Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency), Duta Al-Quds Internasional
Tanggal 21 Agustus 1969 menjadi hari tragedi bagi umat Islam, ketika terjadi pembakaran Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.
Aksi jahat penodaan melalui Yahudisasi dan penguasaan Masjid Al-Aqsa sejak pembakaran itu, hingga kinipun masih terus berlangsung.
Pakar urusan Yerusalem, Dr. Ali Abu Ras, mengatakan berlalunya peringatan pembakaran Masjid Al-Aqsa terjadi dalam serangkaian serangan yang dimulai sejak tragedi Nakbah (1948) hingga pendudukan wilayah Yerusalem (1967).
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Dalam rangka memperingati hari pembakaran Masjid Al-Aqsa tersebut, pada Konferensi Internasional Aksi Nyata Mengembalikan Masjid Al-Aqsa Ke Pangkuan Muslimin, di Wisma ANTARA Jakarta tanggal 20 Sya’ban 1429 H. atau 21 Agustus 2008 M, yang diselenggarakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah), lahirlah “Deklarasi Jakarta untuk Pembebasan Al-Aqsa”.
Isi deklarasi menyatakan komitmen untuk terus berjuang membebaskan Al-Aqsa dan mengembalikannya ke pangkuan Muslimin.
Pernyataan deklarasi juga menyeru segenap pemimpin negara-negara Islam dan Organisasi Islam dunia, serta tokoh dan cendikiawan Muslim di dunia agar mendesak pendudukan Israel untuk menghentikan usaha penggalian terowongan di bawah Masjid Al-Aqsa, serta mengembalikan otoritas Masjid Al-Aqsa ke pangkuan kaum Muslimin.
Deklarasi juga mengajak segenap umat Islam di dunia untuk bangkit dan berjama’ah menyatukan langkah dengan segenap dana, jiwa dan seluruh kekuatan untuk membebaskan Al-Aqsa,” lanjut pernyataan sikap.
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi
Peserta konferensi kala itu juga menyepakati terbentuknya organisasi Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG), yang beranggotakan ulama, tokoh, cendikiawan, dan perwakilan Muslimin, yang berpusat kedudukan di Jakarta.
Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) sesuai akta pendiriannya mengemban 6 (enam) amanat utama, yaitu :
- Mensosialisasikan atau menyadarkan kaum Muslimin untuk membela dan membebaskan Al-Aqsa dari cengkraman zionis Israel.
- Mobilisasi seluruh dana dan kekuatan Muslimin sedunia untuk pembebasan Al-Aqsa.
- Membuat peta jalan (roadmap) pembebasan Al-Aqsa.
- Membangun jaringan kerjasama (networking) antar segenap Muslimin sedunia.
- Melakukan usaha-usaha pemberdayaan Muslimin Palestina, meliputi pendidikan, keterampilan, dan usaha-usaha lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan muslimin Palestina.
- Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja serupa di negara-negara berpenduduk Islam di dunia.
Kepemimpinan Sekretariat AWG Pusat di Jakarta selanjutnya mendapatkan tugas untuk memfasilitasi pembentukan AWG atau kelompok kerja serupa di negara-negara berpenduduk Muslim di seluruh dunia.
Bergerak Masif Berjamaah
Baca Juga: Hezbollah dan Houthi Kompak Serang Wilayah Pendudukan Israel
Keberadaan Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) tentu tidak lepas dari kondisi Masjid Al-Aqsa yang masih berada di bawah penjajahan Israel berikut seluruh wilayah Palestina. Bahkan penjajahan dan penistaan terhadap Masjid Al-Aqsa terus berlangsung. Kezaliman itu tidak bisa ditolerir sama sekali.
Namun demikian belum semua kaum Muslimin menunjukkan kepedulian terhadap kondisi Masjid Al-Aqsa. Sehingga perlu adanya kegiatan dan gerakan untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya yang mengancam Masjid Al-Aqsa. Bila kesadaran itu sudah mulai bersemi di hati kaum Muslimin, maka upaya pembebasan masjid suci itu akan semakin nyata.
Sesungguhnyalah pembebasan Masjid Al-Aqsa itu memang bukan sekedar merebut kembali sebuah masjid yang dinistakan oleh musuh-musuh Allah. Lebih dari itu, upaya tersebut adalah sebuah perjuangan mengembalikan dunia di bawah kepemimpinan yang akan merestorasi kedamaian dan keadilan di muka bumi yang pernah terjadi di bawah kepemimpinan Islam.
Di sinilah diharapkan peran penting Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) sebagai salah satu lembaga yang bekerja untuk membangun kesadaran semacam itu dan mengarahkan daya upaya untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa dari belenggu penjajahan.
Baca Juga: Banyak Tentara Israel Kena Mental Akibat Agresi Berkepanjangan di Gaza
Di sinilah perlunya “bergerak masif”, bukan sekedar gerakan biasa, bukan hanya sewaktu-waktu, bukan hanya di satu tempat, dan tidak hanya di Indonesia. Namun gerakan luar biasa, yang memerlukan segala sumber daya manusia, pendanaan, jaringan, media dan semua potensi yang ada di kalangan umat.
Gerakan ini dilakukan secara berkala, setiap hari tanpa henti, sebab belum semua umat Islam dan manusia memahami tentang Al-Aqsa dan Palestina, baik dari sisi keislaman maupun kemanusiaan dan kebangsaan.
Gerakan yang dilakukan di seluruh wilayah, di berbagai kesempatan, hingga ke mancanegara. Apalagi saat ini banyak organisasi swadaya masyarakat, baik yang dikelola oleh umat Islam atau malah non-muslim atas nama kemanusiaan, dan maupun luar negeri, yang perlu terus dijalin kerjasamanya. Saling bersinergi dan berkolaborasi untuk Al-Aqsa dan Palestina.
Bulan Solidaritas Palestina
Baca Juga: Dipimpin Ekstremis Ben-Gvir, Ribuan Pemukim Yahudi Serbu Masjid Ibrahimi
Dalam kaitan aksi nyata Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) mencanangkan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) sejak November 2022. Sebelumnya pada November 2021 dimulai dengan Pekan Solidartas Palestina (PSP).
Bulan Solidaritas Palestina (BSP) merupakan agenda tahunan yang digelar oleh Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) dalam rangka meningkatkan kepedulian dan secara aktif membantu rakyat Palestina serta pembebasan Masjid Al Aqsa.
Berbagai kegiatan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2022 yang dilaksanakan serempak di 14 Provinsi se-Indonesia, antara lain : berbagai perlombaan, forum Duta Al-Quds, pengibaran bendera Indonesia dan Palestina di berbagai puncak gunung di ndonesia, gowes sepeda cinta Al-Aqsa, persahabatan Futsal tolak kedatangan Timnas Israel, talkshow Millennial Peacemaker Forum, pameran foto, dan sarasehan.
Untuk memperluas networking dengan berbagai organisasi kemanusiaan, baik di Indonesia maupun mancanegara, tahun 2023 ini Bulan Solidaritas Palestina diagendakan meluas ke luar negeri, terutama Asia Tenggara dan dunia umumnya.
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
Ada banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kepalestinaan, seperti di Malaysia, Yordania, Turki, Qatar, Kuwait, hingga di Inggris dan AS. Termasuk banyak tokoh dan aktivis non-Muslim sekalipun, yang memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan.
Sehingga dengan demikian terjalin komunitas pembebasan Al-Aqsa secara internasional, yang dapat mendesak pemerintahan negara di dunia, sekaligus mendesak pejajahan Zionis Israel segera hengkang dari bumi Palestina.
Terlebih menghadapi semakin gencarnya aksi-aksi pendudukan Zionis Israel yang hendak membagi Masjidil Aqsa menjadi dua bagian. Seperti dinyatakan Amit Halevy, anggota Parlemen Israel (Knesset) dari Partai Likud, pimpinan Benjamin Netanyahu, yang menyiapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) ke Knesset yang berisi pembagian tempat suci umat Islam Masjidil Aqsa.
Amit Halevy mengusulkan sebuah RUU untuk membagi Masjid Al-Aqsa antara Yahudi dan Muslim, yang memicu kekhawatiran besar dari warga Palestina.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Halevi, dari partai Likud yang berkuasa, menguraikan rencananya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar berbahasa Ibrani Zeman Israel, untuk memberi umat Islam sekitar 30% bagian selatan kompleks Al-Aqsa, sementara sisanya untuk orang Yahudi, termasuk area Kubah Sakhrah.
Dia mengklaim bukit tempat Al-Aqsa itu berdiri sebagai Temple Mount, dan diyakini sebagai situs di mana dua kuil Yahudi kuno pernah berdiri.
Api Perjuangan Semakin Menyala
Kini, semangat pergerakan perjuangan Al-Aqsa dan Palestina masih terus menyala, bahkan harus semakin menyala lebih terang lagiu, selama api pendudukan masih berlangsung. Bahkan dukungannya terus mengalir dari berbagai penjuru, baik dari kaum Muslimin khususnya maupun dunia pada umumnya.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Ya, api perjuangan tidak akan padam selama masih ada kaum Muslimin yang memiliki kepedulian terhadap Masjid Al-Aqsa. Di sini peran penting Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) dalam menggerakkan segala upaya untuk pembebasan Al-Aqsa.
Semua pergerakan itu akan menjadi efektif dan memiliki daya kekuatan eksplosif, manakala disatukan dalam satu kesatuan umat Islam, bergerak berjama’ah.
Sebuah kekuatan kehidupan umat Islam berjama’ah, bersatu, saling kuat-menguatkan,saling bersaudara, tidak berpecah-belah, tidak mudah diadu-domba, hingga dapat mengalahkan pedudukan Zionis Israel.
“Berpegang teguh pada tali Allah seraya berjama’ah,” itu pesan kuat Surat Ali Imran ayat 103.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
“Kekuatan Allah bersama Al-Jama’ah”, (yadullaah ma’al jamaa’ah). Begitu pesan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sebuah Refleksi 15 Tahun Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG), terus suarakan Al-Aqsa dan Palestina ke dunia internasional tanpa batas tempat dan waktu. Allahu Akbar ! Al-Aqsa Haqquna !! (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya