Wartawan atau seorang jurnalis dalam Islam memiliki peran penting sebagai penegak kebenaran, penyebar ilmu, dan penjaga perdamaian. Seorang wartawan muslim wajib menjalankan tugasnya dengan integritas tinggi, menghindari fitnah, menjaga kehormatan, dan selalu berpihak pada kebenaran serta keadilan. Dengan menjalankan peran ini, wartawan tidak hanya berkontribusi terhadap kemajuan masyarakat, tetapi juga menjalankan amanah dari Allah Subhanahu wata’ala.
Para wartawan yang juga penyeru kebenaran di masyarakat harus bisa merenungi pesan-pesan luhur dari Surah Ash-Shaff ayat 2-3 di atas yang mengandung banyak pelajaran penting serta dapat dijadikan bekal dalam menyampaikan kebenaran dan kebaikan kepada umat.
Dalam dua ayat di surah itu, Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan bagi setiap penyeru kebenaran termasuk wartawan tentang tiga hal utama yang harus direnguni antara lain: kesatuan, kekuatan, dan kesungguhan dalam berdakwah, yang sebenarnya juga sangat relevan bagi para wartawan muslim yang tugas utamanya adalah mendistribusikan informasi kepada umat atau massa.
Wartawan dan da’i, walaupun berbeda medan, sama-sama memikul tanggung jawab besar untuk menyampaikan kebenaran. Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah Ash-Shaff ayat 2-3:
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
Ayat ini menjadi pengingat kuat bagi para da’i termasuk wartawan, bahwa sebagai penyeru kebaikan, apa yang diucapkan harus sejalan dengan apa yang dilakukan. Bagi para da’i, pesan dalam ayat di atas berarti bahwa harus menjadi contoh dan teladan, menunjukkan perilaku Islami dalam setiap aspek kehidupan.
Bagi para wartawan, dua ayat di atas mengandung pesan penting tentang kejujuran dan integritas dalam menyampaikan berita—apa yang ditulis dan sampaikan harus berdasarkan fakta dan kebenaran. Secara keseluruhan ada beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari Surah Ash-Shaff untuk memperkuat dakwah dan peran wartawan muslim sebagai penyampai informasi sebagai berikut.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Pertama, Kesatuan dan Kekuatan
Allah Subhanahu wata’ala menyeru kepada kita untuk bersatu seperti barisan tentara yang kukuh. Dakwah yang efektif memerlukan kerja sama yang kuat antara da’i, masyarakat, dan para penyeru kebaikan lainnya, termasuk wartawan. Sebagai media, peran wartawan sangat penting untuk menyatukan umat melalui informasi yang benar dan membangun. Wartawan adalah sebuah profesi untuk mempersatukan umat, bukan sebaliknya memecah belah.
Kedua, Keteguhan Hati
Dalam menghadapi tantangan, baik dalam berdakwah maupun yang bergelut dalam bidang jurnalistik, akan ada banyak rintangan. Surah Ash-Shaff mengingatkan para da’i termasuk wartawan untuk tetap teguh hati, tidak mudah putus asa, dan terus memperjuangkan kebenaran, walaupun sulit. Kesabaran dan konsistensi adalah kunci utama. Seorang wartawan harus selalu memperkuat dan memperbaharui niatnya untuk terus ajeg dalam memberitakan dan menyebarluaskan kebenaran di mana dan kapan pun berada.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Ketiga, Keseimbangan Ucapan dan Perbuatan
Ucapan tanpa perbuatan yang sesuai akan meruntuhkan kredibilitas. Sebagai da’i maupun wartawan, harus menjadi orang-orang yang dipercaya oleh umat, dan itu hanya bisa terjadi jika antara ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang da’i selaras. Dalam konteks jurnalistik, integritas ini berarti menyampaikan berita yang berimbang, sesuai fakta, tanpa manipulasi atau kepentingan tertentu.
Keempat, Kesungguhan dan Dedikasi
Menyebarkan kebaikan adalah tugas yang membutuhkan dedikasi dan ketulusan yang tinggi. Bagi seorang wartawan, kesungguhan ini berarti mencari kebenaran dengan mendalam dan menyampaikannya dengan jelas sehingga masyarakat tercerahkan. Oleh sebab itu, adalah haram hukumnya bagi seorang wartawan Muslim yang menyebarluaskan berita hoaks alias bohong. Bagi seorang da’i, ini berarti tidak pernah lelah menyeru kepada kebenaran dan kebaikan, walaupun tantangan terus datang.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Oleh karena itu untuk para wartawan Muslim dan para da’i, hendaknya bisa menjadikan Surah Ash-Shaff sebagai pedoman dalam menjalankan perannya masing-masing. Sebagai wartawan, kita adalah da’i dalam bentuk lain—penyampai pesan-pesan kebenaran yang dapat membimbing umat menuju jalan yang lebih baik. Tugas ini bukanlah hal yang ringan, tetapi dengan kesatuan, kekuatan, keteguhan, dan kesungguhan, insya Allah, seorang wartawan muslim mampu menjalankan amanah ini dengan baik.
Sebagai seorang wartawan muslim atau da’i dengan berbagai aneka media dakwahnya berharap agar setiap tema, materi ataupun informasi yang disampaikan kepada umat menjadi cahaya yang menerangi hati-hati mereka dan membawa keberkahan. Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa meridhai setiap langkah para wartawan Muslim yang terus istiqamah menyampaikan kebenaran, menyeru pada kebaikan, dan memberi banyak manfaat bagi umat, wallahu A’lam Bishawab.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina