Kashgar, MINA – Ratusan ribu tahanan Muslim Uighur di kamp interniran di China barat jauh, bukan hanya dipaksa untuk meninggalkan keyakinan agama mereka, tetapi juga kini memasuki aturan kerja paksa.
Laporan New York Times (NYT) edisi Ahad (16/12) menyebutkan, Partai Komunis China yang berkuasa mengatakan bahwa jaringan kamp yang luas di wilayah Xinjiang menyediakan pelatihan kerja dan menempatkan para tahanan di jalur produksi untuk kebaikan mereka sendiri.
Alasan terkuatnya adalah untuk menawarkan solusi dari kemiskinan, keterbelakangan dan untuk menghindari ajakan kelompok radikal.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Namun, bukti yang memuncak menunjukkan bahwa sistem kerja paksa muncul dari kamp-kamp, suatu perkembangan yang kemungkinan akan mengintensifkan kecaman internasional.
“Sebuah upaya drastis Tiongkok untuk mengendalikan dan mengindoktrinasi populasi minoritas etnis Muslim lebih dari 12 juta di Xinjiang,” NYT menyebutkan.
Berdasarkan laporan dari daerah, citra satelit dan dokumen resmi yang tidak dilaporkan sebelumnya, menunjukkan bahwa semakin banyak tahanan yang dikirim ke pabrik-pabrik baru, yang dibangun di dalam atau di dekat kamp, tempat para tahanan memiliki sedikit pilihan selain menerima pekerjaan dan mengikuti perintah.
“Orang-orang yang ditahan ini menyediakan tenaga kerja paksa gratis atau murah untuk pabrik-pabrik ini,” kata Mehmet Volkan Kasikci, seorang peneliti di Turki yang telah mengumpulkan laporan tentang para tahanan di pabrik-pabrik dengan mewawancarai keluarga yang telah meninggalkan China.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
“Cerita-cerita terus mengalir ke saya,” katanya.
Pemerintah China telah menentang kecaman internasional terhadap program pengintaian di Xinjiang, yang menahan Muslim dan memaksa mereka melepaskan agama dan berjanji setia kepada partai.
Bahkan pemerintah menggarisbawahi tekad untuk terus mengoperasikan kamp, meskipun ada seruan dari pejabat hak asasi manusia PBB, Amerika Serikat dan pemerintah lainnya untuk menutupnya.
Saat ini blok-blok polisi berusaha untuk mendekati kamp dan memantau secara ketat wartawan asing yang melakukan perjalanan ke Xinjiang, membuat semuanya tidak mungkin untuk melakukan wawancara di wilayah tersebut.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Sebagian besar warga Uighur yang telah melarikan diri dari Xinjiang, melakukannya sebelum program pabrik itu tumbuh dalam beberapa bulan terakhir. (T/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel