Hasakah,, MINA – Anak-anak di bawah umur masih ditahan di penjara yang dikelola orang Kurdi di timur laut Suriah yang diserang bulan lalu oleh kelompok ISIS, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Ahad (6/2), dan menyebut kondisi mereka “genting”.
Kelompok hak asasi internasional, termasuk Save the Children dan Human Rights Watch, sebelumnya mengatakan, bahwa 700 anak laki-laki telah berada di penjara Ghwayran sebelum operasi pada 20 Januari.
Anak-anak tersebut berusia antara 12 dan 18 tahun, mereka termasuk banyak yang memiliki kerabat dewasa di dalam penjara dan dipindahkan dari kamp-kamp pengungsian terdekat yang menampung ribuan anak-anak militan.
“UNICEF bertemu dengan beberapa anak yang masih ditahan di pusat penahanan Ghwayran,” kata badan anak PBB dalam sebuah pernyataan yang dikutip Midle East Eye.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Meskipun beberapa layanan dasar sekarang ada, situasi anak-anak ini sangat berbahaya,” tambahnya, tanpa merinci berapa banyak anak di bawah umur yang masih ditahan.
Farhad Shami dari Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi mengatakan, ratusan anak di bawah umur masih ditahan di Ghwayran, menolak untuk mengungkapkan angka pastinya.
“Mereka disimpan di tempat yang aman,” katanya.
Sekitar 3.500 tahanan ditahan di pusat penahanan al-Sinaa di lingkungan Ghwayran di kota Hasakah, ketika, pada 20 Januari, kelompok ISIS menabrakkan dua kendaraan berisi bahan peledak ke fasilitas tersebut, dalam salah satu serangan paling berani oleh kelompok tersebut di wilayah itu, dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Upaya pembobolan penjara oleh ISIS memicu bentrokan selama sepekan di dalam dan di sekitar penjara di mana ratusan orang tewas sebelum pasukan pimpinan Kurdi merebut kembali penjara tersebut.
Itu adalah operasi terbesar oleh ISIS di Suriah sejak kekalahan teritorial kelompok itu pada 2019.
Sumber-sumber di Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur (AANES) yang terkait dengan SDF, yang mengendalikan sebagian besar timur laut Suriah, telah mengindikasikan bahwa ada ratusan anak laki-laki yang ditahan oleh ISIS sebagai tameng manusia, termasuk lebih dari 100 “non-Arab”.
Farhad memberi tahu pada MEE bulan lalu bahwa anak-anak di bawah umur yang ditahan di penjara “telah dilatih tentang ideologi jihad”, meskipun beberapa sedang menjalani program rehabilitasi.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sementara UNICEF mengatakan sedang bekerja untuk segera memberikan perawatan bagi anak di bawah umur, menambahkan bahwa mereka “siap membantu mendukung tempat aman baru di timur laut Suriah untuk merawat anak-anak yang paling rentan”.
SDF mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (6/2) bahwa UNICEF adalah badan PBB pertama yang diberikan izin untuk mengunjungi penjara sejak serangan itu.
“Delegasi itu diberi informasi tentang status remaja terkait Daesh,” tambah SDF, menggunakan akronim bahasa Arab.
Rekaman video kunjungan yang diposting di jaringan media sosial menunjukkan sekitar selusin anak laki-laki, banyak yang tertutup selimut, di sel penjara.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Pihak berwenang Kurdi telah berulang kali menyalahkan komunitas internasional karena gagal mendukung upaya untuk merehabilitasi dan memulangkan anak-anak pejuang ISIS.
Pihak berwenang Kurdi menyatakan bahwa tidak ada tahanan yang melarikan diri tetapi Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris pada hari Minggu mengatakan bahwa ratusan militan telah melarikan diri.
“Beberapa dari mereka telah menyeberang ke Turki,” kata Observatorium.
“Yang lain telah tiba di daerah yang dikuasai oleh pemberontak yang didukung Turki di pedesaan Aleppo, sementara beberapa tetap bersembunyi di zona yang dikendalikan oleh pemerintahan semi-otonom Kurdi (di dalam Suriah),” tambahnya.
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Observatorium, yang mengandalkan sumber-sumber di dalam Suriah, mengatakan para pelarian itu termasuk dua pemimpin senior yang sekarang tinggal di kota Jarablus yang dikuasai Turki di dekat perbatasan Turki.
Pada Kamis (3/2), serangan AS menewaskan pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Qurashi di kota Atme di wilayah barat laut Idlib, benteng oposisi besar terakhir Suriah. (T/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait