Jakarta, 25 Rabi’ul Akhir 1437/4 Februari 2016 (MINA) – Televisi saat ini telah menggantikan posisi guru di sekolah dan orang tua di rumah, inilah yang menjadi ancaman anak.
Direktur Remotivi, Muhamad Heychael mengatakan, proses pendewasaan anak akan lebih cepat karena sering terekspos televisi.
“Anak-anak sekarang sering terekspos oleh iklan produk berbahaya, seperti rokok. Selain itu juga, anak-anak banyak meniru adegan film atau karakter tokoh film misalnya seperti menjadi serigala,” ujar Heychael dalam diskusi ‘Perlindungan Anak Dalam Regulasi Penyiaran’ di Gedung Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (4/2).
“Anak-anak yang menirukan adegan-adegan seperti itu memang terlihat lucu, tapi di sisi lain hal ini membahayakan. Ditambah lagi banyak mars (lagu) partai yang sering ditayangkan berulang-ulang di televisi sehingga anak-anak hafal dengan mars itu, anak jadi terpengaruh propaganda politik,” ujarnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Selain itu, lanjut Heychael, banyak tayangan televisi yang membahayakan, karena televisi banyak menampilkan artis berpakaian seksi, siaran mengandung mistik sehingga anak-anak percaya tahayul.
“Belum lagi, banyak istilah-istilah yang sebenarnya belum dipahami anak-anak tapi malah digunakan anak-anak, misalnya selingkuh, nikah siri. Dan kata-kata kasar dalam percakapan di sinetron yang pada akhirnya ditiru anak-anak,” imbuhnya.
Heychael yang juga dosen di Universitas Multimedia Nusantara menilai, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tidak maksimal dalam mengatasi masalah seperti ini, karena KPI tidak memberikan sanksi yang membuat efek jera.
“KPI gagal menjadi benteng yang berguna untuk melindungi publik dari eksploitasi penyiaran. Terutama anak-anak, karena anak-anak begitu rentan dari terpaan industri televisi,” tambahnya. (L/P006/M007/R05)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain