Washington DC, MINA – Ratusan aktivis Yahudi Amerika menyerukan kepada pemerintahan Amerika Serikat yang dipimpin Joe Biden melakukan embargo senjata terhadap Israel yang digunakan untuk melancarkan genosida di Gaza.
Dalam aksi duduk di Gedung Kantor Cannon House, Rabu (24/7), para pengunjuk rasa yang terdiri dari para rabi, selebriti, mahasiswa, warga Israel, aktivis perdamaian serta keturunan korban Holocaust, menuntut Biden mendengarkan kehendak rakyat Amerika. Jewish Voice for Peace menyebutkan di laman resminya.
Mereka menyerukan tuntutan itu, sehari sebelum Perdana Menteri Israel Netanyahu berpidato di sidang gabungan Kongres, dan beberapa hari sebelum pertemuannya dengan Presiden Biden dan Wakil Presiden Harris.
Aksi berlangsung setelah menyaksikan sembilan bulan perang Gaza.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Selama sembilan bulan, kami menyaksikan dengan ngeri ketika pemerintah Israel melakukan genosida, dipersenjatai dan didanai oleh Kongres AS, dan pemerintahan Biden memiliki kekuatan untuk mengakhiri kengerian ini hari ini,” kata Stefanie Fox, Direktur Eksekutif Jewish Voice for Peace.
“Presiden kita justru sedang bersiap untuk bertemu dengan Netanyahu, dan pimpinan Kongres telah memberinya undangan untuk berpidato di Kongres. Cukup sudah,” ujarnya.
“Biden dan Kongres harus mendengarkan masyarakat, Kita memerlukan embargo senjata sekarang untuk menyelamatkan nyawa,” lanjutnya.
“Perintah terpenting dalam seluruh ajaran Yudaisme adalah perintah untuk menyelamatkan nyawa.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Tradisi Yahudi kami memaksa kami untuk bersuara dan menyerukan kepada para pemimpin kami untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelamatkan nyawa warga Palestina di Gaza saat ini,” kata rabi Abby Stein, seorang aktivis Israel-Amerika dan anggota Dewan Rabinik Suara Yahudi untuk Perdamaian.
Puluhan rabi yang mengenakan selendang doa buatan tangan bertuliskan “Never Again for Everyone,” memimpin aksi duduk tersebut melalui doa dan nyanyian perdamaian dan keadilan.
Ratusan pengunjuk rasa mengenakan kaos merah bertuliskan pesan “Orang-orang Yahudi Berkata Berhenti Mempersenjatai Israel” dan “Bukan Atas Nama Kami.”
Anggota IfNotNow, Sosialis Demokrat Amerika (DSA) dan Shoresh (Israel anti-Zionis di AS) juga berpartisipasi dalam protes damai tersebut.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Pemerintah Israel menggunakan dana dan senjata AS untuk membantai dan membuat warga Palestina kelaparan di Gaza.
Orang Amerika, termasuk Yahudi Amerika, merasa muak dengan keterlibatan pemerintah kita dalam genosida ini. Satu-satunya cara untuk mencapai gencatan senjata dan membangun masa depan yang adil adalah dengan menghentikan pengiriman senjata ke Israel sekarang juga,” kata Jane Hirchmann, putri korban selamat Holocaust dan anggota Jewish Voice for Peace.
Meskipun Presiden Biden menyerukan gencatan senjata, dia terus mendanai dan mempersenjatai militer Israel.
Pemerintah AS memberikan $3,8 miliar (sekitar Rp61,9 trilun) kepada militer Israel setiap tahun. Pada bulan April, Kongres memutuskan untuk mengirimkan lebih dari $14 miliar (Rp228 triliun lebih) kepada militer Israel.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Sejak Oktober, Biden telah melakukan lebih dari 100 transfer senjata tambahan ke Israel.
“Sebagai seorang mahasiswa, saya menghabiskan beberapa bulan terakhir meminta universitas saya untuk melakukan divestasi dari militer Israel.
Kini setelah semester ini berakhir, saya datang ke Washington D.C. untuk menyerukan kepada pemerintah saya agar berhenti mempersenjatai Israel, yang telah membunuh lebih dari 14.000 anak-anak,” kata Cameron Jones, seorang Junior di Universitas Columbia dan anggota Jewish Voice for Peace.
Jajak pendapat menunjukkan, 52% warga Amerika setuju bahwa AS harus menghentikan pengiriman senjata ke militer Israel.
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Protes tersebut adalah yang terbaru dalam gelombang protes bersejarah yang dipimpin oleh Suara Yahudi untuk Perdamaian yang menghentikan Kongres, menutup Terminal Grand Central pada jam-jam sibuk, mengambil alih Patung Liberty, menutup Jembatan Manhattan, mengganggu Pesta Hanukkah Presiden di
Gedung Putih, mengambil alih kantor pusat AIPAC, dan menggagalkan penggalangan dana Presiden di Radio City Music Hall.
“Sangat memalukan bahwa anggota parlemen AS mengundang penjahat perang Netanyahu untuk berpidato di Kongres.
Kami adalah ratusan orang Yahudi Amerika yang menyerukan kepada para pemimpin terpilih kami untuk berhenti mendanai dan memicu genosida ini,” kata Sonya Meyerson-Knox, Direktur Komunikasi, Jewish Voice for Peace.
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Jewish Voice for Peace (JVP) adalah organisasi anti-Zionis Yahudi progresif terbesar di dunia, yang mengorganisir gerakan akar rumput, multiras, lintas kelas, dan antargenerasi Yahudi AS untuk bersolidaritas dengan perjuangan kemerdekaan Palestina, berdasarkan visi keadilan, kesetaraan, dan martabat bagi semua orang. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Enam Pejabat Senior Hamas