tidak begitu besar dan megah, Masjid Nurul Jannah kini berdiri kokoh dalam wujud bangunan batu bercat kuning halus dengan jendela-jendela kacanya.
Dari Jl. Kapuk Raya, bangunan masjid tidak terlihat, hanya sebuah plang bertuliskan namanya yang terpasang di depan pintu gang. Untuk sampai ke bangunan masjid, wartawan MINA harus melalui jalan yang di kanan dan kirinya adalah lahan kosong berumput tinggi dan liar. Sejauh sekitar 50 meter untuk sampai.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Sisi kiri bangunan masjid menempel pada bangunan kontrakan kayu bertingkat. Di depannya adalah jalan yang hanya bisa dipakai parkir motor satu baris. Di sisi kanan dan sisi arah kiblat adalah kolam-kolam peternakan ikan lele warga.
Dulu, bangunan yang mulai berdiri 1980 ini tidak lebih sebuah bangunan kayu kecil yang dikelilingi oleh genangan air. Untuk sampai dan salat di dalamnya harus melalui jembatan kayu atau merogoh banjir. Seiring perkembangan pembangunan daerah sekelilingnya, terutama dibangunnya kompleks ruko dan pergudangan, Masjid Nurul Jannah juga dipaksa untuk menyelamatkan diri dari ketenggelaman air yang menggenang.
Lantai yang kini dipakai untuk bersujud setiap lima waktu, dahulu adalah pucuk atap masjid versi sebelumnya. Kini tidak ada lagi genangan air yang membentuk rawa dan jembatan kayu yang harus dilalui untuk beribadah di dalamnya, jalan setapak dan jembatan papan telah berubah dalam wujud semen coran.
Kini, untuk melakukan aktivitas kegiatan keagamaan sudah terasa nyaman, bahkan beberapa penuntut ilmu datang dari wilayah Cengkareng, Jakarta Barat hingga Kabupaten Tangerang.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini
Dipercaya Kementerian BUMN
Seolah-olah tanpa ada angin tanpa ada hujan sebelumnya, Ustaz Yusuf Ibrahim (42) tiba-tiba didatangi pejabat PT. Telkom Indonesia di rumahnya pada hari Selasa, 6 Juni 2017. Menurut pejabat perusahaan milik negara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memilih dan mempercayai Nurul Jannah untuk menyalurkan hampir 2.000 paket sembako Ramadhan kepada masyarakat sekitar dengan delapan item per paketnya.
Maka dalam hitungan hari dan malam, ruang depan yang dijadikan kelas pendidikan Al-Quran dan di dekat tempat wudhu, seketika menumpuk karung-karung beras dan ribuan dus item sembako lainnya.
Ustaz Yusuf selaku Wakil Ketua DKM masjid harus bekerja cepat mengumpulkan data warga dari berbagai rukun tetangga yang berhak menerima bantuan Ramadhan tersebut. Bersama pengurus dan jamaah masjid, serta warga sekitar, ia bahu membahu menurunkan bahan sembako dari truk dan memikulnya secara berjamaah melalui gang-gang sempit permukiman hingga ke masjid.
Baca Juga: Tim Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban Longsor Jawa Tengah
Hingga akhirnya, pada Selasa, 13 Juni 2017 pagi, acara pembagian paket bingkisan Ramadhan dilaksanakan dan berjalan lancar. Hari itu, Masjid Nurul Jannah adalah salah satu dari 100 masjid yang dipilih oleh Kementerian BUMN untuk membagikan paket sembako di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Program “BUMN Berbagi Bingkisan Ramadhan” dilakukan di 200.000 titik di seluruh Indonesia yang melibatkan 14 BUMN, salah satunya PT. Telkom Indonesia.
Rahasia Kebangkitan Nurul Jannah
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Kebangkitan Masjid Nurul Jannah yang semakin makmur oleh kegiatan positif, semakin akrab dengan kalangan masyarakat, dan semakin dipercaya memikul tanggung jawab yang besar, tidak lepas dari hasil pengkaderan dari para guru yang berjasa mendidik pada generasi awal di masjid tersebut.
Ade Darmawan, Siswanto dan Ustaz Yusuf Ibrahim adalah tiga kader Masjid Nurul Jannah yang kemudian terbentuk memiliki jiwa-jiwa yang loyal kepada agama. Sejak kecil, pendidikan agama mereka dibentuk di masjid yang mungil terpencil di tengah kepungan banjir, hingga kini menjadi orang-orang terdepan dalam membangkitkan masjid menjadi pusat kegiatan sehari-hari dari umat.
“Kebangkitan ini terjadi karena kami berkoordinasi setiap malam di rumah Bang Ncis (Siswanto). Dari obrolan santai kemudian terlahirlah ide-ide dan solusi masalah. Ditambah adanya donatur yang mendukung kegiatan masjid, terutama di pendidikan Al-Qurannya,” ujar Ade kepada MINA.
“Intinya, selain regenerasi yang menjadi faktor pemicu, juga semangat kebersamaan atau berjamaah. Artinya, segala sesuatu kegiatan dilakukan secara bersama-sama maka akan menjadi ringan,” kata Ustaz Yusuf mengenai faktor kebangkitan geliat dakwah di Masjid Nurul Jannah.
Baca Juga: Lomba Mewarnai dan Menggambar Al-Aqsa Meriahkan Festival Baitul Maqdis di Samarinda
“Kebangkitan para pemuda dan kegiatan di Masjid Nurul Jannah adalah karena kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam hidup berjamaah,” kata Siswanto pula menegaskan. (L/RI-1/P1
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)