New Delhi, MINA – Ratusan umat Muslim di lingkungan timur laut ibukota New Delhi kembali melaksanakan shalat berjamaah walau harus naik ke atap masjid, mengingat ruangan utama belum bisa digunakan setelah dibom api dalam aksi kerusuhan pada Jumat (28/2).
Bentrokan terjadi sepanjang 72 jam antara umat Hindu dan Muslim yang menewaskan sedikitnya 40 orang dan ratusan lainnya terluka. The Gardner News melaporkan, Sabtu (29/2).
“Jika mereka membakar masjid kami, kami akan membangun kembali dan tetap shalat berjamaah. Ini adalah hak agama kami dan tidak ada yang bisa menghentikan kami dari mempraktikkan agama kami,” tegas Mohammad Sulaiman, di antara sekitar 180 jamaah yang shalat di atap masjid.
Lima hari setelah kerusuhan dimulai, pihak berwenang belum mengatakan apa yang memicu kekerasan komunal terburuk di New Delhi dalam beberapa dekade terakhir.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Rumah sakit masih terus berusaha mengidentifikasi orang yang mati, karena jumlah korban terus meningkat, dan penduduk di daerah yang terkena dampak kerusuhan masih mencari keluarganya yang belum kembali.
Ketegangan berlangsung setelah umat Muslim memprotes keputusan pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi mengeluarkan Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA) yang disebut sebagai “anti-Muslim.”
Kekerasan meledak pada Ahad malam (23/2), bertepatan dengan kunjungan kenegaraan pertama Presiden AS Donald Trump ke India.
Sebagian besar keluarga Muslim setempat telah mengunci rumah mereka dan meninggalkan daerah itu.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Pengesahan undang-undang kewarganegaraan pada bulan Desember yang mempercepat jalur naturalisasi untuk beberapa agama minoritas dari negara-negara tetangga, tetapi tidak bagi warga Muslim memicu protes besar-besaran di seluruh India. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai