Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Relawan Indonesia Banyak Belajar dari Gaza

Ali Farkhan Tsani Editor : Rudi Hendrik - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

0 Views

(Dok Adara Relief Internasional)

RELAWAN Indonesia sudah banyak yang datang ke Jalur Gaza, untuk menyalurkan bantuan atau membangun Rumah Sakit, serta menyaksian berbagai keajaiban di negeri penuh berkah ujung Selatan Palestina.

Salah satu relawan itu adalah Prof. Dr. dr. Basuki Supartono S., Sp.OT., yang saat ini sebagai Ketua Majelis Perwakilan Anggota Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

Dokter Basuki sudah lima kali bolak-balik masuk keluar Gaza sebagai relawan kemanusiaan, dalam hal ini sebagai seorang dokter.

Ia menyaksikan bahwa sistem kesehatan bukan salah sasaran atau kecelakaan, tapi memang sudah direncanakan.

Baca Juga: Di Balik Lensa, Jurnalis Gaza Bertaruh Nyawa Demi Kebenaran

Ia menyampaikan pada peringatan 77 Tahun Nakba bertema “From the Shadows of Nakba: Breaking the Silence, End the Ongoing Genocide” (Dari Bayang-Bayang Nakba: Mematahkan Keheningan, Mengakhiri Genosida yang Sedang Berlangsung), di Ruang Nusantara V, Kompleks MPR/DPR/DPD RI Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza berada di titik kritis akibat serangan yang terus berlanjut. WHO menekankan bahwa serangan terhadap fasilitas dan pekerja layanan kesehatan menyebabkan kerusakan parah dan memengaruhi kemampuan untuk menyediakan perawatan yang memadai. Setidaknya 94℅ rumah sakit di Gaza telah rusak atau hancur.

“Semua listrik mati, satu-satunya yang berlampu dan bercahaya adalah Rumah Sakit. Rumah sakit-rumah sakit di utara juga sudah tidak berfungsi normal,” lanjutnya.

Israel menurutnya, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Selain itu, hampir 24 jam drone tidak pernah berhenti. Setelah drone menghilang, akan dilanjutkan dengan dentuman bom. Lalu ada ambulans. Begitu rutinitasnya.

Baca Juga: Senjakala Negara Zionis Israel

“Gaza lebih dari penjara. Setiap akses barang dan orang masuk harus melalui aplikasi Israel. Saya melihatnya seperti kehidupan di abad 18, padahal kita hidup di abad 21. Kendaraan pun pakai himar,” imbuhnya

Namun, yang membuatkan takjub adalah, walaupun ratusan ribu orang mengungsi, 20 ribu pasien kanker menunggu rujukan, tanpa obat. Mereka warga Gaza tampak selalu bersemangat, bersahabat dan optimis. Spirit yang sungguh luar biasa.

Banyak pasien, termasuk anak-anak yang harus dioperasi, tidak pakai obat bius. Tapi mereka biasa saja.

“Saya sebagai dokter juga suka berbagi pengalaman medis. Dokter-dokter di sana senang belajar hal-hal baru,” imbuhnya.

Baca Juga: Amanah Itu Tak Pernah Salah Pundak

“Justru dalam hal ini saya banyak belajar dari warga Gaza. Belajar ketabahan daya juang dan keuletan. Kita yang perlu mereka. Tanpa mereka kita tak dapat pahala,” ujarnya menambahkan.

Dalam situasi perang, dentuman bom, dan situasi darurat menangani berbagai pasien. Ia justru melihat kokter-dokter tampil dengan pakaian necis  dan rapi. “Kapan nyerikanya,” ujarnya bertanya pada diri sendiri.

Itulah cerminan akhlak mereka dalam bekerja. Bersih dan rapi. Mereka juga bekerja tidak dibayar.

Ketika dokter-dokter atau relawan Indonesia di sana, “mereka warga Gaza tidak mau menyusahkan kita. Kita datang saja mereka senang.”

Baca Juga: Fatamorgana Kekuasaan: Ketika Zionis Menang di Dunia, Namun Binasa di Akhirat

Ia hanya berharap apa yang dilihatnya di Gaza bisa disampaikan ke dunia.

Dokter Basuki juga berkenalan dengan relawan non-Muslim dari Spanyol. Mereka bahagia dan betah bergaul dengan warga Gaza. Mereka mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Israel tidak mungkin dapat mengalahkan Gaza.

“Kita dukung warga Palestina. Kalau tidak ada mereka siapa yang akan menjaga Masjid Al-Aqsa,” ujarnya.

Dukung Gaza dengan Apapun

Baca Juga: Cahaya Kebenaran yang Selalu Menyala

Relawan Indonesia lainnya yang pernah menyambangi Jalur Gaza adalah Ir. Maryam Rachmayani Yusuf, S.Th., M.M., kini mendapat amanah sebagai Direktur Utama Adara Relief Internasional.

Maryam mencemati, bagaimana jutaan pengungsi warga Palestina di berbagai tempat dan Negara, tanpa pemerintahan. Di mana-mana mereka tidak punya lahan dan tidak bisa bekerja.

Menurutnya, warga Gaza punya pemerintahan. Sehingga walaupun jutaan warga mengungsi dari rumah tinggalnya, tapi mereka tidak mau keluar dari tanah air mereka, Gaza.

“Mereka tidak mau Nakba terulang lagi,” ujarnya.

Baca Juga: Jalan Jama’ah: Jalan Para Nabi dan Siddiqin

Ia menyaksikan keajaiban Allah, misalnya ketika agresi Israel tahun 2012., gugur sekitar 3 ribu warga sebagai syuhada. Namun pada saat bersamaan, 3 ribu bayi lahir di Rumah Sakit.

Regenerasi tak tergantikan. Sementara di Eropa ras mereka hilang karena tidak ada kelahiran lagi pada generasi berikutnya.

Dalam catatannya, saat ini masih ada 39 ribu truk yang antre di luar Gaza.

“Namun demikian, kita tetap harus menitpkan infak terbaik kita untuk mereka. Begitu waktunya masuk, ya bisa dirasakan oleh mereka. Memang mungkin bantuan kita belum bisa dinikmati warga Gaza sekarang. Yang penting kita sudah berinfak, tidak boleh berhenti. Soal penyalurannya siakan ke lembaga yang dipercaya, itu tugas mereka,” ujarnya mengimbau.

Baca Juga: Menyoal Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Dikelola AS dan Israel

Ia pun berpendapat, dari penerima zakat yang 8 golongan, yang utama bisa disalurkan untuk Gaza.

“Kita yang butuh Gaza. Kita yang butuh warga Palestina yang berdiri untuk Masjid Al-Aqsa. Cukup 1 ayat surat Al-Isra ayat pertama sebagai bagian aqidah kita,” imbuhnya.

Doa juga jangan dianggap sepele, karena doa dapat melancarkan para pejuang Gaza.

Ia menyampaikan seruan warga Gaza, “Kami di Gaza dijajah dan tak bisa berkunjung ke Al-Aqsa. Kalianlah yang punya kesempatan ke Al-Aqsa, ke sanalah.”

Baca Juga: Haji, dari Ibadah Ritual menuju Transformasi Kehidupan

Warga Gaza juga mengingatkan, imbuhnya, “Anda Indonesia jangan kehilangan harapan untuk terus mendukung perjuangan kami menjaga Al-Aqsa. Kalau kalian kehilangan harapan, lalu bagaimana dengan kami? Siapa lagi yang peduli”.

“Sekecil apapun, mulai dari gambar Al-Aqsa di rumah-rumah kita, pin Al-Aqsa, syal Palestina, dan lainnya, kita sampaikan untuk mendukung perjuangan Palestina,”.

“Stop genosida, save Gaza, Free Free Palestina, Allahu Akbar !!!”. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jama’ah Tempat Ukhuwah, Bukan Ajang Permusuhan

Rekomendasi untuk Anda