Gaza, MINA – Relawan medis dari lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C), Fikri Rofiul Haq mengabarkan suasana Ramadhan 1443 Hijriah atau 2022 di Jalur Gaza, Palestina melalui siaran Radio Silaturahim 720 AM, pada Kamis (14/4).
Fikri mengatakan, Ramadhan kali ini terasa berbeda. Pada tahun-tahun sebelumnya, para relawan MER-C di Jalur Gaza biasa melaksanakan sholat tarawih di Masjid Glebo yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara, tidak jauh dari Rumah Sakit Indonesia. Namun Ramadhan tahun ini, masjid tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi imbas peran 11 hari pada Ramadhan 2021 di Jalur Gaza.
“MER-C pernah menyumbangkan karpet untuk Masjid Glebo dan biasa sholat tarawih di sana, tapi tahun ini kami tidak bisa lagi sholat tarawih di sana karena bangunan yang sudah hancur,” tutur Fikri.
Hingga saat ini, lanjut dia, pemerintah Gaza masih terus melakukan renovasi-renovasi gedung yang hancur akibat serangan Israel pada Ramadhan tahun lalu.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
Patut disyukuri, Ramadhan 1443 H ini di Jalur Gaza tidak terjadi konflik besar, sehingga umat muslim di sana dapat melaksanakan ibadah Ramadhan dengan tenang.
“Yang patut kami syukuri, Ramadhan tahun ini, Jalur Gaza khususnya sudah tidak ada konflik besar sehingga masyarakat Gaza bisa melaksanakan ibadah Ramadhan dengan tenang,” ucap Fikri.
Perkembangan virus Covid-19 di Jalur Gaza pun, lanjut Fikri, dikabarkan menurun atau bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada lagi karena sudah tidak ada kewajiban memakai masker, maupun aturan berjarak saat sholat berjamaah.
Ada yang unik pada Ramadhan kali ini. Fikri menceritakan, toko-toko dan mall di Jalur Gaza mulai tutup sejak sore hari. Bertujuan agar umat muslim dapat lebih fokus beribadah pada malam hari, terutama saat melaksanakan sholat tarawih.
Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza
“Untuk sholat tarawih di Gaza ada yang melaksanakan 11 rakaat, ada pula yang 23 rakaat. Hampir rata-rata mereka melaksanakan dengan dua rakaat satu salam lalu ditutup dengan 1 rakaat sholat witir,” kata Fikri.
Salah satu menu andalan ketika berbuka puasa di Jalur Gaza ialah Gathoif. Fikri mengatakan, makanan ini hanya ada satu tahun sekali, tepatnya bulan Ramadhan dan mudah sekali dijumpai di warung-warung pinggir jalan.
“Makanan ini tergolong makanan manis berisikan kelapa pada umumnya. Bentuknya seperti martabak tapi versi mini. Biasa kami beli mentahannya untuk diisi dengan selai coklat,” tuturnya.
Selain itu, Fikri juga mengabarkan konflik Rusia-Ukraina tidak terlalu berdampak pada Jalur Gaza. Harga kebutuhan pokok di sana masih normal. Meski ada beberapa barang yang naik, tapi hal itu dinilai normal terjadi setiap bulan Ramadhan.
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel
“Konflik Rusia-Ukraina tidak terlalu berpengaruh di Jalur Gaza. Harga barang pokok masih tergolong normal, meski harga telur dan daging ayam cukup mahal, tapi ini memang selalu terjadi saat bulan Ramadhan,” ujar relawan MER-C yang kurang lebih sejak 2020 berada di Jalur Gaza itu. (R/R1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti