Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RELAWAN MER-C: BOM ISRAEL BANGUNKAN SAHUR KAMI

Rudi Hendrik - Ahad, 6 Juli 2014 - 22:49 WIB

Ahad, 6 Juli 2014 - 22:49 WIB

1861 Views

Gaza strip
Sebuah cahaya bom terlihat menyusul serangan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung, 3 Juli 2014. (Foto: Press TV)

Gaza-strip-300x168.jpg" alt="Sebuah cahaya bom terlihat menyusul serangan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung, 3 Juli 2014. (Foto: Press TV)" width="300" height="168" /> Sebuah cahaya bom terlihat menyusul serangan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung, 3 Juli 2014. (Foto: Press TV)

Gaza, 8 Ramadhan 1435/6 Juli 2014 (MINA) – Para relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Gaza Palestina menyatakan mereka sering terbangun oleh suara ledakan rudal dari pesawat tempur Israel yang menyerang Gaza dini hari menjelang sahur.

Setidaknya tiga pekan sebelum kedatangan relawan, Israel sangat aktif menyerang Gaza. “Ketika para relawan tiba di Gaza, Israel seolah memberikan sambutan selamat datang dengan dentuman serangan-serangan terhadap Jalur Gaza dari pagi hingga tengah malam,” lapor koresponden MINA di Gaza, Ahad (6/7).

Eskalasi serangan Israel pada awal Ramadhan cukup tinggi, pesawat tempur F-16 serta pesawat tanpa awak (drone) Israel selalu berputar di langit Gaza siang malam. Dilaporkan sejauh ini sudah banyak korban, baik luka-luka ataupun meninggal dari pihak Palestina.

Salah seorang relawan Indonesia asal Singkawang Kalimantan Barat Osama Mansur menyatakan ini merupakan pengalaman berharga buatnya, bisa datang ke Gaza sebagai relawan, walaupun ditengah serangan Israel.

Baca Juga: 45 Truk BAZNAS Bantuan Masyarakat Indonesia Berhasil Masuk Gaza

“Saya ini orangnya penakut, namun setelah tiba di Gaza Alhamdulillah rasa takut saya hilang, walaupun suara bom disana sini, ini karena Allah saja,” Ujar Osama, relawan yang baru pertama kali datang ke Gaza ini.

Lain halnya dengan Suryadi, seorang relawan asal Wonogiri Jawa Tengah yang sudah malang melintang di daerah bencana di Indonesia. Dia menyatakan, “bom Israel itu seperti membangunkan kami untuk sahur.”

Israel kalau serang Gaza itu di tengah malam, sekitar jam 02.00 atau jam 03.00, ini seperti alarm buat kami untuk bangun, dan Israel sepertinya tau kalau waktu tersebut adalah waktu untuk sahur,” ujarnya.

Hidup di daerah konflik seperti ini memang tidak mudah, terlebih lagi lokasi Rumah Sakit Indonesia terletak sekitar 2,5 km dari perbatasan dengan tanah jajahan Israel. Tak jarang para relawan menyaksikan roket-roket beterbangan di langit Gaza.

Baca Juga: Israel Halangi Dokter AS Tinggalkan Gaza

“Kalau malam, ketika ada roket yang diluncukan dari Gaza, biasanya di halau (intercept) oleh Israel dengan iron dome-nya, dan cahayanya terlihat jelas dari bangunan RS ini,” ujar Muqarrabin Al Fikri, Ketua MER-C Cabang Gaza yang sudah 1,5 tahun tinggal di Gaza.

Menjadi seorang relawan yang bertugas menunaikan amanah di Gaza merupakan tantangan tersendiri. para relawan setidaknya harus memiliki mental yang kuat, betapa tidak, di daerah yang tidak ada tempat aman di dalamnya ini para relawan dituntut untuk tetap menjalankan pekerjaan dalam kondisi apapun.

Serangan-serangan Israel tak terduga terkadang menjadi tantangan tersendiri untuk para relawan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat para relawan, mereka menyatakan bahwa “Kami hanya menunaikan amanah dengan semaksimal mungkin, yang lainnya kami serahkan kepada Allah”.(L/K01/K02/K03/P03/P04)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Upayakan Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional di Gaza

 

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Internasional
Internasional
Palestina
Palestina
Indonesia