Rabat, MINA – Raja Maroko Mohamed VI dipastikan akan mengunjungi Indonesia, pertama kali sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik 57 tahun lalu sejak negara itu merdeka, demikian Wakil Menteri Luar Negeri RI A.M. Fachir mengatakan.
Ia baru kembali dari Maroko menemui Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita, menyerahkan undangan Presiden RI, Joko Widodo kepada Raja Maroko, untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia dan menjadi salah satu Pembicara Kunci pada forum tahunan Bali Democracy Forum (BDF) X di Bali, 7 Desember 2017.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Luar Negeri Kerajaan Maroko, Rabat (3/11), Menteri Luar Negeri Maroko menyampaikan Raja Mohammed VI memastikan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. “Rencana kunjungan tersebut akan menjadi bersejarah karena merupakan kali pertamanya kunjungan Raja Maroko ke Indonesia.”
Lebih lanjut, Menlu Maroko mengharapkan kedua negara menyiapkan rencana kunjungan tersebut agar dapat menghasilkan deliverables yang konkret. Demikian keterangan pers Kemlu RI yang diterima MINA.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Terkait dengan BDF X, Wamenlu RI menegaskan pentingnya bagi negara-negara muslim untuk sharing best practices dalam mengelola demokrasi yang bersifat home-grown dan berdasarkan nilai Islam yang luhur. Karenanya, Wamenlu mengatakan kehadiran Raja Maroko pada BDF X sebagai momentum untuk menggaungkan kesuksesan Raja dalam mengelola aspirasi rakyat dan memajukan demokrasi di Maroko.
“Indonesia mengundang Maroko sebagai salah satu negara yang mampu menunjukkan keharmonisan dalam Islam dan Demokrasi”, katanya.
Merespon hal tersebut, Menlu Maroko akan meyakinkan kembali Raja Maroko untuk memenuhi undangan dimaksud.
Lebih lanjut, Wamenlu Fachir menyampaikan, hubungan harmonis kedua negara perlu diterjemahkan dalam kerja sama dan kesepakatan di berbagai bidang, yang berorientasi kepada kebutuhan rakyat kedua negara. “Beberapa bidang yang perlu mendapat penekanan antara lain kerja sama keamanan, perdagangan, serta keagamaan,” demikian disampaikan oleh Wamenlu RI.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Khusus di bidang ekonomi, Wamenlu RI dan Menlu Maroko sepakat untuk mendorong perundingan Preferential Trade Agreement untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara. Sejauh ini teridentifikasi salah satu kendala perdagangan disebabkan tarif bea masuk impor yang tinggi. Tercatat total nilai perdagangan tahun 2016 sebesar USD 157 juta, dengan surplus bagi Indonesia sejumlah USD 33 juta.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko dimulai pada 19 April 1960 dan diresmikan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno pada 2 Mei 1960. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan Kepala Negara asing pertama ke negara itu setelah merdeka.(R/R04/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa